Meningkatkan Disiplin Dan Tanggung Jawab Sebagai Siswa

Jumat, 30 Oktober 2015

BAB I  PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah 
Dalam pasal 3 undang undang sistem pendiikan nasional disebutkan, ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu ,cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” ( Undang Undang Sisdiknas, Asa Mandiri 2006; 53 ) 

Dengan demikian apa yang diharapkan dalam tujuan pendidikan tersebut selain kreatif, mandiri cakap dan berilmu dan sehat yang paling mendasar adalah memiliki akhlak mulia, bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa dan bertanggung jawab. Harapan ideal tersebut dapat dicapai bila salah satu faktornya yang harus diperhatikan adalah bila siswa selalu bersikap disiplin dan memiliki rasa tanggung jawab di sekolah dengan nilai rata rata baik (7,0 -8,4) dan sangat baik ( 8,5 – 10 ). 

Kenyataan terjadi pada saat ini dilapangan, anak selalu kurang disiplin dan kurang memiliki rasa tanggung jawab di sekolah, tidak membuat pekerjaan rumah, mencoret coret bangku, tidak biasa antre, pada saat upacara bendera tidak tertib, tidak berpakian dengan rapi, sering datang terlambat, menyerahkan tugas tidak tepat waktu, di dalam kelas selalu mengganggu teman, sering berkelahi, kurang hormat pada guru. Hal hal ini merupakan dasar dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Kalau kebiasan ini tidak menemukan pemecahan masalahnya maka tujuan pendidikan nasional akan sulit terwujud. 

Berbagai faktor yang mempengaruhi anak kurang menunjukkan sikap tersebut, diantaranya lemahnya perhatian orang tua kepada anaknya dikarenakan orang tua selalu sibuk dengan urusan ekonomi, orang tua yang otoriter, keluarga yang home broken, pengaruh pergaulan dilingkungan sekitar anak , adanya perkembangan media elektronik, kurang demokratisnya pendekatan dari orang tua maupun guru yang ada disekolah. 

Dengan memberikan sanksi berjenjang di sekolah pada siswa diharapkan dapat merubah sikap dari kurang disiplin dan kurang bertanggung jawab menjadi anak yang berdisiplin dan bertanggung jawab. 

B. Identifikasi Masalah 
Yang dimaksud dengan identifikasi adalah tanda diri, bukti diri, penentu atau penetapan , indentitas seseorang, benda dan sebagainya, proses psikologi yang terjadi pada diri seseorang karena secara tidak sadar membayangkan dirinya seperti orang lain yang dikaguminya, lalu dia meniru tingkah laku orang yang dikaguminya ( kamus lingkap Bahasa Indonesia, Sofiah Ramdhani; 2002, hal 248 ). 

Jadi yang dimaksud dengan identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah penetapan atau menentukan masalah yang berkaitan dengan meningkatkan disiplin dan tanggung jawab siswa. Adapun identifikasi masalah yang peneliti dapatkan adalah sebagai berikut. 
  1. Bahwa pendidikan itu adalah suatu proses perkembangan pribadi seseorang yang banyak dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun dari luar seseorang . Faktor luar salah satunya adalah pengaruh lingkungan terhadap diri siswa seperti alat pendidikan, metoda pendidikan, media pendidikan, sarana dan prasarana. Alat pendidkan salah satu diantaranya sanksi yang berjenjang. Hal ini tentu akan memberikan dampak terhadap pola tingkah laku dan kebiasaan siswa di sekolah dan selanjutnya akan dibawa dalam kehidupan selanjutnya. 
  2. Dalam proses pendidikan yang berlangsung secara formal di sekolah guru sebagai pendidik, motivator, fasilitator akan sangat memberikan dampak terhadap perilaku dan kebiasan murid itu sendiri. Sebagai pendidik guru disekolah akan menjadi toladan bagi anak didik. Sikap dan perilakunya biasanya akan ditiru oleh anak didik. 
  3. Sekolah dasar yang merupakan jenjang pendidikan dasar seharusnya menegakkan tata tertib sekolah seperti pada sekolah sekolah formal pada tingkat lebih tinggi. Dengan penegakaan peraturan yang berlaku disekolah tentu akan menjadi kebiasaan bagi siswa itu sendiri untuk belajar bertanggung jawab dan berdisiplin. Sekolah yang tidak menegakkan tata tertib, siswanya akan acuh tak acuh, karena apapun yang mereka ( siswa ) lakukan tidak akan pernah merasa ada resiko, beban yang akan dikenakan akibat bertingkah laku yang kurang baik atau bertingkah laku yang salah. 
  4. Di dalam lingkungan sekolah siswa perlu mendapat pengawasan sehari hari dalam bertingkah laku dan bertindak. Pola tingkah laku itu hendaknya diarahkan kepada etika dan tata krama , sehingga menjadi kebiasaan yang mereka sehari hari. Jadi semua komponen dan pelaksana yang di sekolah harus pula berpola dan berbuat sesuai dengan etika dan tata krama yang berlaku. 
C. Batasan Masalah 
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini terbatas pada : 
Meningkatkan disiplin dan tanggung jawab siswa melalui sanksi berjenjang pada kelas III SD No. I Sanur tahun pelajaran 2009/2010. 

D. Pengertian tentang istilah. 
Dalam penelitian ini yang berjudul ” Meningkatkan Disiplin dan Tanggung Jawab Siswa Melalui Sanksi Berjenjang Pada Siswa Kelas III SD No I Sanur pada Tahun Pelajaran 2009/2010” Sesuai dengan judul penelitian ini, maka peneliti perlu memberikan pengertian istilah yang dipergunakan dalam variabel judul tersebut, yaitu: 

a. Meningkatkan. Kata meningkatkan berasal dari kata tingkat yang artinya ” tangga, jenjang, tingkatan, jabatan kemajuan, derajat, berangsur-angsur naik, bertambah sedikit sedikit, naik setingkat demi setingkat, bertamnbah tinggi” ( Sofiyah Ramdhani E.S,2002; 597 ). Jadi sesuai dengan pendapat tersebut maka yang dimaksud meningkat dalam penelitian ini adalah membuat perilaku dan sikap siswa berangsur angsur naik atau lebih baik dari sebelumnya. Meningkatkan disini juga berarti membuat atau membentuk watak dan perilaku siswa menjadi lebih baik. 

b. Disiplin dan Tanggung Jawab 
Sesuai dengan Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Oleh Sofiyah Ramdhani E.S halaman 158 bahwa kata disiplin sepadan dengan tata tertib. Peneliti sependapat dengan pendapat ini bahwa disiplin tersebut berkaitan dengan hal-hal yang seharusnya ditaati yaitu berupa peraturan dan tata tertib. Karena disiplin ini erat kaitannya dengan pola tingkah laku seseorang untuk mentaatinya. Jadi apabila seseorang kurang berdisiplin dapat diartikan bahawa seseorang tersebut kurang bertingkah laku tertib sesuai dengan norma-norma atau peraturan yang berlaku. Jadi dengan demikina pengertian disiplin dalam penelitian ini adalah sikap dan pola tingkah laku siswa untuk mentaati norma norma, peraturan tata tertib yang berlaku disekolah. 

Tanggung Jawab. Tanggung jawab adalah ” keadaan wajib menanggung segala sesuatu kalau ada sesuatu hal, boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dsb. Menanggung segala akibatnya” ( Sofiyah Ramdhani E.S, tahun 2002 halaman 555 ). Berdasarkan pendapat Ramdhani tersebut diatas maka tanggung jawab dalam penelitian ini dapat diartikan bahwa memberikan beban dan rasa memiliki dan terhadap tugas-tugas yang telah diberikan dan apabila tidak melaksanakannya ada resiko yang harus diterimanya. 

c. Sanksi Berjenjang. 
Kata sanksi berjenjang di bagi menjadi dua yaitu sanksi dan berjenjang. Sanksi adalah hukuman , tindakan paksaan atas pelanggaran ( Sofiyah Ramdhani , 2002; 493 ) sedangkan Berjenjang adalah berasal dari kata jenjang atau janjang yang artinya tangga atau tingkat. Jadi berjenjang adalah bertingkat tingkat. Dengan demikian sanksi berjenjang dapat diartikan hukuman, ganjaran yang bertingkat. Dalam penelitian ini sanksi yang diberikan mulai yang paling ringan sampai pemanggilan orang tua siswa. Sanksi sanksi yang diberikan secara bertingkat yang diterapkan dalam batas sewajarnya atau mendidik agar pola dan tingkah laku siswa mau berubah kehal-hal yang lebih baik dan tidak sampai memberikan sanksi fisik yang menyebabkan siswa menderita secara fisik. 

E. Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai berikut: 
  1. Apakah dengan melalui sanksi berjenjang dapat meningkatkan disiplin siswa, pada siswa Kelas III SD No I Sanur tahun pelajaran 2009/2010 ? 
  2. Apakah melalui sanksi berjenjang dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa, pada siswa kelas III SD No 1 Sanur tahun pelajaran 2009/2010 ? 
  3. Bagimana perilaku siswa kelas III SD No 1 Sanur tahun pelajaran 2009/2010 setelah sanksi berjenjang diterapkan ? 
F. Tujuan Penelitian 
Sesuai dengan dengan latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 
  1. Mengetahui dan mendiskripsikan melalui sanksi berjenjang dapat meningkatkan disiplin siswa kelas III SD No 1 Sanur tahun pelajaran 2009/2010 
  2. Mengetahui dan mendeskripsikan melalui sanksi berjenjang dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, pada siswa kelas III SD No I Sanur tahun pelajaran 2009/2010 
  3. Mengetahui dan mendeskripsikan perilaku siwa setelah penerapan sanksi berjenjang pada siswa kelas III SD No I Sanur tahun pelajaran 2009/2010 
G. Manfaat Hasil Penelitian 
Setelah selesai penelitian ini dilakukan maka hasilnya dapat diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis sabagai berikut. 

1.Manfaat secara teoritis. 
Manfaat secara teoritik bahwa hasil penelitian yang peneliti lakukan ini merupakan dasar bagi peneliti peneliti selanjutnnya demi kesempuraan dan tercapainya hasil penelitian yang lebih berkualitas, akurat dan bermanfaat 

2. Bagi siswa . 
Membiasakan diri bersikap disiplin dan rasa tanggung jawab dalam semua tugas dan kegiatan sehari hari, sehingga dikemudian hari menjadi anak yang percaya diri, berdisiplin, memiliki budi pekerti yang luhur dan rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas tugas yang dihadapinya. 

3. Bagi Guru. 
Sebagai dasar bagi guru bahwa dengan menerapkan disiplin dan tanggung jawab kepada siswa tentu akan dapat meningkatkan prestasi siswa di sekolah dan sebagai acuan bawa disiplin dan tanggung jawab tersebut perlu diberikan secara kontinu dan tetap diawasi dalam kesehariannya di sekolah. Disamping itu dapat mengatasi anak anak yang kurang berdisiplin dan kuarang memiliki rasa tanggung jawab di sekolah, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. 

4 Bagi Sekolah. 
Dengan tumbuhnya sikap disiplin dan rasa tanggung jawab siswa maka proses pendidikan dan pembelajaran akan dapat berlangsung dengan lancar dan pada akhirnya diharapkan akan tercapainya tujuan instutusional dengan baik. 

Dapat membuat kebijakan dan peraturan tata tertib sekolah maupun tata tertib kelas sehingga proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah berlangsung dengan lancar.

BAB II LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN MASALAH 
A. Landasan Teori 
1. Konsep Penerapan Sikap Disiplin Dalam Pendidikan. 
Dalam arti yang luas disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang ditujukan untuk membantu siswa agar mereka dapat mamahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan yang mungkin ingin ditujukan siswa terhadap lingkungannya. Dengan disiplin siswa diharapkan bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan mejauhi larangan tertentu. Kesedian semacam ini harus dipelajari dan harus secara sabar diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau memelihara kelancaran tugas di sekolah, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Jadi menegakkan desiplin tidak bertujuan untuk” mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta didik akan sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada peserta didik dalam batas batas kemampuannya . Akan tetapi jika kebebasan peserta didik terlampau dikurangi, dikekang dengan peraturan maka peserta didik akan berontak dan mengalami frustasi dan kecemasan” ( Drs. Ahmad Rohani HM dkk, ; 126 ) 

Sesuai dengan pendapat tersebut desiplin yang dilaksanakan disekolah terhadap siswa, siswa akan belajar hidup dengan pembiasaan yang baik, positif dan bermanfat bagi dirinya dan lingkungannya baik pada saat bersekolah maupun untuk bekal hidup dikemudian hari. Tetapi pendekatan dengan penegakan disiplin tersebut janganlah sampai membuat siswa tertekan, dan penerapannya harus pula demokratis dalam artian mendidik. 

Namun demikian mulianya tujuan penegakan disiplin seringkali tidak mendapat respons yang positif dari siswa hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu: 
  • kepemimpinan guru atau kepala sekolah yang otoriter yang menyebabkan sikap siswa yang agresif ingin brontak akibat kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi, 
  • kurang diperhatikannya kelompok minoritas baik yang berada diatas rata-rata maupun yang berada dibawah rata-rata dalam berbagai aspek yang ada hubungannya dengan kehidupan di sekolah, 
  • siswa kurang dilibatkan dan diikutsertakan dalam tanggung sekolah, 
  • latar belakang kehidupan keluarga dan 
  • sekolah kurang mengadakan kerja sama dan saling melepas tanggung jawab. Diantara penyebab pelanggaran tersebut pelanggaran yang umum sering terjadi karena 
  1. kebosanan siswa dalam kelas, dikarenakan yang dikerjakan siswa monoton tidak ada variasai dalam proses pembelajaran. 
  2. Siswa kurang mendapat perhatian dan apresiasi yang wajar bagi mereka yang berhasil. Untuk mengatasi hal ini seorang guru sebagai pendidik harus memilih strategi, metoda dan berbagai pendekatan yang bervariasi agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai. 
Dalam rangka meningkatkan disiplin dan rasa tanggung jawab siswa di sekolah, seorang guru harus menyatakan peraturan dan konsekuensinya bila siswa melanggarnya ” konsekuensi ini dilakukan secara bertahap dimulai dari peringatan, teguran, memberi tanda cek , disuruh menghadap Kepala Sekolah dan atau dilaporkan kepada orang tuanya tentang pelanggaran yan dilakukannya di sekolah ”, ( Drs. Ahmad Rohani HM dkk, 1991; 131 ). 

Sesuai dengan pendapat ini bahwa pendidikan bertujuan untuk menumbuhkan perilaku dan sikap mental dengan melatih serta mengembangkannya ke arah nilai sikap yang positif. Untuk membina, menumbuhkan sikap mental dan perilaku yang baik ini, maka alat pendidikan seperti menerapkan disiplin, memberi tugas dan tanggung jawab kepada siswa sesuai dengan kemampuannya perlu dilakukan. 

Pembinaan mental dan sikap ini dapat dilakukan melalui sanksi yang berjenjang . Dengan demikian bekal pendidikan yang berisi penambahan pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai serta sikap-sikap haruslah darahkan untuk ”..........4. Mengembangkan sikap sikap yang cocok untuk tuntutan hidup dan kehidupan kini, disini dan akan datang seperti sikap-sikap : hemat, sederhana, disiplin, selalu berikhtiar, menghargai waktu, berorientasi pada masa depan, berusaha mengatasi alam, misalnya menggunakan payung bila hujan, percaya pada diri sendiri, bekerja untuk menaikkan prestasi, meminta upah atau bayaran bila telah selesai menunaikan tugas dan sebagainya” ( Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Usaha Nasional,1980; 224 ) 

2. Penerapan Disiplin Melalui pembiasaan.
Pembiasaan dengan disiplin di sekolah akan mempunyai pengaruh yang positif bagi kehidupan peserta didik di masa yang akan datang. Pada mulanya memang disiplin dirasakan sebagai suatu aturan yang mengekang kebebasan peserta didik. Akan tetapi bila aturan ini dirasakan sebagai suatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebaikan diri sendiri dan kebaikan bersama, maka lama kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju ke arah disiplin diri sendiri ( self discipline ). 

Disiplin tidak lagi merupakan suatu yang datang dari luar yang memberikan keterbatasan tertentu akan tetapi disiplin telah merupakan aturan yang datang dari dalam dirinya sebagai suatu hal yang wajar dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. 

Pengalaman utama dalam pelaksanaan disiplin akan memberikan kerangka dalam keteraturan hidup selanjutnya. ”Disiplin diri sendiri hanya akan tumbuh dalam suatu suasana di mana antara guru dan para peserta didik terjalin sikap persahabatan yang berakar pada dasar saling hormat menghormati dan saling mempercayai,” ( Drs Ahmad Rohani HM dkk,1991;134 ). Jadi sesuai dengan pendapat ini berarti disiplin harus diterapkan dalam kerangka dan batas yang demokratis serta pedagogis. 

3. Pendidikan Melalui Tanggung Jawab. 
Dalam buku” On Becoming A Personal Excellent”, tahun 2006, hal 104, oleh Drs. Waidi, MBA.Ed, yang dikutif dari buku ” Quantum Teaching, Dobbi Deporter dkk, menyebutkan bahawa salah satu keberhasilan mendidik siswa adalah dengan cara memberinya tanggung jawab” Demikian juga Soemarno Soedarsono dalam bukunya” Character Building” mengatakan bahwa karakter seseorang dapat dibentuk dengan pemberian tanggung jawab. 

Tanggung jawab merupakan indikator penting bahwa seseorang memiliki nilai lebih : kualitas merupakan dambaan banyak orang. Dalam setiap tindakan apabila tidak dilandasi tanggung jawab biasanya seseorang akan ceroboh. Lebih jauh Soemarno Soedarsono mengatakan bahwa tanggung jawab merupakan hal yang sangat urgen dalam pembentukan watak seseorang . Oleh karena itu sudah saatnya dunia pendidikan kita harus merubah orientasinya dari orientasi kognitif ke arah orientasi afektif ( tanggung jawab ) atau dari orientasi kecerdasan intlektual ( IQ ) ke arah kecerdasan spiritual ( SQ ) dan emosional ( ESQ ).­­ 

Seseorang yang tidak mengambil tanggung jawab tidak akan pernah belajar. Di dalam tanggung jawab ada sejumlah media pembelajaran, seperti resiko, kesulitan dan keberanian mental. Hal ini akan menyebabkan seseorang tumbuh dewasa. Orang yang pintar, cerdas dan terampil apabila tidak memiliki tanggung jawab tidak ada orang yang akan memanfaatkan keterampilannya tersebut. 

Untuk itulah seorang anak dalam proses pendidikan baik formal maupun non formal perlu dilatih agar memiliki rasa tanggung jawab. 

4. Interaksi Pendidikan. 
Di dalam pendidikan, komunikasi antara komunikator dan komunikan di dalamnya terjadi umpan balik antara guru dan murid. Intraksi semacam ini disebut interaksi edukatif, yaitu interaksi yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan. Dalam interaksi semacam ini terjadi siswa yang belajar dan guru yang mendidik serta mengajar keduanya untuk mencapai tujuan pendidikan. 

Siswa yang belajar mengembangkan potensi seoptimal mungkin, sehingga tujuan tercapai sesuai dengan apa yang dicita-citakan di dalam dirinya. Dalam interaksi seperti ini siwa membutuhkan situasi dan kondisi yang memungkinkan serta menunjang berkembangnya potensi dalam dirinya. Siswa tidak sekedar sebagai objek saja, tetapi terutama sebagai subyek yang belajar. 

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam interaksi antara guru dan murid adalah. 
  1. Interaksi bersifat edukatif, 
  2. Dalam interaksi terjadi perubahan tingkah laku pada siswa sebagai hasil belajar-mengajar, 
  3. Peranan dan kedudukan guru yang tepat dalam proses interaksi belajar-mengajar, 
  4. Interaksi dalam proses belajar-mengajar, 
  5. Sarana kegiatan proses belajar-mengajar yang tersedia, yang membantu tercapainya interaksi belajar-mengajar secara efektif dan efesien”, ( Dra.Ny.Roestiyah NK,.1986; 37 ) 
Jadi menurut pendapat tersebut diatas maka dalam interaksi antara guru dan murid, guru berfungsi sebagai pendidik, pengajar, pemimpin, fasilitator dan pengganti orang tua dirumah. Sebagai pengajar artinya guru menyediakan situasi dan kondisi belajar siswa untuk mencapai tujuan pendidikan artinya menyediakan seperangkat pengetahuan, sikap dan ketrampilan serta sarana maupun prasarana. Guru sebagai pemimpin artinya harus bersikap demokratis, terbuka mau mendengarkan pendapat orang lain, keluhan, perasaan, ide muridnya, serta bersedia bekerjasama, saling mengerti dan toleransi. Jadi guru tidak berkuasa penuh, bertindak atas pertimbangan menguntungkan dirinya saja, tanpa memikirkan kepentingan siswanya. Disamping itu guru tidak boleh bersifat masa bodoh, melainkan mau bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama untuk kesejahteraan siswanya. 

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan hubungan guru dan murid, sering terjadi hambatan-hambatan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Hambatan-hambatan itu dikarenakan siswa kurang berdisiplin tidak menghormati guru dan selalu mengganggu temannya yang sedang belajar kurang memiliki rasa tanggung jawab. Dalam hal seperti inilah, maka peranan guru sebagai pemimpin dalam menentukan strategi, memilih metode dan pendekatan yang bervariasi untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Perilaku siswa dalam interaksi seperti ini ada yang positif dan negatif. Perilaku yang positif perlu mendapat apresiasi, pujian, dan pemberian hadiah. Seorang ahli yang terkenal Thorndike, dalam buku psikiologi pendidikan oleh Toya,1985, 42 menyebutkan ”respons yang dihargai cenderung diulang pada situasi tertentu, sedang respons yang tidak diberi penghargaan cenderung untuk tidak diulang”. 

Sesuai dengan pendapat ini berarti, tingkah laku apapun yang dilakukan siswa baik didalam kelas maupun di luar kelas yang bersifat positif perlu diberikan aspresiasi. Disamping memberikan penghargaan dalam interaksi dikenal pula hukuman atau sanksi. Hukuman atau sanksi serta penghargaan, apresiasi yang diberikan kepada siswa harus didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut: a. Penghargaan atau hukuman diberikan atas dasar fungsi yang sebenarnya artinya pada situasi tertentu penghargaan atau hukuman perlu diberikan secara tepat. b. Penghargaan atau hukuman diberikan disesuaikan dengan tingkah laku dan kepribadian siswa. c. Penghargaan atau hukuman harus dikaitkan dengan tujuan yang jelas artinya diarahkan untuk mempermudah proses pendidikan. 

Jadi dalam memberikan sanksi atau hukuman kepada siswa dapat menekan tingkah laku yang kurang baik. Sedangkan apresiasi atau penghargaan dapat menumbuhkan sikap dan perilaku yang dapat diulang pada situasi dan kondisi yang tepat. Dengan demikian apapun bentuk dan model intraksi edukatif disekolah pada umumnya untuk mencapai tujuan pendidikan. Sesuai dengan pendapat bahwa,” intraksi belajar mengajar pada hakekatnya bermaksud mengantarkan siswa mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya” ( Suprayekti, M.Pd, 2003; 6 ) 

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Kurang Disiplin 
Sikap siswa kurang desiplin di sekolah dipengaruhi dari berbagai faktor. Hal ini karena siswa berasal dari berbagai latar belakang kehidupan sosial ekonomi maupun derajat pendidikan orang tuanya. Faktor –faktor tersebut diantaranya adalah 
  • Sekolah kurang menerapkan disiplin. Sekolah yang kurang menerapkan disiplin, maka siswa biasanya kurang bertanggung jawab karena siswa menganggap tidak melaksanakan tugas pun di sekolah tidak dikenakan sanksi, tidak dimarahi guru. 
  • Teman bergaul. Anak yang bergaul dengan anak yang kurang baik perilakunya akan berpengaruh terhadap anak yang diajaknya berintraksi sehari hari.. 
  • Cara hidup di lingkungan anak tinggal. Anak yang tinggal di lingkungan hidupnya kurang baik, maka anak akan cendrung bersikap dan berperilaku kurang baik pula. 
  • Sikap orang tua. Anak yang dimanjakan oleh orang tuanya akan cendrung kurang bertanggung jawab dan takut menghadapi tantangan dan kesulitan kesulitan, begutu pula seballiknya anak yang sikap orang tuanya otoriter, maka anak akan menjadi penakut dan tidak berani mengambil keputusan dalam bertindak. 
  • Keluarga yang tidak harmonis. Anak yang tumbuh dikeluarga yang kurang harmonis ( home broken ) biasanya akan selalu mengganggu teman dan sikapnya kurang disiplin. 
  • Latar belakang kebiasan dan budaya. Budaya dan tingkat pendidikan orang tuanya akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku anak. Anak yang hidup dikeluarga yang baik dan tingkat pendidikan orang tunya bagus maka anak akan cendrung berperilaku yang baik pula. 
Bedasarkan uraian tersebut di atas maka sikap disiplin dan bertanggung jawab siswa sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal. Bukan semat-mata dipengaruhi oleh faktor internal. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli filsafat John Locke ( 1632 – 1704) mengajarkan” bahwa perkembangan pribadi ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan terutama pendidikan. Beliau berkesimpulan bahwa tiap individu lahir sebagai kertas putih dan lingkungan tersebutlah yang akan ”menulisi” kertas putih tersebut” ( Tim Dosen IKIP Malang,1980,12). 

Jadi dengan demikian, bahwa lingkungan yang baiklah yang dapat membentuk dan membina pribadi yang ideal, dan buakan semata-mata dari bakat anak tersebut. 

6. Sanksi Sebagai Alat Pendidikan. 
Alat pendidkan adalah segala usaha atau tindakan yang dengan sengaja digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Penggunaan alat pendidikan harus disesuaikan dengan tujuan , keadaan siswa, situasi pendidikan dan lingkungan pendidikan. 

Sering terjadi tindakan para pendidik memberikan kesan kurang mendidik bagi siswa. Hal ini akan menimbulkan hilangnya kepercayaan siswa terhadap para pendidik atau guru di sekolah. Kerena banyak siswa yang selalu mengidentifikasikan diri dengan citra ( profil ) para pendidik yang selalu dihormati. Hal ini sesuai dengan pendapat seorang tokoh pendidik Salzman, Beliua menulis buku ” Buku Semut” , ”Buku Kepiting”.” Dalam Buku Kepiting terlihat gambar pada halaman buku seekor induk kepiting dan anaknya sedang mengikuti induknya: ” Nak, jalan ikuti ibu”. Anak menjawab” Ya, bu saya memang mengikuti jalannya ibu. Karena ibu berjalan begitu, maka saya juga berjalan demikian” ( Tim Dosen IKIP Malang, 1980,34 ) 

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses pendidikan akan berlangsung dengan cara meniru atau mengikuti pola tingkah laku seorang tokoh. Dalam hal ini gurulah yang menjadi tokoh bagi anak di sekolah di samping pula orang tua di rumah. 

7. Hal-hal yang perlu diketahui guru dalam menerapkan sikap disiplin dan tanggung jawab pada siswa. 
Dalam menerapkan sanksi terhadap tindakan melanggar disiplin dan tanggung jawab pada siswa, perlu diperhatikan informasi tentang diri siswa itu sendiri. Tanpa mengetahui informasi tersebut guru akan kesulitan dalam menerapkan bimbingan menuju kearah perubahan perilaku yang positif. 

S Nasuton ( 2002 ) memerinci hal-hal yang harus diketahui guru tentang diri anak adalah:
  • Keterangan pribadi anak, nama orang tua/wali,tanggal masuk 
  • Kepandaian : angka rapor,hasil-hasil tes dan tingkat kelas 
  • Kesehatan”penyakit-penyakit,cacat badan dan kebiasaan hidup, serta perkembangan berat badan, tinggi badan dan sebagainya 
  • Keadaan rumah , pekerjaan ibu, bapak, pendidikan orang tua, agama orang tua, suasana rumah dan sebagainya 
  • Riwayat sekolah: kerajinan bersekolah, kemangkiran, hukuman yang diperoleh, hadiah dan pujian 
  • Kesanggupan siswa istimewa, hobi 
  • Sifat-sifat pribadi ( watak ), suka bergaul, pendiam, jujur dan sebagainya 
  • Cita cita untuk kemudian hari” ( Heri Sukarman, M.Sc.Ed, 20037 ) 
Sejalan dengan pendapat ini bahwa tanpa mengenal pribadi siswa seacara dekat maka proses pendidikan akan sulit dilakukan, karena siswa memiliki berbagai latar belakang, watak atau karakter tersebut diatas. 

Semakin mengetahui pribadi siswa maka penerapan tindakan disiplin dan memberikan tugas serta tanggung jawab semakin mudah. Pada akhirnya dapat membantu kelancaran proses pendidikan dan pembelajaran disekolah. 

B. Kerangka Berpikir 
Berdasarkan pengamatan secara umum dari tahun ke tahun tingkat disiplin siswa umumnya siswa SD No. I Sanur dan khususnya siswa kelas III menunjukan penurunan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang datang terlambat, berpakian kurang rapi, sering mengganggu siswa yang lain pada saat belajar, petugas piket tidak melaksanakan tugasnya dengan semestinya, tidak mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, tidak menyelesaikan tugas rumah, kurang hormatnya terhadap guru di sekolah. 

Banyak faktor yang menyebabkan anak kurang disiplin seperti ini diantaranya kurang pengawasan guru secara rutin, tidak ditegakkannya tata terib yang ada di sekolah, perhatian orang tua dirumah kurang pada anaknya, pengaruh teman sebaya, dalam penegakkan disiplin dan tanggung jawab tidak ada sanksi yang tegas. 

Kebiasan dari sejak kecil merupakan cikal bakal pembentukan watak, sikap dan prilaku seseorang dikemudian hari. Kebiasaan yang baik akan menyebabkan watak, sikap dan prilaku seseorang akan baik pula di kemudian hari, demikian juga sebaliknya kebiasaan yang tidak baik dari kecil akan menentukan watak, sikap dan perilaku yang kurang baik pula. Kalau kebiasaan yang tidak baik selalu dibiasakan maka tujuan pendidikan yang dicanangkan tidak akan tercapai. 

Berdasarkan kajian dan kerangka berpikir diatas dengan menerapkan disiplin dan tanggung jawab siswa melalui sanksi berjenjang diduga dapat merubah sikap dan perilaku siswa dari yang negatif kearah yang positif, sehingga pelaksanaan proses pendidikan di sekolah berjalan dengan lancar dengan harapan hasil belajar yang menyangkut asfek kognitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai dengan ditandainya dengan kematangan IQ, SQ, ESQ. 

C. Hipotesa Tindakan 
Berdasarkan kajian dan kerangka berpikir berpikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesa tindakan sebagai berikut: 
  1. Dengan melalui sanksi berjenjang dapat meningkatkan disiplin siswa, pada siswa kelas III SD No I Sanur tahun pelajaran 2009/2010. 
  2. Dengan melalui sanksi berjenjang dapat meningkatkan tanggung jawab siswa pada siswa kelas III SD No I Sanur tahun pelajaran 2009/2010. 
  3. Setelah sanksi berjenjang diterapkan sikap dan perilaku siswa kelas III SD No I Sanur tahun pelajaran 2009/2010 dapat berubah dari yang tidak baik ( negatif ) dapat menjadi berperilaku yang baik ( positif ).
BAB III METODE PENELITIAN 
A. Seting Penelitian 
a. Waktu penelitian 
Penelitian Tindakan Kelas yang saya lakukan merupakan penelitian mengenai sikap dan perilaku siswa, maka penelitian yang tepat adalah mulai bulan Juli sampai September, karena pada pertengahan bulan juli adalah awal siswa sekolah. Pada awal sekolah, siswa biasanya mengikuti orientasi pengenalan lingkungan terutama bagi siswa baru. Khusus untuk kelas tiga dan kelas kelas yang lebih tinggi merupakan siswa yang sudah mengetahui lingkungan sekolah secara umum. Namun kebiasaan kebiasan yang kurang positif masih dibawa dari kebiasaan pada kelas kelas sebelumnya. Diharapkan semakin tinggi kelas, tingkat disiplin dan tanggung jawab siswa semakin tinggi pula. Untuk itulah mengapa peneliti memilih waktu yang tepat yaitu antara bulan Juli sampai September pada tahun pelajaran berjalan. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui secara jelas peningkatan disiplin dan tanggung jawab melalui sanksi berjenjang. 

b.Tempat Penelitian 
Peneliti melakukan penelitian pada Sekolah Dasar No I Sanur pada tahun pelajaran 2009/2010. Tempat penelitian ini saya pilih, karena tempat ini merupakan tempat saya bertugas sehari hari. Dalam melaksanakan tugas sehari hari, peneliti menemukan sesuatu kejanggalan dalam sikap disiplin dan tanggung jawab siswa dari tahun ketahun mengalami penurunan. Dalam pikiran peneliti hal ini kalau terus dibiarkan akan mempengaruhi watak, sikap dan kebiasan serta perilaku siswa dikemudian hari yang tentunya akan mempengaruhi tercapainya tujuan dari pendidikan itu sendiri, terutama dari kualitasnya. 

Harapan ideal peneliti, siswa yang disiplin dan bertanggung jawab di sekolah prestasi belajarnya pun akan meningkat pula. Dengan harapan hasil penelitian ini agar menjadi bahan pertimbangan bagi rekan rekan sejawat dalam mendidik dalam proses pendidikan dan pembelajaran di tempat peneliti bertugas. Itulah alasan peneliti memilih tempat penelitian ini, yang sekaligus tempat peneliti bertugas sehari hari. 

B. Subyek Penelitian 
Sebagai subyek Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yang saya lakukan adalah siswa kelas III SD No.I Sanur tahun pelajaran 2009/2010. Jumlah siswa yang saya teliti sebanyak 42 orang. Penelitian Tindakan Kelas ini tidak menggunakan teknik sampling. Jadi yang diteliti adalah semua siswa kelas tiga SD No. I Sanur tahun pelajaran 2009/2010. 

C. Sumber Data 
Sumber data yang peneliti dapatkan adalah dari siswa kelas III SD No. I Sanur tahun pelajaran 2009/2010, sekaligus sebagai obyek penelitian. 

D. Metode Dan Instrumen Penelitian 
a. Teknik Pengumpulan Data 
1. Teknik observasi 
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan teknik observasi. Spradly tahun 1980 yang dikutip oleh Dra. Ari Pudjiastuti, M.Pd., Widyaiswara P4TK PKn dan IPS Malang, 2007 menyebutkan, bahwa teknik observasi adalah suatu pengamatan dan pencatatan sistimatis dan teratur mengenai objek yang sedang diteliti, observasi menjadi teknik pengumpulan data yang baik bagi penelitian yang ingin menjaring data tentang perilaku/sikap. Observasi terutama ditujukan untuk memperoleh data berkaitan dengan apa yang dikerjakan (cultural behavior) dan apa yang dibuat dan dipergunakan (cultural artifacts) oleh partisipan. ( Spradly, 1980 ). 

Bentuk observasi yang peneliti pakai adalah observasi secara langsung. Yang dimaksud dengan observasi secara langsung adalah pengamatan langsung pada obyek yang diamati yaitu siswa itu sendiri 

2. Teknik wawancara. 
Yang dimaksud dengan wawancara adalah ”proses memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka dengan responden atau tanpa menggunakan pedoman (guide). Materi wawancara persoalan yang ditanyakan kepada responden berkisar masalah dan tujuan penelitian. ( Dra. Ari Pudjiastuti, M.Pd., Widyaiswara P4TK PKn dan IPS Malang, 2007 ) 

Wawancara yang peneliti lakukan adalah dengan siswa yang berkaitan dengan disiplin yang dilaksanakan di sekolah dan rasa tanggung jawab setelah diadakannya sanksi berjenjang. 

b. Alat Pengumpulan Data
Alat yang dipakai pengumpulan data adalah melalui lembaran pengamatan ( observasi ) dan lembaran wawancara. 

E. Validasi Instrumen 
a. Validasi Teoritik Dan Validasi empirik. 
Yang dimaksud dengan validasi instrumen adalah ketepatan alat yang dipakai untuk mengukur dari indikator yang akan diteliti. Sesuai dengan hal tersebut maka untuk mengukur tingkat disiplin dan tanggung jawab siswa menggunakan pedoman pengamatan atau observasi. Sebagai hasil dari observasi berupa sikap dan tingkah laku, disiplin dan tanggung jawab siswa di sekolah 

F. Analisis Data 
Dalam penelitian ini tidak menggunakan analisis uji stastistik namun menggunakan analisis diskriptif dan komperatif. Hasil observasi yang telah dilakukan diolah dan dianalisis secara diskriptif komperatif yaitu membandingkan nilai antar siklus maupun indikator dalam penelitian. Observasi dengan analisis diskriptif ini berdasarkan hasil observasi dan refleksi tiap siklus. 

G. Indikator Kinerja 
Kondisi akhir yang kita harapkan setelah melakukan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini, bahwa disiplin dan tanggung jawab siswa kelas III SD No 1 Sanur tahun pelajaran 2009/2010 mengalami peningkatan. Peningkatan disiplin dan tanggung jawab siswa ini dapat dilihat dari sikap dan tingkah laku sehari hari, yaitu dari kurang berdisiplin menjadi berdisiplin serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas tugas di sekolah. 

Berdasarkan pengamatan atau observasi sebelum menerapkan sanksi berjenjang siswa memiliki sikap kurang berdisiplin dan kurang memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas tugasnya. 

Rentangan nilai yang dipakai sebagai tolak ukur untuk menentukan tinggi rendahnya sikap disiplin dan rasa tanggung jawab siswa adalah sebagai berikut: 
  1. ”Sangat baik ( A ) = 8,5 – 10 
  2. Baik ( B ) = 7,0 – 8,4 
  3. Cukup ( C ) = 5,5 - 6,9 
  4. Kurang ( D ) = 4,0 – 5,4 
  5. Sangat kurang ( E ) = 0.0 – 3,9”, ( Drs. Safari, MA; 2003, 54 ) 
Indikator kinerja yang saya tetapkan bahwa sebelum menerapkan sanksi berjenjang sikap dan tanggung jawab siswa nilai rata ratanya adalah berkisar pada rentangan 5,5 – 6,9 ( Cukup/ C ). Setelah menerapakan sanksi berjenjang nilai rata rata siswa tingkat disiplin dan tanggung jawabnya diharapkan berkisar pada rentangan 8,5 – 10 ( sangat baik/A). Indikator terendah yaitu dengan nilai rata rata C, Dan diasumsikan bahwa siswa secara umum sudah mengetahui disiplin dan rasa tanggung jawab di sekolah. Namun hal ini peneliti akan buktikan setelah melakukan observasi secara kontinu selama melakukan penelitian. 

H. Prosodur Penelitian 
Bentuk penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas ( classroom acttion research ). Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menerapkan sanksi berjenjang pada siswa siswa yang kurang disiplin dan kurang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas sehari hari di sekolah. 

Rancangan penelitian ini menggunakan prosodur yang telah saya tetapkan, kemudian dilaksanakan dengan harapan hasil penelitian betul betul valid dan tepat. Prosodur yang saya pergunakan adalah melalui beberapa tahap yaitu : 
  1. Tahap perencanaan penellitian 
  2. Tahap observasi sebelum pelaksanaan penelitian 
  3. Tahap Pelaksanaan penelitian 
  4. Tahap observasi saat penerapan sanksi berjenjang. 
  5. Tahap evaluasi dari hasil pelaksanaan penellitian 
  6. Tahap repleksi 
a. Tahap Perencanaan Penelitian. 
Dalam tahap ini peneliti merencanakan penelitian diawali dengan adanya permasalahan bahwa di tempat bertugas banyak siswa yang kurang berdisiplin dan kurang bertanggung jawab sehingga akan mempengaruhi pembelajaran dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap prestasi siswa itu sendiri di sekolah. Untuk mengetahui persoalan ini, maka peneliti ingin membuktikan kebenaran tersebut. Kebiasaan yang kurang disiplin dan kurang bertanggung jawab siswa di sekolah, diperkirakan salah satu penyebabnya karena alat pendidikan yang kurang diterapkan di sekolah yaitu ” sanksi berjenjang ”. Untuk menjawab hal tersebut kemudian peneliti mulai membuat proposal penelitian tindakan kelas 

b.Tahap Observasi Sebelum Pelaksanaan Penelitian 
Untuk mengetahui secara jelas sikap disiplin dan tanggung jawab siswa di sekolah maka peneliti membuat pedoman observasi terhadap sikap disiplin dan tanggung jawab siswa dengan indikator indikatornya. Observasi ini saya lakukan untuk mengetahui secara jelas sikap disiplin siswa sebelum diterapkan sanksi berjenjang dan sikap kurang berdisiplin serta rasa bertanggung jawab setelah dilterapkannya sanksi berjenjang di sekolah. Observasi pada tahap awal ini peneliti juga menggunakan pedoman observasi yang telah ditentukan indikator indikatornya. 

c. Tahap Pelaksanaan penelitian. 
Pada tahap ini peneliti memberikan pengarahan kepada siswa dan membuat kesepakatan dengan siswa, bahwa bagi siswa yang tidak tertib dan tidak disiplin di sekolah akan dikenakan sanksi berjenjang. Pada tahap ini juga peneliti memberitahu kepada siswa, bahwa yang berdisiplin dan bertanggung jawab juga akan diberikan penghargaan ( apresiasi ). Peneliti menentukan sanksi sanksi yang akan dikenakan kepada siswa yang melanggarnya. Observasi pada tahap ini dilaksanakan dengan menggunakan pedoman pengamatan ( pedoman observasi ) dengan indikator indikator yang telah ditetapkan. 

Bagi siswa yang melanggar kesepakatan dipanggil kemudian diberikan sanksi ” 
  1. Sanksi berupa teguran atau peringatan. 
  2. Sanksi berdiri di depan kelas sambil membaca. 
  3. Sanksi membersihkan halaman sekolah 
  4. Sanksi membersihkan wc dan kamar mandi 
  5. Sanksi fisik jongkok bangun didepan kelas dengan hitungan sendiri 
  6. Sanksi fisik Berlari dihalaman sekolah 
  7. Sanksi pemanggilan siswa oleh kepala sekolah 
  8. Sanksi pemanggilan orang tua siswa 
d. Tahap observasi saat penerapan sanksi berjenjang. 
Setelah diamati beberapa hari dengan pedoman pengamatan mulai berlangsungnya pelaksanaan dan pada saat penerapan sanksi berjenjang tersebut diatas, maka selanjutnya peneliti mengamati kembali dengan pedoman pengamatan yang telah ditetapkan dengan indikator – indikatornya. Kemudian nilainya dirata ratakan. 

e. Tahap evaluasi dari hasil pelaksanaan penellitian. 
Setelah dilakukan observasi sebelum penerapan sanksi berjenjang dan sesudah dilaksanakan penerapan sanksi berjenjang, selanjutnya dilakukan perbandingan hasil observasi sebelum diterapkan sanksi berjenjang dengan hasil observasi setelah diterapkan sanksi berjenjang pada siswa kelas III SD No I Sanur tahun pelajaran 2009/2010. 

f. Tahap repleksi. 
Setelah diketahui hasill perbandingannya kemudian diulangi lagi observasinya mulai dari tahap pelaksanaan penelitian sampai pada tahap penerapan sanksi berjenjang. Hal ini gunanya untuk mengetahui secara jelas pengaruh penerapan sanksi berjenjang dibandingkan dengan tanpa mengunakan sanksi berjenjang untuk meningkatkan disiplin dan tanggung jawab siswa. Setelah diketahui secara jelas pengaruhnya, maka bagi siswa yang tidak melanggar disiplin dan tanggung jawab peneliti juga memberikan penguat berupa apresiasi dan motivasi. Dengan demikian siswa yang kurang bersikap disiplin dan bertanggung jawab akan terdorong keinginannya untuk berlomba-lomba bersikap berdisiplin dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya.



Oktober 30, 2015

0 comments:

Posting Komentar