Milis Penggemar Prangko
Tanggal 27 Agustus 1998, hari Kamis jam 7.18 pagi waktu Pasifik, untuk
pertama kalinya dalam sejarah perfilatelian Indonesia, Richard Susilo membuat
milis (mailing list) internet untuk para penggemar pengumpul prangko. Milis ini
berkat bantuan penyediaan server gratis dilakukan oleh egroups.com, kini
YahooGroups.com.
Saat itu milis diberi nama FILATELIS. Lalu sempat berubah menjadi
bernama FILATELI tanggal 5 September 1998 dan akhirnya kembali lagi ke
FILATELIS. Jumlah anggotanya per 10 April 2002 sebanyak 293 email dan dalam
sejarahnya jumlah anggotanya sempat mencapai hampir 350 alamat email.
Setelah pemunculan milis ini, bermunculan pulalah milis prangko lain yang
dikelola berbagai pihak.
Lalu tanggal 30 Agustus 1998, hari Minggu, jam 12.48 siang waktu Pasifik,
atas permintaan banyak anggota untuk memisahkan perdagangan dengan sekedar
diskusi hobi saja, maka dibentuklah milis StampTrade untuk penyaluran jual beli
berbagai benda filateli daan soal komersial filateli lainnya. Jumlah anggotanya per
10 April 2002 mencapai 267 alamat email
Akhirnya tanggal 16 Oktober 1998, hari Jumat jam 11.02 pagi waktu Pasifik,
dibuatlah milis PRANGKO yang kini per 10 April 2002 beranggotakan 177 alamat
email.
Perbedaan milis Filatelis dan milis Prangko adalah, keduanya boleh
menggunakan bahasa Indonesia. Namun untuk milis Filatelis karena anggotanya
beraneka ragam dari 15 negara, sangat disarankan menggunakan bahasa Inggris
sebagai bahasa perantara.Sedangkan milis Prangko, praktis hanya untuk orang
yang mengerti dan berkomunikasi utama menggunakan bahasa Indonesia.
Kedua milis tersebut sangatlah disarankan Moderatornya, Richard Susilo,
untuk tidak memuat pengumuman berbau komersial seperti jual-beli dan
sebagainya. Untuk itu bisa menggunakan milis StampTrade.
Dalam operasinya, memang ada saja yang nakal dan sempat pula muncul
maki-maki akibat ketidakpuasan. Puji Tuhan semua berjalan dengan baik hingga
terbitnya buku ini dan tampaknya tetap terus aktif. Bahkan bisa dikatakan mungkin
sebagai milis yang paling aktif bagi para penggemar prangko Indonesia.
Ada pula hal yang lucu. Mengingat Richard Susilo yang juga Moderator milis
StampTrade bukan seorang pedagang prangko, maka jarang memoderatori milis
tersebut.
Sebaliknya ada anggota dari Inggris yang cukup aktif. Karena begitu
aktifnya, anggota lain menganggap orang Inggris itulah sebagai Moderator milis
tersebut.
Kegiatan Yang Pernah Dilakukan Di Lingkungan
Perkumpulan Filatelis Indonesia
Mulailah pembicaran kepada kegiatan perkumpulan yang pada garis
besarnya tentu sudah kita ketahui bersama, sering diadakan misalnya Pameran
Filateli. Tetapi ada pula kegiatan perkumpulan yang berada di luar acara pameran
ini. Kegiatan tersebut, termasuk pula acara pertemuan filateli, antara lain;
1. Ceramah, sarasehan, diskusi, seminar, lokakarya, tanya-jawab Pengetahuan
Filateli
2. Jumpa filatelis senior atau tokoh filateli
3. Tukar-menukar prangko
4. Arisan/lelang prangko dan benda filateli
5. Latihan atau lomba menata prangko
6. Kunjungan ke Perum Peruri (Percetakan Uang Republik Indonesia)
7. Tour filateli (wisata filateli)
8. Quiz Filateli
9. Pengiriman bahan pameran (koleksi) Indonesia ke pameran internasional, serta
pengiriman komisaris Indonesia untuk pameran filateli internasional.
10. Pameran prestasi (tidak diperlombakan)
11. Penataran pembina filatelis Indonesia, pertama kali diadakan
tanggal 24-28 Oktober 1980.
12. Pemutaran film filateli
13. Lomba mengarang filateli
14. Lomba clipping filateli
15. dan lain-lainnya.
Ide-ide Baru Bagi
Pengembangan Filateli di Indonesia
Beberapa ide baru mungkin bisa dipertimbangkan bagi pengembangan
Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI) maupun perkumpulan filatelis lain yang ada di
Indonesia.
1. Bank Prangko.
Ide ini mulai muncul di bulletin Berita Filateli tahun 1980-an
oleh Richard Susilo. Pengumpulan prangko dan benda filateli sebanyak mungkin
dari berbagai sumber, lalu dibagikan gratis atau dengan harga sangat murah
kepada perkumpulan filatelis kecil untuk bahan latihan, misalnya menata
prangko, hadiah dan sebagainya.
2. Pustaka Filateli.
Di Jakarta sebenarnya ada satu ruangan berisi berbagai
macam buku filateli dan pos yang dimaksudkan menjadikan tempat itu sebagai
Perpustakaan Filateli. Apabila tempat ini dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh
para filatelis, dampaknya akan sangat besar bagi peningkatan kemampuan dan
pengetahuan para pengumpul prangko. Namun ide Pustaka Filateli bukan
sekedar perpustakaan belaka, tetapi terintegrasi untuk membuat satu paket
inisiatif mengumpulkan dan membentuk kumpulan database (sumber data) bagi
segala sesuatu yang berkaitan dengan filateli.
3. Sekolah Filateli.
Sudah waktunya perlahan-lahan kita siapkan wadah sekolah
filateli untuk mengembangkan wawasan filateli para generasi muda Indonsia.
Rincian lengkap ide pada Kliping Filateli di bagian belakang buku ini.
4. Sertifikat Filateli.
Di tahun 1980-an PFI cabang Jakarta berusaha menerapkan
sistim sertifikat. Tidak hanya bagi peserta pameran filateli dan para pemenang
pameran, tetapi juga untuk setiap kegiatan filateli yang dilakukan PFI. Semakin
banyak sertifikat, sebanyak banyak nilai kredit, dan hal ini bisa menentukan atau
menilai kemampuan perfilatelian seseorang, sekaligus bisa menciptakan jenjang
penguasaan ilmu filateli, yang akan memudahkan bimbingan selanjutnya bagi
para filatelis senior.
Pengelompokan dan kategorisasi yang jelas ini akan
memudahkan pembinaan filatelis di Indonesia. Sekligus memudahkan mencari
bibit baru dan muda yang potensi untuk dikembangkan dan diajukan ke
pameran filateli internasional, membawa nama baik negara Indonesia. Sertifikat
Filateli ini bisa juga diganti namanya dengan nama Buku Catatan Filateli,
mencatat setiap kegiatan yang telah diikuti sang anggota, lalu diberikan
pengesahan, misalnya cap atau tandatangan dari filatelis senior yang
membimbingnya.
Dengan demikian sistim bimbingan filateli ini sebenarnya
sangatlah penting diperkenalkan di Indonesia, yang akan menjadi catatan
kemampuan filateli masing-masing pribadi para pengumpul prangko.
Pengetahuan Filateli
Sejarah Prangko
Kata Prangko berasal dari kata Franco. Kata ini pun diperkirakan berasal
dari seorang Itali yaitu Francesco de Tassis dari keluarga "Thurn and Taxis.” Dia
rnembuat suatu pengantaran pos di Eropa. Rute pengantaran pos yang pertama
pada tanggal 18 Januari 1505.
Pengantaran pos ini hanya terbatas di kalangan
bangsawan atau raja saat itu.
Pengantaran surat di jarnan dulu dilakukan berbagai cara. Antara lain
dengan rnenggunakan merpati pos, kuda, atau pun hanya berjalan kaki. Di
Baghdad pernah menggunakan kerbau berkereta, di India pernah rnenggunakan
sepeda, dan di Rusia pernah menggunakan unta, anjing, rusa.
Pada abad ke-19 telah dikenal kantor pos. Cara pengiriman maupun
sistim pembayaran, lain sekali dibandingkan saat kini. Pada saat itu si penerima
suratlah yang harus membayar ongkos kirimnya. Kalau kini, si pengirim suratlah
yang membayarnya.
Betapa sedihnya seorang yang tak punya uang ssat itu bila menerima
surat. Apalagi kalau surat itu ternyata surat penting. Bedakanlah dengan saat
sekarang ini. Orang kaya atau miskin tak jadi soal, bahkan akan bergembira bila
menerima surat walaupun kantong sedang kosong.
Penyalahgunaan kebaikan bidang jasa ini bermunculan pula. Sebagai
contoh adalah kisah cinta sepasang muda-mudi di Inggris.
Tempat tinggal mereka satu dengan yang lain berjauhan. Suatu ketika
kedua remaja tadi bertemu muka. Mereka membuat tanda-tanda tertentu yang
hanya diketahui artinya oleh mereka berdua saja. Mereka kembali pulang dan
berkali-kali berhubungan hanya melalui surat tanpa harus membayar sedikit pun.
Bagaimana bisa terjadi?
Ternyata si pemuda menulis surat dengan tanda-tanda tadi yang mereka
setujui. Setelah sampai di tangan si pemudi, lalu dikatakan kepada tukang pos
yang membawa surat dari si pemuda, bahwa dia tak mengenal si pengirim surat.
Mengenal Filateli di Indonesia - Richard Susilo
59
Tentu saja sebelum dikatakan demikian, surat itu dibaca dulu denga yang tertera di kertas amplop surat itu.
Dengan demikian surat tidak diterimanya, dikembalikan langsung kepada
petugas pos dan si pemudi pun tak usah membayar biaya pos

Kejadian yang merugikan pihak pos tersbeut sempat dilihat seorang
bangsawan Inggris, Sir Rowland Hill. Ia lahir tanggal 3 Desember 1795, anak
seorang guru, Thomas Wright Hill (memiliki 6 putera dan 2 puteri). Rowland senang
membaca buku dongeng anak-anak yang bersifat pendidikan yang dikarang oleh
Miss Edgewordh.
Pada usia 31 tahun Rowland Hill pindah dari Birmingham ke daerah dekat
London. Bersama salah seorang saudaranya, Rowland Hill mendirikan sebuah
sekolah istimewa di Bruce Castle, Tottenham. Rowland juga memperkenalkan
sistim mengajar yang disebut 'Hazlewood'. Sistem itu mengungkapkan dan
mengakui bahwa kebenaran adalah sangat penting bagi mahasiswa yang
demokratis agar suatu pendidikan bisa berhasil.
Rowland Hill mengajukan sebuah tulisan yang berjudul "Post Office
Reform., Its Importance and Practicability. Isinya sekitar pembaharuan sistim pos
yang ada, yaitu tarip pos yang sama untuk seluruh bagian Inggris sampai dengan
kiriman yang beratnya setengah ons.
Rincian proposal itu sebenarnya terdiri dari tiga diktum.
- Ongkos pengiriman surat harus diturunkan, Apabila ongkos pengiriman surat turun, diharapkan terjadi peningkatan arus surat, peningkatan jumlah surat yang dikirim.
- Untuk lebih merangsang masyarakat agar lebih saling berkirim surat, perlu ditetapkan tarip pos yang seragam dengan tidak memandang jarak tempuh surat tersebut.
- Untuk menghindari penyalahgunaan biaya pengiriman surat, maka biaya pos harus dibayar di muka dengan menempelkan secarik kertas tanda pelunasan yang saat ini kita kenal bernama Prangko.
Rowland pada tahun 1846 ditunjuk menjadi Sekretaris Postmaster General.
Antara tahun 1854-1856 Rowland Hill mendapatkan kepercayaan untuk menduduki
jabatan sebagai Sekretaris Perusahaan Jawatan Pos suatu kedudukan yang tinggi
waktu itu. Lalu tahun 1860 Rowland Hill menerima penghargaan tinggi dengan
gelar Knight. Dianggap berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
nasional, maka Rowland dianugerahi gelar " Sir" di muka namanya pada tahun
1864 setelah pensiun. Demikian pula Parlemen memberikan hadiah 20.000
poundsterling dan berhak setiap tahunnya menerima uang pensiun sebesar 2.000
poundsterling.
Rowland Hill, Bapak Prangko, meninggal di Hampstead pada tanggal 27
Agustus 1879 dan dimakamkan dengan upacara kebesaran nasional di Westminster
Abbey, London.
Untuk rancangan armplop surat dibuatlah oleh William Mulready.
Sedangkan pencetak dari Dundee serta pemilik took buku James Chalmers (1782-
1853). Ia mengusulkan kepada Rowland Hill untuk membuat prangko
berperekat.
0 comments:
Posting Komentar