Makalah Akhlak, Etika, Moral Dan Budi Pekerti

Rabu, 01 November 2017

Makalah Akhlak, Etika, Moral Dan Budi Pekerti

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semakin canggihnya ilmu pengetahuan, zaman semakin moderen dan manusiapun hidup beragam dengan kemudahan-kemudahan yang di sajikan oleh moderenisasi dunia. Peradaban di era globalisasi saat ini membuat kodrat manusia sebagai hamba ALLAH SWT yang semata-mata hanya di wajibkan patuh dan hanya menyembah satu kepadanya, kini menjadi sedikit terasingkan dan tersingkirkan dari kehidupan sehari-hari manusia itu sendiri. yang mana di karenakan merosotnya Iman-iman manusia itu sendiri “subhanallah”. Kini Tindakan mereka semakin tidak terkontrol lagi, kemerosotan ahlak dan moral yang seharusnya menjadi hal yang di prioritaska dalam melakoni kehidupan sosial mereka di dunia yang hanya sementara ini kini hanya menjadi kata-kata khiasan saja dalam kehidupan mereka tanpa mengetahui maknanya. Kemerosotan moral dan ahlak manusia itu semakin hari semakin bertambah parah, yang dalam artian perilaku dan tindakan mereka semakin tidak terkontrol dengan ketidak tauanya dan ketidak adanya pelakon yang menggambarkan bagaimana semestinya contoh manusia yang beriman kepada ALLAH SWT.

Oleh karena itu marilah kita bersama-sama berusaha sekeras dan semaksimal mungkin demi tercapainya keimanan yang hakiki kepada ALLAH SWT.

B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui Ahlak secara lebih jelas lagi. Serta dapat membedakan antara ahlak moral etika dan budi pekerti dalam Islam.

C. Tujuan Penulisan
Sebagai bahan pembelajaran dan pertimbangan mengenai baik buruknya ahlak, moral serta etika seseorang dalam islam, yang menyasar pada perebaikan dan kemajuan penegetahuan ahlak, moral etika dan budi pekerti seorang manusia di masa yang akan datang nantinya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak, Etika, Moral Dan Budi Pekerti
1. Pengertian Akhlak
Akhlaq secara etimologi merupakan bentuk jamak dari khulq artinya perangai, tabiat, pekerti. Sedang secara terminologi akhlak adalah kemampuan /kondisi jiwa yang merupakan sumber dari segala kegiatan manusia yang dilakukan secara spontan tanpa pemikiran. Akhlaq terbentuk dari latihan dan praktek berulang (pembiasaan). Sehingga jika sudah menjadi akhlaq tidak mudah dihapus.

Akhlaq memiliki kedudukan utama, bahkan menjadi puncak kesempurnaan manusia. Ibn Miskawaih mengatakan bahwa akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerluka pemikiran dan pertimbangan. Imam Al Ghazali mendefinisikan akhlaq sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Mu’jam al Wasith, Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

Dalam kitab Dairatul Ma’arif secara singkat akhlaq diartikan sifat-sifat manusia yang terdidik. Akhlaq memiliki cakupan yang luas, yaitu mencakup hubungan kepada Sang Pencipta (Allah), sesama manusia, terhadap diri sendiri, maupun dengan lingkungan atau sesama makhluk Tuhan yang lain. Akhlaq dalam Islam tidak lepas dan terkait erat dengan aqidah dan syariah, ia merupakan buah dan sekaligus puncak dari keduanya. Akhlaq menekankan keutamaan, nilai-nilai, kemulian dan kesucian (hati dan perilaku), Akhlaq Islami harus diupayakan agar menjadi sistem nilai (etika/moral) yang mendasari budaya masyarakat. Akhlaq yang baik berpangkal dari ketaqwaan kepada Allah dimanapun berada. Selain itu akhlaq yang baik merupakan manifestasi dari kemampuan menahan hawa nafsu dan adanya rasa malu. Agar kitasenantiasa berakhlaq baik maka harus selalu menimbang perbuatan dengan hati nurani yang bersih. Salah satu tanda atau ciri akhlaq yang baik yaitu mendatangkan ketenangan jiwa dan kebahagiaan pelakunya. Tapi sebaliknya jika mendatangkan keraguan, kecemasan dan “ingin tidak diketahui orang lain” merupakan isyarat akhlaq yang buruk. Banyak sekali akhlaq mulia (akhlaqul karimah) yang harus menjadi hiasan seorang muslim, demikian juga banyak akhlaq buruk (akhlaqul madzmumah) yang harus dihindari.

2. Pengertian Etika
Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam KBBI etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlaq (moral). Secara terminologi, etika mempunyai banyak ungkapan yang semuanya itu tergantung pada sudut pandang masing-masing ahli. Ahmad Amin mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat. Soegarda Poerbakawatja mengartikan etika sebagai filsafat nilai, kesusilaan tentang baik-buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan juga nilai-nilai itu sendiri Ki Hajar Dewantara menjelaskan etika merupakan ilmu yang mempelajari soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuan yang dapat merupakan perbuatan. Austin Fogothey (seperti yang dikutip Ahmad Charris Zubair) mengatakan bahwa etika berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan masyarakat sebagi antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik dan hukum.

Frankena (seperti juga dikutip Ahmad Charris Zubair) menyatakan bahwa etika sebagi cabang filsafat, yaitu filsafat moral atau pemikiran filsafat tentang moralitas, problem moral, dan pertimbangan moral. Dalam Encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi yang sistematik mengenai sifat dasar dan konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah dan sebagainya. Dari beberapa definisi tersebut, etika berhubungan erat dengan empat hal:
  • Dilihat dari obyek formal (pembahasannya), etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan manusia. Dan sebagai obyek materialnya adalah manusia.
  • Dilihat dari sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai hasil pemikiran maka etika tidak bersifat mutlak, absolut, dan universal. Akan tetapi terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan, dan sebagainya.
  • Dilihat dari fungsinya, etika berfungsi sebagi penilai, penentu dan penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan manusia, yaitu apakah perbuatan itu akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilakukan manusia.
  • Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman. Dengan ciri-cirinya yang demikian itu, etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk.
3. Pengertian Moral
Dari segi bahasa moral berasal dari bahasa Latin, mores (jamak dari kata mos) yang berarti adat kebiasaan. Dalam KBBI dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik-buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Secara istilah moral merupakan istilah yang digunakan uantuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk. Di dalam buku The Advanced Leaner's Dictionary of Current English moral mengandung pengertian:
  • Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik danburuk.
  • Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah.
  • Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik
Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, maka yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut tingkah lakunya baik.

4. Pengertian Budi Pekerti
Budi pekerti berasal dari bahasa jawa yakni budi dan pakarti, budi yang berarti baik, terpuji, dan pakarti yang berarti perilaku, tata krama atau perangai. Budi pekerti berarti perilaku atau tata krama atau perangai yang baik atau terpuji.
Budi pekerti selanjutnya digunakan sebagai sikap hidup yang baik, yang perlu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang berbudi pekerti adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang tidak berbudi pekerti adalah orang yang berkelakuan buruk.

Selanjutnya budi pekerti dapat pula berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya. Dan berbudi sama dengan kesopanan. Dengan demikian, budi pekerti lebih mengacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan, dan memasyarakatan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Budi pekerti menggambarkan keadaan dimana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.

B. Persamaan dan Perbedaan Ahlak, Etika, Moral, Dan Budi Pekerti

1. Persamaan
Persamaan antara khlak, etika, moral, dan budi pekerti, keempatnya memiliki sasaran yang sama yaitu hati nurani manusia. Hati nurani itu ibarat seorang sopir mobil, manakala mobil disetir oleh orang yang bukan ahlinya, maka akan terjadi tabrakan, masuk jurang, atau pereistiwa tragis lainnya. Begitu pula hati nurani bagi seseorang, jika didalamnya akhlak, etika, moral, dan budi pekertinya luhur, niscaya orang tersebut akan melahirkan perilaku yang santun, tumakninah dalam bertutur kata, sopan dalam pergaulan, dan pandai mengendalikan diri. Jika hati nurani kita tertanam keempat sifat tersebut, insya Allah damai, aman dalam mengarungi kehidupan sehari-hari.

Rasulullah SAW bersabda : 
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang terbaik di antara kamu adalah orang-orang yang terbaik akhlaknya“ (HR. BUKHARI dan MUSLIM)

2. Perbedaan
Peredaan antara akhlak, etika, moral dan budi pekerti adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moran dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku secara umum dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalah berdasarkan al-Qur’an dan al Hadits.

Perbedaan lain antara etika, moral, dan budi pekerti terlihat pula pada sifat dan kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan budi pekerti lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.

Namun demikian akhlak, etika, moral dan susila tetap saling berhubungan dan membutuhkan. Etika, moral dan budi pekerti berasal dari manusia, sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.

Pada sisi lain akhlak juga berperan untuk memberikan batas-batas umum, agar apa yang dijabarkan dalam etika, moral dan susila tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang luhur dan tidak membawa manusia menjadi sesat. Dengan kata lain penjabaran etika, moral dan budi pekerti akan tetap sejalan apabila tetap mengedepankan akhlak.

C. Ciri Dan Induk Akhlak Islami
Akhlak Islami secara sederhana dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Akhlak Islam ini sifatnya universal yang untuk menjabarkannya diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial (kondisi dan situasi) yang terkandung dalam ajaran etika dan moral di dalam suatu masyarakat tertentu.

Quraish Shihab menjelaskan bahwa tolok ukur akhlak Islami adalah ketentuan Allah dan sesuatu yang dinilai baik oleh Allah pastilah esensinya baik pun demikian sebaliknya, tidak mungkin Allah menilai kebohongan sebagai suatu kelakuan yang baik. Sedangkan rumusan akhlak Islami itu sendiri diberikan oleh kebanyakan para ulama.

Akhlak secara garis besar terbagi kepada dua bagian, yaitu akhlak yang terpuji (al-akhlaq al-karimah) dan akhlak yang tercela (al-akhlaq al-mazmumah).
Secara teoritis macam-macam akhlak tersebut berinduk kepada tiga perbuatan utama, yaitu hikmah (bijaksana), syaja’ah (perwira atau ksatria) dan iffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat). Ketiga macam induk akhlak ini muncul dari sikap adil yang terdapat dalam diri manusia, yaitu ‘aql (pemikiran), ghadab (amarah), dan nafsu syahwat (dorongan seksual).

- Hikmah
Hikmah menurut Al-Maraghi dalam kitab Tafsirnya, sebagaimana yang dikutip oleh Masyhur Amin, yaitu perkataan yang tepat lagi tegas yang diikuti dengan dalil-dalil yang dapat menyingkap kebenaran dan melenyapkan keserupaan.

Sedangkan menurut Toha Jahja Omar seperti yang dikutip oleh Hasanuddin, hikmah adalah bijaksana, artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya, dan kitalah yang harus berpikir, berusaha, menyusun, mengatur cara-cara dengan menyesuaikan kepada keadaan dan zaman, asal tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang oleh Tuhan.

Kata hikmah mengandung tiga unsur, yaitu:
  • Unsur ilmu, yaitu adanya ilmu yang shahih yang dapat memisahkan antara yang hak dan yang bathil, berikut tentang rahasia, faedah dan seluk-beluk sesuatu.
  • Unsur jiwa, yaitu terhujamnya ilmu tersebut kedalam jiwa yang ahli hikmah, sehingga ilmu tersebut mendarah daging dengan sendirinya.
  • Unsur amal perbuatan, yaitu ilmu pengetahuannya yang terhujam kedalam jiwanya itu mampu memotivasi dirinya untuk berbuat. Dengan perkataan lain, perbuatanya itu dimotori oleh ilmunya yang terhujam kedalam jiwanya itu.
- Asy Syaja’ah
Syaja’ah dalam bahasa Arab artinya keberanian atau keperwiraan, syaja’ah atau berani yaitu seseorang yang dapat bersabar terhadap sesuatu jika dalam jiwanya ada keberanian menerima musibah atau keberanian dalam mengerjakan sesuatu. Seorang pengecut sukar didapatkan sikap sabar dan berani.

Selain itu syaja’ah (berani) bukanlah semata-mata berani berkelahi dimedan laga, melainkan suatu sikap mental seseorang, dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya.

- Iffah (Al-Iffah)
Memelihara kesucian diri (al-iffah) adalah menjaga diri dari segala tuduhan, fitnah, dan memelihara kehormatan hendaklah dilakukan setiap waktu agar diri tetap berada dalam keadaan kesucian. Hal ini dapat dilakukan mulai dengan memelihara hati (qalbu) untuk tidak membuat rencana dan angan-angan yang buruk

D. Metode Pembentukan Akhlak
Ada beberapa metode pembinaan ahklak yang dapat di lakukan sesuai dengan perspektif islam yaitu sebagai berikut:
  1. Metode uswah (teladan), yaitu sesuatu yang pantas untuk di ikuti, karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Manusia teladan harus di contoh dan diteladani adalah Rasulullah SAW.
  2. Metode Ta’widiyah (pembiasaan). Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam kamus umum bahasa indonesia, biasa artinya lazim atau umum; seperti, sedia kala, sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Muhammad Mursyi dalam bukunya “ Seni Mendidik Anak”, menyampaikan nasehat imam al-Gazali: “ seorang anak adalah amanah (titipan) bagi orang tuanya hatinya sangat bersih bagaikan mutiara, jika dibiasakan dan diajarkan sesuatu kebaikan, maka ia akan tumbuh dewasa dengan tetap melakukan kebaikan tersebut, sehingga ia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.”
  3. Metode Mau’izah (nasehat), yaitu kata mai’izah berasal dari kata wa’zhu, yang berarti nasehat yang terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya dengan perkataan yang lembut
  4. Metode Qishah (ceritera), yang mengandung arti, sutu cara dalam menyampaikan materi pelajaran, dengan menuturkan secara kronologis, tentang bagimana terjadinya sesuatu hal, baik yang sebanarnya terjadi, ataupun hanya rekaan saja.
  5. Metode Amtsal (perumpamaan), yaitu metode yang banyak dipergunakan dalam Al-Qur’an dan Ahadits untuk mewujudkan ahklak mulia.
  6. Metode Tsawab (ganjaran). Sebagaiamana yang telah di utarakan Armai Arief dalam bukunya, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, menjelaskan pengertian tsawab itu, sebagai : “hadiah; hukum. Metode ini juga penting dalam pembinaan ahklak, karena hadiah dan hukuman sama artinya dengan reward and punisment dalam pendidikan Barat. Hadiah bisa menjadi dorongan spiritual dalam bersikap baik, sedangkan hukuman dapat menjadi remote control dari perbuatan tidak terpuji.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk dan yang menjadi ukuran baik dan buruknya adalah akal karena memang etika adalah bagian dari filsafat. Dan Moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi yang berlaku di suatu masyarakat. Serta, Akhlak dalam kebahasaan berarti budi pekerti, perangai atau disebut juga sikap hidup adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk yang yang ukurannya adalah wahyu tuhan
Dari satu segi akhlak adalah buah dari tasawuf (proses pendekatan diri kepada Tuhan), dan istiqamah dalam hati pun bagian dari bahasan ilmu tasawuf.” Indikator manusia berakhlak (husn al-khulug) adalah tertanamnya iman dalam hati dan teraplikasikannya takwa dalam perilaku.

Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat mengimplementasikan iman yang dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh ajaran islam dalam setiap tingkah laku sehari- hari. Seperti akhlak kepada tuhan, diri sendiri, dan sesama manusia.

B. Saran
Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun dapat menerapkan etika, moral dan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Mudlor. Tt. Etika dalam Islam. Al-Ikhlas. Surabaya.
Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar. 2003. Mengenal Etika dan Akhlak Islam. Lentera: Jakarta.
Asmaran As. 1992. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Rajawali Pers
Bakry, Oemar. 1981. Akhlak Muslim. Aangkasa: Bandung
Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996
Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Taman Siswa, 1966), hlm.138
Masyhur, Kahar. 1986. Meninjau berbagai Ajaran; Budipekerti/Etika dengan Ajaran Islam. Kalam Mulia. Jakarta.
Mustofa, Ahmad. 1999. Ilmu Budaya Dasar. CV Pustaka Setia. Bandung.
Nata, Abuddin. 2003. Akhlak Tasawuf. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin, Pengatar Studi Akhlak, Jakarta : PT Raja Grafmdo Persada, 2004
Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Suseno, Frans Magnis. 1987. Etika Dasar. Yogyakarta : Kanisius
Yaqub, Hamzah. Etika Islam. Bandung : CV Diponegoro, 1988 (artikel ini disadur dari persentasi pada mata kuliah akhlak tasawuf)



November 01, 2017

0 comments:

Posting Komentar