Mengatasi Penyakit Diabetes dan Hemodialisis

Sabtu, 17 Oktober 2015

Diabetes atau yang lebih terkenal dengan sebutan penyakit kencing manis merupakan salah satu faktor resiko terbesar dari penyakit gagal ginjal. Hal ini sangat disayangkan karena sebenarnya diabetes adalah penyakit yang bisa dikontrol karena hamper 90% nya berkaitan dengan gaya hidup yang tidak sehat. 

Redaksi menganggap bahwa masalah penyakit diabetes sangat perlu untuk dijadikan informasi utama. Hal ini karena diabetes dikenal sebagai pembunuh manusia secara diam-diam ( silent killer). Pasien yang menderitanya sering sekali baru menyadari adanya diabetes ketika kondisinya sudah kritis. Diabetes juga dikenal sebagai mother of disease yang merupakan induk dari penyakit-penyakit yang lain termasuk gagal ginjal. Dialife kali ini akan membahas mengenai kaitan antara diabetes dan hemodialisa, tips-tips sederhana untuk mengontrol diabetes serta beberapa menu yang bisa digunakan untuk pasien hemodialysis dan diabetes. 

Tidak ketinggalan informasi mengenai ancaman kebutaan pada pasien diabetes. Tidak hanya membahas mengenai diabetes, redaksi juga menyajikan informasi menarik mengenai status pekerjaan dan pasien gagal ginjal serta efek dari berpikir positif. Tema ini diangkat sebagai jawaban bagi pasien yang masih ragu – ragu untuk kembali bekerja atau berakti tas disebabkan oleh kondisi sik. Selain itu ada artikel seputar cerita pasien gagal ginjal yang juga menderita diabetes. Pengalaman pasien yang mungkin bermanfaat bagi pembaca. Selamat menikmati..

BEKERJA : BUKAN HANYA SEKADAR UANG
Untuk apa anda bekerja? Pertanyaan sederhana, yang hampir sebagian besar orang akan menjawab tentunya untuk mencari uang. Tetapi apakah manfaat bekerja hanya sekedar mencari uang? Lalu kenapa orang yang sudah sangat berkecukupan tetap memilih bekerja? Atau malah sebaliknya dan apa kaitannya antara bekerja dan kualitas pasien yang menjalani hemodialisa. 

Kesehatan memainkan peranan yang sangat penting dalam produktifitas seseorang. Tidak dapat disangkal, jika seseorang yang harus bekerja dalam keadaan sakit seringkali tidak dapat memperlihatkan kinerja yang maksimal, seperti kehadiran yang tdak optimal. Bagi pasien yang menjalani terapi hemodialisa misalnya, beberapa dari mereka terpaksa harus meminta izin setiap minggunya minimal dua kali untuk menjalani terapi. Kondisi tubuh dalam keadaan sakit bagi para pekerja tentunya juga memiliki dampak yang tidak dapat dihitung. Penelitian di amerika mempelajari bahwa pasien


yang menjalani terapi hemodialysis selama satu tahun akan memilih untuk berhenti dari pekerjaan mereka. Namun, dari penilitan ini yang mengejutkan adalah beberapa pasien yang memutuskan kembali bekerja setelah vakum dari pekerjaan memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang tidak bekerja. 

Ketika seseorang harus melawan penyakit kronis yang dideritanya, pasien harus dapat menjaga keseimbangan antara bekerja dan berobat serta melakukan terapi. Walaupun kesannya rutinitas yang dilakukan pasien cukup banyak, namun fakta dari beberapa penelitian berkata positif mengenai pasien yang bekerja. Pasien yang tetap memilih untuk tetap bekerja di sela-sela perjuangannya melawan penyakit, memiliki dampak yang sangat penting terhadap kualitas hidupnya. 

Penelitian yang dilakukan di Jepang menyampaikan bahwa pasien yang masih tetap bekerja saat dirinya harus menghadapi penyakit yang dideritaya akan merasa lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan orang terdekat. Selain itu, seseorang yang bekerja walau dalam kondisi melawan penyakit kronis akan memiliki kepercayaan yang lebih tinggi di dalam masyarakat.Tidak hanya itu, ternyata keadaan lingkungan kerja tempat pasien bekerja dapat menjadi salah satu bentuk dukungan sosial yang besar. Pasien yang berjuang melawan penyakit akan semakin mampu mengontrol dirinya dan mengatasi mengalihkan stress akibat penyakit yang diderita, seperti perasaan bersalah pada keluarga, perasaan tidak berguna dan menyalahkan diri sendiri. Status pekerjaan yang dimiliki pasien juga akan menambah kontribusi bagi kepercayaan diri yang lebih tinggi di masyarakat serta dapat menjaga produktifitas dirinya di depan orang lain.

Hidup dengan Diabetes dan Hemodialisis

Hidup dengan diabetes sudah cukup menyulitkan, bagaimana lagi ketika kita harus menjalani hidup dengan diabetes dan hemodialisis?. Apakah ada cara agar kedua penyakit ini bisa berdamai? Jumlah penderita gagal ginjal kronik meningkat, demikian pula yang harus menjalani hemodialisis terus meningkat setiap tahunnya. Dua faktor penyebab terbesar adalah penyakit diabetes dan hipertensi. Diabetes menyumbang hampir sekitar 25% dari penyakit gagal ginjal kronik. Gangguan ginjal pada diabetes ini terjadi pada 35-45% kasus terutama pada DM tipe I. Kerusakan ginjal terjadi setelah 15-25 tahun, dan jarang terjadi dalam 10 tahun pertama diabetes. 

Apa itu diabetes? 
Faktor risiko diabetes melitus antara lain obesitas yang sekarang ini banyak disebabkan oleh minuman mengandung gula. Berbagai penelitian memperlihatkan fruktosa, salah satu jenis gula yang sering digunakan sebagai pemanis minuman, dapat menyebabkan sindroma metabolik, hipertensi, diabetes melitus hingga penyakit ginjal. 

Diabetes adalah suatu penyakit serius dimana tubuh tidak menghasilkan insulin atau tidak merespon insulin yang dihasilkan tubuh. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas, fungsinya untuk mengontrol kadar gula (glukosa) dalam darah. Pada diabetes, tubuh yang tidak merespon insulin menyebabkan glukosa menumpuk dalam darah, dan menimbulkan banyak komplikasi. 

Tipe-tipe diabetes
1. Diabetes Tipe 1 Pada tipe ini, tubuh gagal untuk menghasilkan insulin. Biasanya dimulai ketika anak-anak atau remaja tapi bisa terjadi pada usia berapa pun. Penyakit tipe ini diobati dengan penyuntikan insulin atau pompa insulin setiap harinya dengan diet khusus. Sekitar 5 – 10% penyakit diabetes adalah tipe 1. Pada diabetes tipe ini akan secara pasti mengalami komplikasi ke ginjal. 2. 

Diabetes Tipe 2 Pada tipe ini, tubuh menghasilkan insulin namun tubuh gagal meresponnya dengan baik. Diabetes tipe 2 sebagian besar dapat dicegah dan biasanya disebabkan oleh diet yang buruk serta kurang olahraga. Biasanya dimulai ketika usia 40 tahun, tetapi bisa dimulai pada usia yang lebih awal. Penyakit tipe ini diobati dengan berolahraga, penurunan berat badan, dan diet khusus. Orang dengan diabetes tipe 2 mungkin membutuhkan insulin, tapi kebanyakan kasus diobati dengan pemberian obat yang biasa disebut oral hypoglycemic drug (OHO = obat hipoglikemik oral) jika diet dan olahraga tidak mampu mengontrol penyakit. Diabetes tipe 2 paling banyak dialami. Sekitar 15% diabetes tipe ini akan mengalami komplikasi ke ginjal. 

Bagaimana mengetahui kita diabetes atau tidak? 
Pendeteksian utama dari diabetes adalah dengan pemeriksaan gula darah. Namun selain pemeriksaan rutin laboratorium, ada tiga gejala klasik diabetes antara lain : 
  1. Poliuri, atau sering buang air kecil dengan volume yang banyak, terutama pada malam hari 
  2. Polidipsi, atau sering kali merasa haus dan ingin minum sebanyak-banyaknya. 
  3. Polifagi, nafsu makan meningkat dan kurang tenaga. 
Bagaimana diabetes mempengaruhi tubuh? Diabetes yang tidak terkontrol akan menyebabkan kenaikan kadar gula dalam darah (disebut dengan hyperglycemia). Kadar gula yang tinggi akan menyebabkan kerusakan pada beberapa organ tubuh seperti ginjal, jantung, pembuluh darah, mata, kaki, dan syaraf. Penderita diabetes lebih rentan mengalami masalah ginjal Diabetes menyumbang 25% penyakit gagal ginjal. Beberapa faktor resiko penyebab gagal ginjal antara lain : § Usia diatas 65 tahun § Mempunyai riwayat penyakit hipertensi, diabetes § Mempunyai keluarga dengan penyakit ginjal kronis Mengapa diabetes bisa menyebabkan kerusakan ginjal? Diabetes berbahaya bagi ginjal dengan menyebabkan 



Oktober 17, 2015

0 comments:

Posting Komentar