Pemanfaatan Multiple Inteligence dalam Proses Pembelajaran

Selasa, 10 November 2015

1. Pendahuluan 
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Standar proses merupakan satandar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses meliputi perencanaan, pelaksanaan, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. 

Mulyasa (2009 : 21), tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada siswa. Sesuai kemajuan teknologi dan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami siswa dengan segala perbedaan/keunikannya, agar mampu membantu siswa dalam menghadapi kesulitan belajar. Namun dalam kenyataannya, dengan berbagai alasan, banyak guru yang mengabaikannya dengan mengambil jalan pintas, tidak membuat persiapan ketika hendak melaksanakan pembelajaran. Setiap siswa memiliki perbedaan individual yang sangat mendasar yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran.

Dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru sebagai pembelajar harus dapat menciptakan suatu situasi yang mengaktifkan siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar. Oleh sebab itu guru harus menyesuaikan dengan variabel pembelajaran yang meliputi kondisi pembelajaran, strategi/metode pembelajaran dan hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran meliputi tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, karakteristik materi pembelajaran. Mengenai karakteristik siswa meliputi latar belakang, jenis kelamin, fisik, gaya belajar, minat, bakat, macam dan tingkat kecerdasan (inteligence) dan lainlain. Karakteristik setiap siswa tidaklah sama, sehingga pendekatan atau metode pembelajaran yang digunakan juga harus bervariasi. 

Berhubungan dengan kecerdasan (inteligence), dalam pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satu diantaranya adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan belajar yang kondusif akan dapat menguatkan kecerdasan siswa, sehingga hasil belajarnya akan dapat lebih mudah tercapai. Pendekatan ataupun metode pembelajaran yang digunakan guru adalah termasuk factor lingkungan dari siswa. Witherinton dalam Amin (2005 : 51) mengartikan inteligensi adalah suatu kesempurnaan dalam bertindak sebagaimana dimanifestasikan dalam banyak kemampuan atau kegiatan, seperti fasilitas dalam menggunakan bilangan atau angka, efisiensi menggunakan bahasa, kecepatan dalam pengamatan, fasilitas dalam mengingat, fasilitas dalam memahami keterkaitan, menghayal atau mencipta dan sebagainya.

Gardner (1999) dalam Gunawan (2003 : 229), menjelaskan, ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu/siswa yaitu kecerdasan linguistik, logis-matematik, dimensi-ruang (visual-spasial), musikal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal dan kecerdasan naturalis. Kecerdasan bukanlah sesuatu yang tetap, dapat ditumbuhkembangkan. Kecerdasan bersifat laten, ada pada setiap manusia dengan kadar pengembangan yang berbeda pula. Teori kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner tersebut dikenal dengan teori kecerdasan majemuk (Multiple Inteligence). 

Amstrong (2013 : 61) menyatakan bahwa teori kecerdasan multiple menyediakan cara bagi semua guru untuk merenungkan metode pembelajaran terbaik. Hal ini juga membantu guru memperluas khasanah pembelajaran saat ini untuk memasukkan jangkauan metode, materi dan teknik yang lebih luas, bahan dan teknik untuk menjangkau rentang yang lebih luas dari sebelumnya dan lebih beragam bagi siswa. 

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dapatlah dinyatakan bahwa kecerdasan memegang peranan penting dalam mencapai keberhasilan belajar siswa, tetapi hal yang penting adalah bagaimana seorang guru mengetahui dan memanfaatkan Multiple Inteligence untuk pencapaian kompetensi siswa dalam proses pembelajaran. 

2. Pembahasan 
Guru kreatif selalu menemukan kesempatan untuk menyesuaikan kurikulum dengan pendekatan pembelajaran. Pendekatan yang digunakan harus disesuaikan dengan keadaan siswa. Dengan mengetahui keadaan/karakter siswa guru akan dapat memlih dan menetukan pendekatan apa yang dapat digunakan dalam membantu siswa untuk belajar. Seperti mengetahui kecerdasan ganda (multiple intelligence). Dengan jenis dan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa, guru akan dapat mengembangkan potensi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. 

Kecerdasan Majemuk (Multiple Inteligence) 
Multiple Inteligence atau Kecerdasan majemuk adalah macam kecerdasan yang dimiliki setiap individu lebih dari satu. Gardner menyediakan sarana untuk memetakan berbagai kemampuan yang dimiliki manusia dengan mengelompokkan kemampuan-kemampuan siswa ke dalam delapan kategori kecerdasan. Setiap individu/ siswa memiliki ke delapan jenis kecerdasan dengan kadar yang berbeda, artinya tergantung jenis kecerdasan mana yang dominan. Teori kecerdasan majemuk memberikan pendekatan pragmatis yakni bagaimana memanfaatkan kelebihan siswa untuk membantu siswa belajar. Gardner (1993a) dalam Uno dan Kuadrat (2009:15), menyatakan bahwa kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan bahasa linguistik, matematika-logika, visual-spacial, musical, kinestetis, interpersonal, intra personal dan naturalis. 

1. Kecerdasan Bahasa (Linguistic intelligence)
Lusita (2012;101) menyatakan bahwa kecerdasan liguistik berkaitan dengan kemampuan membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi dan berdebat. Sebagai ciri-ciri siswa yang memiliki kecerdasan linguistic Campbell, dkk (2006:12) adalah mendengar dan merespon setiap suara, ritme, warna dan berbagi ungkapan kata; menirukan suara, bahasa, membaca dan menulis; belajar melaui menyimak, membaca, menulis dan diskusi, menyimak efektif (memahami, menguraikan, menafsrkan dan mengingatkan yang diucapkan); membaca efektif (memahami, meringkas, menerangkan dan mengingat yang dibaca); berbicara efektif (kepada pendengar, berbagai tujuan, fasih, bergairah); menulis efektif (memahami menerapkan aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca, kosa kata); memperlihatkan kemampuan mempelajari bahasa dan menggunakan keterampilan menyimak, berbicara, menulis untuk mengingat, komunikasi, menjelaskan, mempengaruhi, menciptakan pengetahuan, menyusun makna dan menggambarkan bahasa. 

2. Kecerdasan matematika-logika (Logis Mathematic Inteligence) 
Gunawan (2003 : 233) bahwa seseorang dengan kecerdasan matematika dan logika adalah yang mampu memecahkan masalah, memikirkan dan menyusun solusi dengan urutan yang logis, suka dengan angka, urutan, logika dan keteraturan, mampu melakukan proses berfikir deduktif dan induktif. Adapun ciri-ciri siswa yang memiliki kecerdasan matematika-logika yang baik adalah mampu mengamati objek yang ada di lingkungan; menguji hipotesis yang ada; menggunakan symbol yang abstrak; mampu memecahkan masalah; mengamati pola serta hubungan, menikmati pelajaran kalkulus, pemrograman computer, metode riset; menggunakan teknologi, berfikir matematis, dan tertarik dan teknik.bidang akuntansi, teknologi, hokum, mesin dan teknik. 

3. Kecerdasan Dimensi ruang (Visual-spasial Inteligence) 
Inteligensi visual-spasial meliputi kumpulan kemampuan yang saling berkaitan, termasuk perbedaan visual, pengenalan visual, proyeksi, gambaran mental, pertimbangan ruang, manipulasi gambar dan duplikasi dari gambaran eksternal.a Hal yang hamper sama juga dinyatakan Uno dan Kuadrat (2009:13) bahwa kecerdasan visual-spasial memuat kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Siswa memiliki kemampuan menciptakan imajinasi bentuk dalam pikiran atau menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti pemahat patung atau arsitek bangunan. Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada kecerdasan visual spasial. 

Adapun cirri-ciri siswa yang memiliki kecerdasan visual-spasial yang berkembang dengan baik, Gunawan (2003:123) adalah ;  
  • belajar dengan cara melihat dan mengamati, mengenali wajah, objek, bentuk dan warna; 
  • mampu mengenali suatu lokasi dan mencari jalan ke luar; 
  • mengamati dan membentuk gambaran mental, berpikir dengan menggunakan gambar; 
  • senang belajar dengan grafik, peta, diagram atau alat bantu visual; 
  • suka mencoret-coret, menggambar, melukis dan membuat patung; 
  • suka menyusun dan membangun permainan tiga dimensi; 
  • mempunyai kemampuan imajinasi; 
  • mampu meliaht sesuatu denga perspektif yang berbeda; 
  • mampu menciptakan representasi visual atau nyata dari suatu informasi; dan 
  • tertarik menerjuni karier, desainer, pilot, perancang pakaian, dan karier lain yang banyak menggunakan visual. 
4. Kecerdasan Musikal (Music Inteligence) 
Situmorang dalam Prawiradilaga dan Siregar (2004 : 64) bahwa kecerdasan musical adalah kemampuan mengekspresikan berbagai bentuk musik, membedakan, menggubah dan mengekspresikannya. Kecerdasan ini peka terhadap irama, pola nada atau melodi dan warna nada suara suatu lagu. Adapun cirri-ciri siswa yang memiliki kecerdasan musik yang baik menurut Gunawan (2004 : 120) adalah : 
  • mendengarkan dan memberikan respon dengan minat yang besar terhadap berbagai jenis suara; 
  • menikmati dan mencari kesempatan untuk bisa mendengarkan music atau suara alam; 
  • mengerti nuansa dan emosi ecara terampil untuk rekaman maupun dalam bentuk tulisan/cetak; 
  • mampu bernyanyi atau bermain alat music; 
  • menggunakan kosakata dan notasi music; 
  • senang melakukan improvisasi dan bermain dengan suara; 
  • mampu menciptakan komposisi musik; 
  • mampu melakukan analisis dan kritik terhadap suatu musik; dan 
  • tertarik menerjuni karier sebagai penyanyi, pemain musik, produser, guru musik, konduktor atau teknisi musik. 
5. Kecerdasan Kinestetik (Bodily Kinesthetic Inteligence) 
Kecerdasan kinestetik merupakan dasar dari pengetahuan karena pengalaman yang berhubungan dengan gerakan dan sensasi pada tubuh fisik. Kecerdasan kinestetik berhubungan dengan kemampuan dalam menggunakan tubuh secara terampil untuk mengungkapkan idea tau pemikiran dan perasaan, mampu bekerja dengan baik dalam menangani dan memanipulasi objek. 

Situmorang (2004 : 63) menjelaskan bahwa cirri-ciri siswa yang memiliki kecerdasan kinestetik berkembang dengan baik adalah : 
  • banyak bergerak ketika sedang duduk atau mendengarkan sesuatu; 
  • aktif dalam kegiatan fisik, seperti berenang, bersepeda, hiking, skateboard; 
  • perlu menyentuh suatu yang sedang dipelajarinya; 
  • menikmati kegiatan melompat, lari, gulat atau kegiatan fisik sejenis; 
  • memperlihatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan, seperti kerajinan kayu, menjahit, mengukir, memahat;
  • pandai menirukan gerakan, kebiasaan, atau perilaku orang lain; 
  • bereaksi secara fisik terhadap jawaban masalah yang dihadapinya; 
  • menikmati kegiatan dengan tanah liat, melukis dengan jari, atau kegiatan kotor lain; 
  • suka membongkar berbagai benda kemudian menyusunnya lagi; dan 
  • berprestasi dalam mata pelajaran olahraga, mekanik dan yang bersifat kompetitif. 
6. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Inteligence) 
Kecerdasan interpersonal biasa juga disebut sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menangmenang atau saling menguntungkan. 

Safaria (2005 : 25) menjelaskan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi memiliki karakteristik : 
  • mampu mengembangkan dan menciptakan relasi sosial baru secara efektif; 
  • mampu berempati dengan orang lain secra total;
  • mampu memperhatikan relasi sosial secara efektif sehingga tidak musnah dimakan waktu dan senantiasa berkembang semakin intim/mendalam/penuh makna;
  • mampu menyadari komunikasi verbal maupun non verbal yang dimunculkan orang lain atau dengan kata lain sensitive terhadap perubahan situasi sosial dan tuntutan-tuntutannya, sehingga anak mampu menyesuaikan dirinya secara efektif dalam segala macam situasi;
  • mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosialnya dengan pendekatan win-win solusion, serta yang paling penting adalah mencegah munculnya masalah dalam relasi sosialnya; dan 
  • memiliki keterampilan komunikasi yang mencakup keterampilan mendengarkan efektif, berbicara efektif dan menulis secara efektif.
7. Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Selain itu kecerdasan ini juga meliputi kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, tempramen, keinginan, berdisplin diri dan kemampuan menghargai diri. 

Hoerr (2007 : 115) mengatakan orang yang kuat secara intrapersonal menyadari bagaimana orang lain melihat dirinya dan terus menerus mencermati bagaimana dirinya diterima. Siswa mungkin tidak sadar melakukannya, tetapi kemampuan inilah yang membuat siswa tampak selalu mengatakan sesuatu yang tepat, tahu kapan saatnya memberikan penghiburan dan kapan bersikap tegas. 

Ciri-ciri siswa dengan kecerdasan intrapersonal yang berkembang baik, menurut Gunawan (2003 : 114) adalah :
  • mampu menyadari dan mengerti arti emosi diri sendiri dan emosi orang lain;
  • mampu mengungkapkan dan menyalurkan perasaan dan pikiran;
  • mengembangkan konsep diri yang baik dan benar;
  • termotivasi untuk menentukan dan mengejar suatu tujuan hidup; 
  • menetapkan dan hidup dengan system nilai yang sesuai dengan etika; 
  • mampu bekerja secara mandiri; 
  • sangat tertarik dengan pertanyaan arti hidup, tujuan hidup, dan relevansinya dengan keadaan saat ini;
  • mampu mengembangkan kemampuan belajar yang berkelanjutan dan meningkatkan diri;
  • tertarik menerjuni karier sebagi pelatih, konselor, filsuf, psikolog, atau memilih jalur spiritual; dan 
  • mampu menyelami dan mengerti kerumitan suatu pribadi dan kondisi manusia pada umumnya.
8. Kecerdasan Naturalis 
Kecerdasan naturalis ialah kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka, seperti pantai, gunung, cagar alam, atau hutan. Siswa dengan kecerdasan ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda angkasa dan sebagainya. 

Ciri-ciri siswa yang memiliki kecerdasan naturalis, menurut Gunawan (2004 : 130) adalah : 
  • menjelajahi lingkungan alam dan lingkungan manusia dengan penuh ketertarikan dan antusiasme; 
  • suka mengamati, mengenali, berinteraksi, atau peduli dengan objek, tanaman atau hewan; 
  • mampu menggolongkan objek sesuai dengan karakteristik objek tersebut; 
  • mampu mengenali pola diantara spesies atau kelas dari objek; 
  • suka menggunakan peralatan seperti mikroskop, binokuler, teleskop dan computer untuk mempelajari suatu organism atau system;
  • senang mempelajari siklus kehidupan flora dan fauna; 
  • ingin mengerti bagaimana sesuatu itu bekerja; 
  • mempelajari taksonomi tanaman dan hewan; 
  • tertarik untuk berkarier di bidang biologi, ekologi, kimia dan botani; dan 
  • senang memelihara tanaman atau hewan. 
Bentuk Kegiatan Pembelajaran Untuk Mengembangkan Jenis Kecerdasan Majemuk.
1. Kecerdasan Linguistik 
Untuk mengembangkan kecerdasan linguistik dapat dilakukan dengan menjadi pendengar yang baik; melatih keahlian berbicara misalnya bergabung dengan suatu organisasi, mengarang cerita dengan memilih kata secara acak,mengarang cerita dengan memilih objek secara acak, mengajar, menulis buku harian, diskusi dan debat (Gunawan, 2004 : 110). Kemudian Uno dan Kuadrat (2009 : 129) menyatakan bahwa ada lima jenis strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk membangkitkan kecerdasan linguistik yakni : 
(a) bercerita; (b) curah gagasan; (c) merekam dengan tape recorder; (d) menulis jurnal; dan (e) publikasi. 

2. Kecerdasan Matematika Logika (Logis Mathematic Inteligence) 
Untuk meningkatkan pemikiran logis, dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan : 
  • menggunakan bermacam-macam strategi Tanya jawab; 
  • mengajukan masalah-masalah terbuka untuk diselesaikan; 
  • mengkonstruksi model-model dari konsep-konsep kunci; 
  • menyuruh siswa untuk mengungkapkan pemahaman dengan menggunakan objek-objek yang kongktri; memprediksi dan membuktikan dampak atau hasil secara logis;
  • mempertajam pola-pola dan hubungan dalam bermacam fenomena; 
  • meminta siswa memberikan alasan dari pernyataan dan pendapatnya; 
  • menyediakan berbagai kesempatan untuk melakukan pengamatan dan penyelidikan;
  • mendorong siswa untuk embangun maksud dan tujuan dari belajarnya; dan
  • menghubungkan konsep-konsep atau proses matematis dengan mata pelajaran lain dan dengan kehidupan nyata (Campbelll, dkk; 2006 :43). 
3. Kecerdasan Musikal (Music Inteligence)
Untuk mengembangkan kecerdasan musik dalam pembelajaran, menurut Uno dan Kuadrat (2009 : 153) bahwa ini atau materi pelajaran dikemas dalam format berirama yang dapat dinyanyikan secara rap, Menghafal table perkalian dengan menyanyikan dalam lagu irama popular. Selanjtnya dijelaskan pula dapat juga dilakukan dengan meminta siswa menciptakan sendiri lagu-lagu atau senandung merangkum, menggabungkan atau menerapkan makna dari yang dipelajari dan ini akan membawa siswa ke tingkat belajar yang lebih tinggi. Kemudian Hoerr (2007 : 18) bahwa untuk membantu siswa dalam mengembangkan kecerdasan music, guru dapat mengubah lirik lagu untuk mengajarkan konsep, mendorong siswa menambahkan music dalam drama, menciptakan rumus atau hafalan berirama, mengajarkan sejarah dan geografi melalui musik dari masa dan tempat terkait. 

4. Kecerdasan Dimensi ruang (Visual-spasial Inteligensi) Banyak siswa berorientasi visual merenspon dengan baik pada slide, poster, diagram, bagan, materi berkode warna, film, televisi. Campbell, dkk (2006 : 110) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, mengembangkan dan memanfaatkan kecerdasan dimensi ruang (visual-spasial) meliputi : 
  • membangun lingkungan belajar (peraltan visual, rangsangan sekelilingnya, mengubah perspektif dengan memutar tempat duduk, komunikasi non-verbal); 
  • presentasi bergambar (bagan yang mengalir, skema visual, bagan unit, permulaan bagan visual); 
  • peralatan pencatat dan penggagas visual (pemetaan konsep, pemetaan pikiran, pengelompokan, mindsaping, penggambaran kelas, teknik ingatan visual); 
  • keberadaan visual dalam materi pembelajaran (memperjelas dengan warna, memvariasi potongan, penyertaan visual untuk belajar dan diskusi); 
  • permainan papan dan kartu (petunjuk pembuatan permainan papan, permainan kartu);
  • arsitektur (belajar untuk berfikir seperti seorang seniman, memulai dengan arsitektur); 
  • seni visual (seni sebagai sebuah alat pembelajaran, memadukan visual dan seni bahasa, memadukan seni dan matematika, memadukan seni pada tingkat sekolah tinggi, seni melalui kurikulum); 
  • mempertinggi inteligensi visual melalui teknologi.
5. Kecerdasan Kinestetik 
Ada bermacam aktivitas sehari-hari yang dapat dilakukan agar siswa yang memiliki kecerdasan kinestetik menjadi partisipan aktif dalam proses belajar, seperti yang diungkapkan oleh Gunawan (2003 : 248) yakni : 
  • libatkan fisik secara umum dalam proses pembelajaran;
  • lakukan rehearsal melalui gerakan, permainan peran, simulasi dan kegiatan praktis lainnya; 
  • berikan rehat fisik secara rutin sambil melakukan permainan; 
  • beri kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan objek; 
  • buatlah montase atau mural;
  • tetapkan target untuk meningkatkan diri dalam bidang olahraga atau kecakapan yang melibatkan kemampuan koordinasi tubuh. 
6. Kecerdasan Interpersonal 
Dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal bentuk kegiatan belajar yang dapat dilakukan, Lusita (2012 : 117) menyatakan : 
  • melakukan kegiatan belajar kelompok; 
  • waktu istirahat yang efektif dan fleksibel agar siswa dapat bersosialisasi perbanyak kegiatan yang berhubungan dan berkomunikasi antarpribadi. 
Sementara Gunawan (2003 : 246) menjelaskan bahwa ada enam cara melatih dan mengembangkan kecerdasan interpersonal yakni : 
  • kembangkan kerjasama diantara siswa; 
  • lakukan pengelompokan secara acak maupun dengan criteria tertentu; 
  • jelaskan cara anda melakukan pengelompokan dan ragam dari metode pembelajaran yang digunakan; 
  • ajarkan pada siswa bagaimana bersikap dan bermain dengan temannya;
  • tetapka aturan kelas bersama dengan siswa; dan (f) tetapkan tujuan pembelajaran dan bekerja bersama mencapai tujuan. 
7. Kecerdasan Intrapersonal. 
Untuk melatih dan mengembangkan serta memanfaatkan kecerdasan intrapersonal dalam pembelajaran Gunawan (2004 : 246) menyatakan ada enam cara yakni : 
  • sediakan waktu yang cukup untuk melakukan refleksi dan berfikir; 
  • bersikap sabar dan menjawab pertanyaan yang bersifat terbuka dan filosofis (membutuhkan jawaban mendalam);
  • pelajari filosofi untuk anak-anak dan mulai menggunakan sebagai tambahan materi pelajaran;
  • perhatikan dan hargai perasaan dan motivasi sebagai bagian dari kesempatan berbagai cerita, pengalaman dan kesan;
  • gunakan peta pikiran dan tembak aspirasi; dan
  • gunakan label positif untuk setiap siswa. 
8. Kecerdasan Naturalis 
Mengembangkan dan memanfaatkan kecerdasan naturalis dalam pembelajaran, Gunawan (2004 : 249) adalah :
  • melakukan perjalanan ke lingkungan, misalnya ke kebun raya atau ke taman safari; 
  • belajar di alam terbuka; 
  • mempelajari kejadian alam seperti gempa, gunung meletus, hujan dan banjir, pasang surut;
  • mempelajari factor-faktor yang mempengaruhi ekosistem; 
  • mempelajari pengaruh perbuatan manusia terhadap alam, baik positif maupun negative, langsung maupun tidak langsun; 
  • memelihara hewan atau tanaman di sekolah/kelas. 
Penutup
Kecerdasan yang merupakan salah satu karakteristik siswa, sangat perlu diperhatikan oleh guru saat guru melakukan proses membelajarkan siswa. Dengan mengetahui jenis kecerdasan yang dominan pada diri setiap siswa, maka guru akan lebih mudah untuk menggunakan jenis pendekatan ataupun metode pembelajaran. Dapatlah dikatakan bahwa jenis kecerdasan dapat dikelola/dimanfaatkan guru dalam proses pembelajaran, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. 



November 10, 2015

0 comments:

Posting Komentar