Pengetahuan Filateli Sejarah Prangko

Rabu, 23 Maret 2016

Milis Penggemar Prangko 
Tanggal 27 Agustus 1998, hari Kamis jam 7.18 pagi waktu Pasifik, untuk pertama kalinya dalam sejarah perfilatelian Indonesia, Richard Susilo membuat milis (mailing list) internet untuk para penggemar pengumpul prangko. Milis ini berkat bantuan penyediaan server gratis dilakukan oleh egroups.com, kini YahooGroups.com.

Saat itu milis diberi nama FILATELIS. Lalu sempat berubah menjadi bernama FILATELI tanggal 5 September 1998 dan akhirnya kembali lagi ke FILATELIS. Jumlah anggotanya per 10 April 2002 sebanyak 293 email dan dalam sejarahnya jumlah anggotanya sempat mencapai hampir 350 alamat email.

Setelah pemunculan milis ini, bermunculan pulalah milis prangko lain yang dikelola berbagai pihak. Lalu tanggal 30 Agustus 1998, hari Minggu, jam 12.48 siang waktu Pasifik, atas permintaan banyak anggota untuk memisahkan perdagangan dengan sekedar diskusi hobi saja, maka dibentuklah milis StampTrade untuk penyaluran jual beli berbagai benda filateli daan soal komersial filateli lainnya. Jumlah anggotanya per 10 April 2002 mencapai 267 alamat email

Akhirnya tanggal 16 Oktober 1998, hari Jumat jam 11.02 pagi waktu Pasifik, dibuatlah milis PRANGKO yang kini per 10 April 2002 beranggotakan 177 alamat email.

Perbedaan milis Filatelis dan milis Prangko adalah, keduanya boleh menggunakan bahasa Indonesia. Namun untuk milis Filatelis karena anggotanya beraneka ragam dari 15 negara, sangat disarankan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa perantara.Sedangkan milis Prangko, praktis hanya untuk orang yang mengerti dan berkomunikasi utama menggunakan bahasa Indonesia.

Kedua milis tersebut sangatlah disarankan Moderatornya, Richard Susilo, untuk tidak memuat pengumuman berbau komersial seperti jual-beli dan sebagainya. Untuk itu bisa menggunakan milis StampTrade.

Dalam operasinya, memang ada saja yang nakal dan sempat pula muncul maki-maki akibat ketidakpuasan. Puji Tuhan semua berjalan dengan baik hingga terbitnya buku ini dan tampaknya tetap terus aktif. Bahkan bisa dikatakan mungkin sebagai milis yang paling aktif bagi para penggemar prangko Indonesia.

Ada pula hal yang lucu. Mengingat Richard Susilo yang juga Moderator milis StampTrade bukan seorang pedagang prangko, maka jarang memoderatori milis tersebut.
Sebaliknya ada anggota dari Inggris yang cukup aktif. Karena begitu aktifnya, anggota lain menganggap orang Inggris itulah sebagai Moderator milis tersebut.

Kegiatan Yang Pernah Dilakukan Di Lingkungan Perkumpulan Filatelis Indonesia
Mulailah pembicaran kepada kegiatan perkumpulan yang pada garis besarnya tentu sudah kita ketahui bersama, sering diadakan misalnya Pameran Filateli. Tetapi ada pula kegiatan perkumpulan yang berada di luar acara pameran ini. Kegiatan tersebut, termasuk pula acara pertemuan filateli, antara lain;
1. Ceramah, sarasehan, diskusi, seminar, lokakarya, tanya-jawab Pengetahuan Filateli
2. Jumpa filatelis senior atau tokoh filateli
3. Tukar-menukar prangko
4. Arisan/lelang prangko dan benda filateli
5. Latihan atau lomba menata prangko
6. Kunjungan ke Perum Peruri (Percetakan Uang Republik Indonesia)
7. Tour filateli (wisata filateli)
8. Quiz Filateli
9. Pengiriman bahan pameran (koleksi) Indonesia ke pameran internasional, serta pengiriman komisaris Indonesia untuk pameran filateli internasional.
10. Pameran prestasi (tidak diperlombakan)
11. Penataran pembina filatelis Indonesia, pertama kali diadakan tanggal 24-28 Oktober 1980.
12. Pemutaran film filateli
13. Lomba mengarang filateli
14. Lomba clipping filateli
15. dan lain-lainnya.

Ide-ide Baru Bagi Pengembangan Filateli di Indonesia 
Beberapa ide baru mungkin bisa dipertimbangkan bagi pengembangan Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI) maupun perkumpulan filatelis lain yang ada di Indonesia.

1. Bank Prangko.
Ide ini mulai muncul di bulletin Berita Filateli tahun 1980-an oleh Richard Susilo. Pengumpulan prangko dan benda filateli sebanyak mungkin dari berbagai sumber, lalu dibagikan gratis atau dengan harga sangat murah kepada perkumpulan filatelis kecil untuk bahan latihan, misalnya menata prangko, hadiah dan sebagainya.

2. Pustaka Filateli.
Di Jakarta sebenarnya ada satu ruangan berisi berbagai macam buku filateli dan pos yang dimaksudkan menjadikan tempat itu sebagai Perpustakaan Filateli. Apabila tempat ini dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para filatelis, dampaknya akan sangat besar bagi peningkatan kemampuan dan pengetahuan para pengumpul prangko. Namun ide Pustaka Filateli bukan sekedar perpustakaan belaka, tetapi terintegrasi untuk membuat satu paket inisiatif mengumpulkan dan membentuk kumpulan database (sumber data) bagi segala sesuatu yang berkaitan dengan filateli.

3. Sekolah Filateli.
Sudah waktunya perlahan-lahan kita siapkan wadah sekolah filateli untuk mengembangkan wawasan filateli para generasi muda Indonsia. Rincian lengkap ide pada Kliping Filateli di bagian belakang buku ini.

4. Sertifikat Filateli.
Di tahun 1980-an PFI cabang Jakarta berusaha menerapkan sistim sertifikat. Tidak hanya bagi peserta pameran filateli dan para pemenang pameran, tetapi juga untuk setiap kegiatan filateli yang dilakukan PFI. Semakin banyak sertifikat, sebanyak banyak nilai kredit, dan hal ini bisa menentukan atau menilai kemampuan perfilatelian seseorang, sekaligus bisa menciptakan jenjang penguasaan ilmu filateli, yang akan memudahkan bimbingan selanjutnya bagi para filatelis senior.

Pengelompokan dan kategorisasi yang jelas ini akan memudahkan pembinaan filatelis di Indonesia. Sekligus memudahkan mencari bibit baru dan muda yang potensi untuk dikembangkan dan diajukan ke pameran filateli internasional, membawa nama baik negara Indonesia. Sertifikat Filateli ini bisa juga diganti namanya dengan nama Buku Catatan Filateli, mencatat setiap kegiatan yang telah diikuti sang anggota, lalu diberikan pengesahan, misalnya cap atau tandatangan dari filatelis senior yang membimbingnya.

Dengan demikian sistim bimbingan filateli ini sebenarnya sangatlah penting diperkenalkan di Indonesia, yang akan menjadi catatan kemampuan filateli masing-masing pribadi para pengumpul prangko.

Pengetahuan Filateli 
Sejarah Prangko 
Kata Prangko berasal dari kata Franco. Kata ini pun diperkirakan berasal dari seorang Itali yaitu Francesco de Tassis dari keluarga "Thurn and Taxis.” Dia rnembuat suatu pengantaran pos di Eropa. Rute pengantaran pos yang pertama pada tanggal 18 Januari 1505.

Pengantaran pos ini hanya terbatas di kalangan bangsawan atau raja saat itu. Pengantaran surat di jarnan dulu dilakukan berbagai cara. Antara lain dengan rnenggunakan merpati pos, kuda, atau pun hanya berjalan kaki. Di Baghdad pernah menggunakan kerbau berkereta, di India pernah rnenggunakan sepeda, dan di Rusia pernah menggunakan unta, anjing, rusa.

Pada abad ke-19 telah dikenal kantor pos. Cara pengiriman maupun sistim pembayaran, lain sekali dibandingkan saat kini. Pada saat itu si penerima suratlah yang harus membayar ongkos kirimnya. Kalau kini, si pengirim suratlah yang membayarnya.

Betapa sedihnya seorang yang tak punya uang ssat itu bila menerima surat. Apalagi kalau surat itu ternyata surat penting. Bedakanlah dengan saat sekarang ini. Orang kaya atau miskin tak jadi soal, bahkan akan bergembira bila menerima surat walaupun kantong sedang kosong.

Penyalahgunaan kebaikan bidang jasa ini bermunculan pula. Sebagai contoh adalah kisah cinta sepasang muda-mudi di Inggris.
Tempat tinggal mereka satu dengan yang lain berjauhan. Suatu ketika kedua remaja tadi bertemu muka. Mereka membuat tanda-tanda tertentu yang hanya diketahui artinya oleh mereka berdua saja. Mereka kembali pulang dan berkali-kali berhubungan hanya melalui surat tanpa harus membayar sedikit pun. Bagaimana bisa terjadi?

Ternyata si pemuda menulis surat dengan tanda-tanda tadi yang mereka setujui. Setelah sampai di tangan si pemudi, lalu dikatakan kepada tukang pos yang membawa surat dari si pemuda, bahwa dia tak mengenal si pengirim surat. Mengenal Filateli di Indonesia - Richard Susilo 59 Tentu saja sebelum dikatakan demikian, surat itu dibaca dulu denga yang tertera di kertas amplop surat itu.

Dengan demikian surat tidak diterimanya, dikembalikan langsung kepada petugas pos dan si pemudi pun tak usah membayar biaya pos

Kejadian yang merugikan pihak pos tersbeut sempat dilihat seorang bangsawan Inggris, Sir Rowland Hill. Ia lahir tanggal 3 Desember 1795, anak seorang guru, Thomas Wright Hill (memiliki 6 putera dan 2 puteri). Rowland senang membaca buku dongeng anak-anak yang bersifat pendidikan yang dikarang oleh Miss Edgewordh. 

Pada usia 31 tahun Rowland Hill pindah dari Birmingham ke daerah dekat London. Bersama salah seorang saudaranya, Rowland Hill mendirikan sebuah sekolah istimewa di Bruce Castle, Tottenham. Rowland juga memperkenalkan sistim mengajar yang disebut 'Hazlewood'. Sistem itu mengungkapkan dan mengakui bahwa kebenaran adalah sangat penting bagi mahasiswa yang demokratis agar suatu pendidikan bisa berhasil. 

Rowland Hill mengajukan sebuah tulisan yang berjudul "Post Office Reform., Its Importance and Practicability. Isinya sekitar pembaharuan sistim pos yang ada, yaitu tarip pos yang sama untuk seluruh bagian Inggris sampai dengan kiriman yang beratnya setengah ons. 

Rincian proposal itu sebenarnya terdiri dari tiga diktum.
  1. Ongkos pengiriman surat harus diturunkan, Apabila ongkos pengiriman surat turun, diharapkan terjadi peningkatan arus surat, peningkatan jumlah surat yang dikirim. 
  2. Untuk lebih merangsang masyarakat agar lebih saling berkirim surat, perlu ditetapkan tarip pos yang seragam dengan tidak memandang jarak tempuh surat tersebut. 
  3. Untuk menghindari penyalahgunaan biaya pengiriman surat, maka biaya pos harus dibayar di muka dengan menempelkan secarik kertas tanda pelunasan yang saat ini kita kenal bernama Prangko. 
Usulnya ini setelah mengalami perdebatan panjang, akhirnya diterima parlemen Inggris dan ketetapan itu mulai berlaku resmi mulai tanggal 1 Januari 1940. 

Rowland pada tahun 1846 ditunjuk menjadi Sekretaris Postmaster General. Antara tahun 1854-1856 Rowland Hill mendapatkan kepercayaan untuk menduduki jabatan sebagai Sekretaris Perusahaan Jawatan Pos suatu kedudukan yang tinggi waktu itu. Lalu tahun 1860 Rowland Hill menerima penghargaan tinggi dengan gelar Knight. Dianggap berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara nasional, maka Rowland dianugerahi gelar " Sir" di muka namanya pada tahun 1864 setelah pensiun. Demikian pula Parlemen memberikan hadiah 20.000 poundsterling dan berhak setiap tahunnya menerima uang pensiun sebesar 2.000 poundsterling. 

Rowland Hill, Bapak Prangko, meninggal di Hampstead pada tanggal 27 Agustus 1879 dan dimakamkan dengan upacara kebesaran nasional di Westminster Abbey, London. 
Untuk rancangan armplop surat dibuatlah oleh William Mulready. Sedangkan pencetak dari Dundee serta pemilik took buku James Chalmers (1782- 1853). Ia mengusulkan kepada Rowland Hill untuk membuat prangko berperekat. 



Maret 23, 2016

0 comments:

Posting Komentar