PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU DAN SENI

Jumat, 18 September 2015

PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU DAN SENI
A. TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan, peserta program akta mengajar IV diharapkan dapat memahami ilmu pendidikan, praktek pendidikan sebagai aplikasi ilmui pendidikan, dan pendidikan sebagai seni.
B. DESKRIPSI MATERI
Studi ilmiah antara lain telah menghasilkan ilmu pendidikan. Orang dapat menjadi pendidik (khususnya pendidik profesional) dengan mempelajari ilmu pendidikan. Dalam praktek pendidikan diaplikasikan ilmu pendidikan, tetapi praktek pendidikan ju ga adalah seni. 

1. Definisi, Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu.Istilah ilmu berasal dari kata alima (bahasa Arab) yang berarti pengetahuan. Di dalam bahasa Latin dikenal pula kata scireyang juga berarti pengetahuan. Ada berbagai jenis pengetahuan, jenis pengetahuan dikelompokan orang menjadi: revealed knowledge, intuitif knowledge, rational knowledge, empirical knowledge, dan authoritative knowledge; di pihak lain ada juga yang mengelompokan jenis pengetahuan menjadi: commonsense knowledge, scientific kno wledge, philosophical knowledge, dan religious knowledge . Secara etimologis ilmu adalah pengetahuan, karena itu semua pengetahuan tersebut di atas adalah ilmu. Secara substansial dan operasional ilmu menunjuk kepada tiga hal, yaitu: 
  • bodies of knowledge, 
  • abody of systematic knowledge,dan scientific method. Ilmu mengandung arti cara kerja ilmiah dan hasil kerja ilmiah. 
Ilmu adalah pengetahuan ilmiah yang dihasilkan melalui metode ilmiah. Ilmu memiliki karakteristik sebagai berikut: 
a. Objek studi ilmu meliputi berbagai hal sebatas yang dapat dialami manusia. Setiap ilmu memiliki objek material dan objek formal.Beberapa disiplin ilmu mungkin memiliki objek material yang sama, tetapi setiap disiplin ilmu mempunyai objek formal yang berbeda. Obj ek studi setiap disiplin ilmu bersifat spesifik.

b. Metode ilmiah adalah prosedur pemecahan masalah yang cermat dan terencana. Metode ilmiah merupakan gabungan dari pendekatan rasional dan empiris. Kerangka studinya merupakan proses logico-hypotetico-verif ikasi, atau menggunakan kerangka berpikir deduktif-induktif (scientific method). Namun demikian, metode ilmiah dapat bersifat kuantitatif dan atau kualitatif.

c.  Isi ilmu dapat berupa konsep, aksioma, postulat, prinsip, hukum teori, dan model. Dalam hal ini isi ilmu bersifat objektif, deskriptif, dan disajikan secara rinci dan sistematis.

d.  Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksikan, dan mengontrol. Berbagai jenis ilmu antara lain diklasifikasikan orang ke dalam: natural sciences (naturwissenschaften), danhuman sciences (geisteswissenschaften). Klasifikasi lain adalah: natural sciences, social sciences, behavioral sciences , dan formal sciences. Ada pula yang mengklasifikasikan ilmu menjadi: ilmu murni dan ilmu terapan.

2. Definisi, Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu Pendidikan. Ilmu penididkan adalah sistem pengetahuan tentang fenomena pendidikan yang dihasilkan melalui riset dengan menggunakan metode ilmiah. Ilmu pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut:
  • Objek Studi: Objek material ilmu pendidikan adalah manusia (manusia sebagai makhluk Tuhan yang berbeda hakiki dengan benda, tumbuhan dan hewan); sedangkan objek formalnya adalah fenomena pendidikan, yaitu fenomena mendidik dan fenomena lain yang berhubungan dengan kegiatan mendidik.
  • Metode: Ilmu pendidikan mengguanakan metode kualitatif dan atau metode kuantitatif. Penggunaan metode tersebut tergantung pada masalah atau objek penelitiannya.
  • Isi Ilmu Pendidikan: Sebagaimana ilmu-ilmu lainnya, ilmu pendidikan dapat berupa konsep, aksi oma, postulat, prinsip,hukum, teori, dan model. Dalam hal ini ilmu pendidikan bersifat objektif, deskriptif, preskriptif (normatif), yang disajikan secara rinci dan sistematis. Ilmu pada umumnya bersifat deskriptif, tetapi ilmu pendidikan tidak hanya bersifat deskriptif, melainkan juga preskriptif/normatif.
  • Fungsi ilmu pendidikan: menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol.
  • Ilmu pendidikan menggunakan ilmu-ilmu lain sebagai ilmu bantu. Sekalipun demikian, menurut 
M.J. Langeveld (1980), sebagai ilmu yang bersifat otonom ilmu pendidikan berperan sebagai “tuan rumah”, sedangkan ilmu-ilmu lain merupakan “tamu”nya.

M.J. Langeveld mengklasifikasi ilmu pendidikan (Ilmu Mendidik) terbagi atas:
a. Ilmu Mendidik Teoritis, yang meliputi:
  • Ilmu Mendidik Sistematis.
  • Sejarah Pendidikan.
  • Ilmu Perbandingan Pendidikan.
b. Ilmu Mendidik Praktis, yang meliputi:
  • Didaktik/Metodik.
  • Pendidikan dalam Keluarga.
  • Pendidikan Gereja (Lembaga Keagamaan).
Sedangkan Redja Mudyahardjo (2001) mengklasifikasi Ilmu Pendidikan sebagai berikut:
a. Ilmu Pendidikan Makro:
  • Ilmu Pendidikan administratif.
  • Ilmu Pendidikan Komparatif.
  • Ilmu Pendidikan Historis.
  • Ilmu Pendidikan Kependudukan.
b. Ilmu Pendidikan Mikro:
1) Ilmu Mendidik Umum yang meliputi:
  • Pedagogik Teoritis.
  • Ilmu Pendidikan Psikologis.
  • Ilmu Pendidikan Sosiologis.
  • Ilmu Pendidikan Antropologis.
  • Ilmu Pendidikan Ekonomik.
2) Ilmu Mendidik Khusus:
  • Ilmu Persekolahan.
  • Ilmu Pendidikan Luar Sekolah.
  • Ilmu Pendidikan Luar Biasa/Orthopedagogik.
3.Pendidikan (Mendidik) sebagai Seni Pendidikan antara lain dapat dipelajari melalui ilmu pendidikan, namun demikian pendidikan (praktek pendidikan atau mendidik) juga adalah seni. Alasanya bahwa praktek pendidikan melibatkan perasaandan nilai yang sebenarnya di luar daerah ilmu(ilmu yang berparadigma positivisme). Sehubungan dengan itu, Gilbert Highet (1954) mengibaratkan praktek pendidikan sebagaimana orang melukis sesuatu, mengarang lagu, menata sebuah taman bunga, atau menulis surat untuk sahabat. Sedangkan menurut Gallagher (1970) seni mendidik itu merupakan: (1) keterampilan jenius yang hanya dimiliki beberapa orang; dan (2) mereka tidak dapat
menjelaskan secara sistematis bagaimana mereka mempraktekan keterampilan itu. Praktek pendidikan diakui sebagai seni, impilkasinya fungsi mendidik yang utama adalah menghasilkan suatu karya yang utuh, unik, sejati (bukan pura-pura atau dibuat-buat, anak tidak boleh dikorbankan sebagai kelinci percobaan), dan tiap pihak memperoleh manfaat. Selain itu, pendidik harus kreatif , skenario atau persiapan mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja, yang lebih penting adalah improvisasi. Pendidik harus memperhatikan minat, perhatian, dan hasrat anak didik. Pengakuan pendidikan sebagai seni, tidak harus menggoyahkan pengakuan bahwa pendidikan dapat dipelajari secara ilmiah. Idealnya, pendidikan adalah aplikasi ilmu (ilmu pendidikan) tetapi sekaligus pula adalah seni.

C. PERTANYAA/TUGAS
1. Kemukakan definisi ilmu dan ilmu pendidikan.
2. Kemukakan karakteristik ilmu.
3. Jelaskan karakteristik ilmu pendidikan.
4. Praktek pendidikan perlu mengaplikasikan ilmu pendidikan, tetapi sekaligus juga seni, Jelaskan.

D. REFERENSI
Mudyahardjo, Redja, (2001), Filsafat Ilmu Pendidikan, Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.Pribadi, S. (Ed.), (1984),Landasan Kependidikan, Jurusan FSP FIP IKIP Bandung.

MANUSIA DAN PENDIDIKAN
(Landasan Antropo-Filosofis Pendidikan)
A. TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan, peserta program akta mengajar IV diharapkan dapat memahami manusia dalam berbagai dimensinya serta implikasinya terhadap pendidikan. 

B. DESKRIPSI MATERI
1. Sosok Manusia dalam Berbagai Dimensinya Manusia adalah makhluk Tuhan YME. Hal ini jelas bagi kita atas dasar keimanan; dalam konteks filsafat hal ini didasarkan pada argumen kosmologis; sedangkan secara faktual terbukti dengan adanya fenomena kemakhlukan yang dialami manusia. Manusia adalah kesatuan badani rohani. Sebagai kesatuan badani rohani, manusia hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan, insting, nafsu, serta tujuan hidup.Manusia memiliki potensi untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbuat baik, cipta, rasa, karsa, dan berkarya. Dalam eksistensinya manusia memiliki dimensi individualitas, sosialitas, kultural, moralitas, dan religius. Adapun semua itu menunjukkan adanya dimensi interaksi atau komunikasi, historisitas,dan dimensi dinamika. Dimensi historisitas menunjukan bahwa eksistensi manusia saat ini terpaut pada masa lalunya sekaligus mengarah ke masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya.Ia berada dalam perjalanan hidup, perkembangan dan pengembangan diri. Ia memang lahir sebagai manusia tetapi belum selesai mewujudkan diri sebagai manusia.Idealnya manusia mampu memenuhi berbagai kebutuhannya secara wajar, hidup sehat, mampu mengendalikan insting dan hawa nafsunya, serta mampu mewujudkan berbagai potensinya secara optimal ; bebas, bertanggung jawab serta mampu mewujudkan peranan individualnya, mampu melaksanakan peranan-peranan
sosialnya, berbudaya, bermoral serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME. Sehingga dengan demikian ia mampu berinteraksi atau berkomunikasi secara monomulti dimensi, serta terus menerus secara sungguh-sungguh menyempurnakan diri sebagai manusia untuk mencapai tujuan hidupnya (duniaakhirat).

2.Manusia sebagai Makhluk yang Perlu Dididik dan Dapat Dididik Setelah kelahirannya, manusia tidak dengan sendirinya mampu menjadi manusia. Untuk menjadi manusia, ia perlu dididik dan mendidik diri. Sehubungan dengan ini M.J. Langeveld (1980) menyebut manusia sebagai Animal Educandum.

Ada tiga prinsip antropologis yang mendasari perlunya manusia mendapatkan pendidikan dan mendidik diri, yaitu:
  • prinsip historisitas, 
  • prinsip idealitas, dan
  • prinsip faktual/posibilitas. Kesimpulan bahwa manusia perlu dididik dan mendidik diri, mengimplikasikan bahwa manusia dapat dididik. Sehubungan dengan ini, M.J. Langeveld (1980) juga menyebut manusia sebagai Animal Educabile.
Ada lima prinsip antropologis yang mendasari bahwa manusia dapat dididik yaitu: 
  • prinsip potensialitas,
  • prinsip dinamika, 
  • prinsip individualitas,
  • prinsip sosialitas, dan 
  • prinsip moralitas. 
Pendidikan sebagai Humanisasi
Sebagaimana dinyatakan Karl Jaspers, bahwa “to be a man is to become a man”, sedangkan untuk menjadi manusia, manusia perlu didik dan mendidik diri, implikasinya maka pendidikan harus befungsi memanusiakan manusia. Pendidikan adalah humanisasi.Sebagai Humanisasi, pendidikan hendaknya dilaksanakan untuk membantu perealisasian/pengembangan berbagai potensi manusia, yaitu potensi untuk mampu: beriman dan bertaqwa tehadap Tuhan YME, berbuat baik, hidup sehat, potensi cipta, rasa, karsa dan karya. Semua itu harus dikembangkan secara menye luruh dan terintegrasi dalam konteks kehidupan keberagamaan, moralitas, individualitas, sosialitas dan kultural. Dalam hal ini, pendidikan hendaknya dilaksanakan sepanjang hayat. Selain itu, materi dan cara-cara pelaksanaan pendidikan perlu dipilih atas dasar asumsi tentang hakikat manusia dan tujuan pendidikan yang diturunkan daripadanya.

C. PERTANYAAN/TUGAS
  1. Buatlah peta konsep tentang dimensi-dimensi eksistensi manusia.
  2. Jelaskan tiga prinsip antropologis yang menjadi asumsi bahwa manusia perlu dididik at au mendidik diri.
  3. Jelaskan lima prinsip antropologis yang menjadi asumsi bahwa manusia dapat atau mungkin dididik.
  4. Pendidikan adalah humanisasa, jelaskan maknanya.
D. REFERENSI
Syaripudin, T., (1994), Implikasi Eksistensi Manusia terhadap Konsep Pendidik an Umum, (Tesis), PPS IKIP Bandung.-------------------, (2002), Landasan Antropofilosofis Pendidikan, dalam Landasan Kependidikan TK., Jurusan FSP FIP UPI.


LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN IDEALISME
A. TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan, peserta program akta mengajar IV diharapkan mampu memahami dan mengkritisi asumsi-asumsi filosofis pendidikan Idealisme.

B. DESKRIPSI MATERI
Metafisika : Para filosof Idealisme mengklaim bahwa realitas hakikatnya bersifat spiritual daripada bersifatfisik, bersifat mental daripada material. Manusia : Manusia adalah makhluk spiritual. Manusia merupakan makhluk yang cerdas dan bertujuan. Pikiran manusia diberkahi kemampuan rasional dan karena itu mampu menentukan pilihan. Pengetahuan : Pengetahuan dip eroleh manusia dengan cara mengingat kembali atau berpikir dan melalui intuisi. Kebenaran mungkin diperoleh manusia yang mempunyai pikiran yang baik, kebanyakan orang hanya sampai pada tingkat pendapat. Uji kebenaran pengetahuan didasarkan pada teori koherensi atau konsistensi. Nilai : Manusia diperintah oleh nilai moral imperatif yang bersumber dari realitas yang absolut atau yang diturunkan dari realitas yang sebenarnya (Idealisme Theistik: Tuhan; Idealisme Pantheistik: Alam). Nilai bersifat absolut dan tidak berubahTujuan Pendidikan: Pembentukan karakter, pengembangan bakat insani, dan kebajikan sosial. Kurikulum/Isi Pendidikan: Pengembangan kemampuan berpikir melalui pendidikan liberal, penyiapan keterampilan bekerja sesuatu mata pencaharian melalui pendidikan praktis.Metode Pendidikan: Metode yang diutamakan adalah metode dialektik, namun demikian tiap metode yang mendorong belajar dapat diterima, dan cenderung mengabaikan dasar-dasar phisiologis untuk belajar Peranan Pendidik dan Peserta didik: Pendidik bertanggung jawabuntuk menciptakan lingkungan pendidikan bagi peserta didik. Pendidik harus unggul agar dapat menjadi teladan baik dalam hal moral maupun intelektual. Sedangkan peserta didik bebas mengembangkan kepribadian dan bakatnya, beker ja sama, dan mengikuti proses alami dari perkembangan insani.

C. PERTANYAAN/TUGAS
  1. Buatlah bagan ringkas yang berisi berbagai asumsi filsafat pendidikan Idealisme.
  2. Kemukakan kritik terhadap asumsi-asumsi filsafat pendidikan Idealisme (asumsi mana yang dapatkita terima atau kita tolak).
D. REFERENSI
Callahan, J.F. and Clark, L.H., (1983),Foundation of Education,Mcmillan Publishing, New York.Kneller, G.F., (1971),Foundations of Education, John Willey & Sons Inc. USA.Power, E.J., (1982),Philoso phy of education, Studies in Philosophies,Schooling and Educational Policies, Prentice Hall Inc. New Jersey.

LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN REALISME
A. TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan, peserta program akta mengajar IV diharapkan mampu memahami dan mengkritisi asumsi-asumsi filsafat pendidikan Realisme.

B. DESKRIPSI MATERI
Metafisika: Para filosof Realisme umumnya memandang dunia dalam pengertian materi. Dunia terbentuk dari kesatuan-kesatuan yang nyata, substansial dan material, hadir dengan sendirinya, dan satu dengan yang lainnya tertata dalam hubungan-hubungan yang teratur di luarcampur tangan manusia.Manusia: Hakikat manusia terletak pada apa yang dikerjakannya. Pikiran atau jiwa merupakan suatu organisme yang sangat rumit yang mampu berpikir. Manusia bisa bebas atau tidak bebas. Pengetahuan: Pengetahuan diperoleh manusia melalui pengalaman dria dan penggunaan akal sehat. Dunia yang hadir tidak tergantung pada pikiran, atau pengetahuan manusia tidak dapat mengubah esensi
realitas (principle of independence). Uji kebenaran pengetahuan didasarkan atas teori korespondensi. Nilai: Tingkah laku manusia diatur oleh hukum alam dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebijaksanaan yang telah teruji.Tujuan Pendidikan: Pendidikan bertujuan untuk penyesuaian diri dalam hidup dan mampu melaksanakan tanggung jawab sosial. Kurikulum/Isi Pendidikan: Kurikulum harus bersifat komprehensif yang berisi sains, matematika, ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu sosial, serta nilai-nilai. Kurikulum mengandung unsur-unsur pendidikan liberal dan pendidikan praktis. Kurikulum diorganisasi menurut mata pelajaran (subject matter) dan berpusat pada materi pelajaran (subject centered). Metode: Metode hendaknya bersifat logis dan psikologis. Pembiasaan merupakan metode utama bagi penganut Realisme.



September 18, 2015

0 comments:

Posting Komentar