Meliputi Nasionalis dan Menghargai Keberagaman.
Disamping itu, Penulis juga menjelaskan pilar-pilar penting dalam dalam pendidikan karakter yang diadopsi dari berbagai pendapat pakar pendidikan. Antara lain :
- Responsibility (tanggung jawab),
- Respect (rasa hormat)
- Fairness (keadilan)
- Courage (keberanian)
- Honesty (kejujuran)
- Citizenchip ( kewarganegaraan)
- Self-Dicipline (disiplin diri)
- Caring (peduli) Perseverance (ketekunan)
Selain prinsip-prinsip pendidikan karakter, penulis juga memberikan langkah sekolah memadukan pendidikan karakter melalui pembelajaran, melalui manajemen sekolah, dan melaui ekstrakurikuler. Sedangkan untuk mengetahui apakah penerapan pendidikan karakter berhasil atau tidak, penulis buku ini juga menyajikan 21 indikator keberhasilan pendidikan karakter.
Pendidikan karakter membutuhkan proses atau tahapan secara sistematis dan gradual sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Atas dasar itulah menurut penulis, karakter harus dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanan (acting), dan kebiasaan (habit). Sebagaimana pendapat M. Furqon Hidayatullah yang mengklasifikasikan pendidikan karakter dalam beberapa tahap, berdasarkan hadits Rosulullah SAW. Tahap-tahap tersebut adalah a. tahap penanam adab (umur 5 – 6 tahun) b. tahap penanaman tanggung jawab (umur 7-8 tahun). c.tahap penanaman kepedulian (umur 9-10 tahun), d. tahap peneneman kemandirian (umur 11-12 tahun), dan e. tahap penanaman pentingnya bermasyarakat ( umur 13 tahun ke atas).
Akhirnya, yang menjadi kunci internalisasi pendidikan karakter kepada peserta didik adalah peranan guru. Guru merupakan sosok yang menjadi idola bagi anak didik. Keberadaannya sebagai jantung pendidikan tidak bisa dipungkiri. Baik atau buruknya pendidikan sangat bergantung pada sosok yang satu ini. Segala upaya sudah harus dilaksanakan untuk membekali guru dalam menjalankan fungsinya sebagai aktor penggerak sejarah peradaban manusia dengan melahirkan kader-kader masa depan bangsa yang berkualitas paripurna, baik sisi akademik, afektif, dan psikomotorik. Menurut E. Mulyasa, fungsi guru itu bersifat multifungsi. Ia tidak hanya sebagai pendidik, tapi juga sebagai pengajar, pembimbing, pelatih, penasihat, pembaru, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, emansipator, evaluator, pengawet, dan kulminator. (Mulyasa, 2005;37-64).
Menurut Sri Endang Susetiyawati yang dikutip penulis, dalam konteks sistem pendidikan di sekolah sekurang-kurangnya pendidikan karakter harus memerhatikan tiga hal. Pertama, guru harus ditempatkan dan dikembalikan pada hakikatnya sebagi pendidik, bukan sebagai pengajar semata yang hanya mentransfer pengetahuan di ruang kelas. Kedua, harus diikuti dengan sistem pembelajaran yang sungguh-sungguh menempatkan sosok guru sebagai orang yang paling tahu tentang kondisi dan perkembangan anak didiknya khususnya yang berkaitan dengan masalah kepribadian atau karakter siswa tersebut. Ketiga, perlu digalakkan kembali sistem evaluasi yang lebih menitiberatkan pada penilaian aspek afektif.
Untuk memberi gambaran yang lebih jelas peranan utama guru dalam pendidikan karakter penulis buku ini menjelaaskannya sebagai berikut,
Keteladanan, keteladana guru sangat penting. Tanpa keteladanan, pendidikan karakter kehilangan ruhnya yang paling esensial; hanya slogan, kamuflase, fatamorgana, dan kata-kata negatif lainnya. Keteladanan memang mudah diucapkan tapi sulit dilakukan. Sebab, keteladanan lahir melalui proses pendidikan yang panjang; mulai dari pengayaan materi, perenungan, penghayatan, pengamalan, ketahanan, hingga konsistensi dalam aktualisasi.
Inspirator, jika semua guru mampu menjadi inspirator maka kader-kader bangsa akan muncul sebagai sosok inspirator. Mereka akan mencurahkan segala daya dan upaya untuk meraih prestasi.
Motivator, setelah menjadi sosok inspirator, peran guru selanjutnya adalah motivator. Hal ini dapat dilihat dengan adanya kemampuan guru dalam membangkitkan spirit, etos kerja, dan potensi yang luar biasa dalam diri peserta didik.
Dinamisator, seorang guru tidak hanya membangkitkan semangat tapi juga menjadi lokomotif yang benar-benar mendorong gerbong ke arah tujuan dengan kecepatan, kecerdasan, dan kearifan yang tinggi.
Evaluator, guru harus selalu mengevaluasi metode pembelajaran yang selama ini dipakai dalam pendidikan karakter. Selain itu, ia juga harus mampu mengevaluasi sikap prilaku yang ditampilkan, sepak terjang dan perjuangan yang digariskan, dan agenda yang direncanakan. Evaluasi yang dimaksud adalah wahana meninjau kembali efektivitas, efisiensi, dan produktivitas sebuah program baik secara internal maupun eksternal sehingga ada masukan yang berharga bagi perbaikan dan pengembangan ke depan.
Selain menyajikan data-data hasil penelitian para pakar pendidikan karakter yang akurat dan didukung dengan referensi yang baik, buku ini juga memudahkan pembaca untuk menemukan inti materi karena penulis member bingkai bagian-bagian yang penting secara khusus sehingga pembaca bisa mengetahui hal-hal yang bersifar prinsip.
Pada bagian terakhir buku ini, sebenarnya cukup baik penulis menyajikan karakter-karakter tokoh-tokoh yang patut diteladani. Sayangnya, beberapa tokoh yang disajikan hanya terkenal di daerah dan kalangan tertentu saja sehingga tidak banyak orang yang mengenal tokoh tersebut.
Meski adanya sedikit kekurangan, tak urung buku ini adalah salah satu buku yang sangat penting untuk dimiliki para pendidik karena di saat terjadinya kegalauan dunia pendidikan dalam menanamkan karakter pada peserta didik, buku ini memberikan panduan dan langkah-langkah tepat dalam menginternalisasikan pendidikan karakter di sekolah.
Selain menyajikan data-data hasil penelitian para pakar pendidikan karakter yang akurat dan didukung dengan referensi yang baik, buku ini juga memudahkan pembaca untuk menemukan inti materi karena penulis member bingkai bagian-bagian yang penting secara khusus sehingga pembaca bisa mengetahui hal-hal yang bersifar prinsip.
Pada bagian terakhir buku ini, sebenarnya cukup baik penulis menyajikan karakter-karakter tokoh-tokoh yang patut diteladani. Sayangnya, beberapa tokoh yang disajikan hanya terkenal di daerah dan kalangan tertentu saja sehingga tidak banyak orang yang mengenal tokoh tersebut.
Meski adanya sedikit kekurangan, tak urung buku ini adalah salah satu buku yang sangat penting untuk dimiliki para pendidik karena di saat terjadinya kegalauan dunia pendidikan dalam menanamkan karakter pada peserta didik, buku ini memberikan panduan dan langkah-langkah tepat dalam menginternalisasikan pendidikan karakter di sekolah.
0 comments:
Posting Komentar