A. DEFINISI PARAGRAF
Menuangkan buah pikiran secara teratur dan terorganisasi ke
dalam sebuah tulisan sehingga pembaca dapat mengikuti dan memahami
jalan pikiran seseorang, tidaklah mudah. Banyak orang fasih berbicara,
namun kurang mampu menuangkan gagasannya secara tertulis. Kalaupun
ahli-ahli bicara itu mampu menuliskan gagasannya dengan baik, biasanya
hal ini terjadi sesudah melalui latihan yang intensif, baik secara formal
maupun nonformal. Hal ini wajar karena kemampuan menulis merupakan
hasil proses belajar dan ketekunan.
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah
karangan. Dalam paragrap terkandung satu unit buah pikiran yang
didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai kalimat
pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas
sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian
dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.
Perhatikan contoh di bawah ini lalu bagi menjadi beberapa paragraf !!!
Tujuan karangan berbeda-beda. Ada yang hendak
mengungkapkan suatu pikiran, ada yang hendak mengungkapkan
perasaan. Karangan yang pertama banyak kita lihat dalam tulisan ilmiah,
sedangkan karangan yang kedua banyak kita lihat dalam karangan sastra.
Berdasarkan tujuan yang hendak diungkapkan itu, bahasa yang
dipakainya tentulah berbeda. Perbedan ragam bahasa karangan ilmiah dan
ragam karangan sastra adalah sebagai berikut ini. Pada karangan ilmiah,
diusahakan agar bahasanya tidak menimbulkan ketaksaan. Kata-kata yang
digunakan adalah kata-kata yang bermakna lugas, tidak bermakna
konotasi. Pada karangan yang bersifat sastra dipakai bahasa yang indah .
Kata-kata yang dipakai adalah kata-kata yang bersifat konotasi. Dengan
kata lain,bahasa ragam sastra memiliki daya imajinatif
B. SYARAT PARAGRAF
Paragraf merupakan satu kesatuan pikiran yang dibangun dengan
serangkaian kalimat. Satu kesatuan pikiran merupakan komponen isi dan
satu rangkaian kalimat merupakan komponen bentuk paragraf. Satu
kesatuan pikiran dan satu kesatuan bentuk merupakan tuntutan yang
harus dipenuhi sebuah paragraf. Dalam sebuah paragraf harus memenuhi
tuntutan koherensi dalam isi (coherencein meaning) dan kohesi dalam
bentuk (cohesion in form).
B.a. Syarat Koherensi
Yang dimaksud dengan koherensi ialah kesatuan isi atau
kepaduan maksud; koherensi paragraf ialah kepaduan isi paragraf.
Paragraf yang tidak menunjukkan adanya kepaduan isi disebut paragraf
yang tidak koheren.
Demi terpenuhinya tuntutan koherensi paragraf, ada dua hal
pokok yang harus diperhatikan. Kedua hal yang dimaksud ialah
- Kokohnya kalimat penjelas dalam menjelaskan ide pokok dan
- Logisnya urutan peristiwa, waktu, ruang atau tempat, dan proses.
Perhatikan paragraf di bawah ini, lalu tentukan kalimat mana yang tidak
koheren!
Terhadap dunia,UNESCO mengemukakan gagasan bahwa
Borobudur harus segera diselamatkan.
- Borobdur bangunan raksasa yang megah lagi perkasa ini tidak mungkin dibuat untuk kedua kalinya.
- Candi ini merupakan pusaka budaya,warisan yang tak ternilai harganya.
- Letaknya kurang lebih 15 km sebelah utara kota magelang.
- Bernard P. Groslier, seorang ahli riset purbakala menyatakan bahwa dalam segala hal Borobudur merupakan monumen yang terbesar dan terindah di belahan dunia selatan
Bumi bergetar disusul hamburan batu dan kerikil panas
- Sejak 5 april ,Galunggung telah beberapa kali memuntahkan lahar
- Tiba- tiba terdengar suara gemuruh seperti ledakan bom
- Mereka tengah bersiap untuk bersembahyang magrib
- Lahar panas mengalir menghantam sawah, ladang, serta rumah penduduk
- Bencana itu datang tanpa diduga saat para petani meninggalkan sawah serta ladangnya
B.b. Syarat Kohesi
Kohesi mengandung arti hubungan yang erat; perpaduan yang
kokoh dan kohesif berarti padu. Jadi, paragraf yang baik dituntut untuk
mempunyai hubungan antarkalimat yang erat, perpaduan antarkalimat
yang kokoh.
Untuk memperoleh a) Konjungsi, (b) Pronomina,(c) Repetisi ,(d)
Sinonim, (e) Hiponim,() Paralelisme, (g) Elipsasi.
B.c. Penggunaan Konjungsi
Ungkapan pengait antarkalimat dapat digunakan konjungsi
(ungkapan penghubung). Ungkapan penghubung yang dapat digunakan
(a) hubungan tambahan antara lain: lebih lagi, selanjutnya, di samping
itu,berikutnya,lagi pula, (b) hubungan pertentangan antara lain: akan
tetapi, namun, walaupun demikian, sebaliknya, (c) hubungan
perbandingan antara lain: sama dengan itu, sehubungan dengan itu, (d)
hubungan akibat antara lain: oleh sebab itu, jadi, maka, (e) hubungan
tujuan, antara lain: untuk itu, untuk maksud itu, (f) hubungan waktu,
antara lain: beberapa saat kemudian, sementara itu, (g) hubungan tempat,
antara lain: berdekatan dengan itu.
Isilah … di bawah ini dengan kata penghubung yang tepat !
Dalam hal kemiskinan ini, faktor sikap dan pendidikan tidak dapat
dianggap sepele.... faktor budaya dan komnikasi....,pendekatan
nonekonomi dalam memberantas kemiskinan perlu mendapat perhatian
yang serius.
B.d. Penggunaan Pronomina
Dalam usaha memadu kalimat-kalimat dalam suatu paragraf,
dapat digunakan pronominal (kata ganti orang). Pemakaian kata ganti ini
berguna untuk menghindari penyebutan nama orang berkali-kali. Kata
ganti yang dimaksud adalah saya, aku, kita, kami, engkau, kamu, dia, ia,
beliau, mereka, dan nya.
Adi dan Boy merupakan dua sahabat yang akrab. Setiap hari Adi
dan Boy selalu kelihatan bersama-sama. Adilah yang selalu menjemput
ke kampus karena rumah Adi lebih jauh letaknya dari rumah Boy. Adi
dan Boy selalu siap sedia menolong kawan-kawan Adi dan Boy bila
kawan-kawan Adi dan Boy mengalami kesulitan/kesukaran. Temanteman
Adi dan Boy sangat senang dan bangga melihat kelakuan Adi dan Boy yang demikian ittu. Watak dan kelakuan Adi dan Boy selalu
dijadikan suri teladan bagi yang lainnya. Walaupun demikian, Adi dan
Boy tidak pernah menjadi sombong atau angkuh karena pujian yang
sering Adi dan Boy Terima.
B.e. Penggunaan Repetisi
Dalam upaya merangkai kalimat yang satu dengan kalimat yang
lain dapat digunakan repetisi, yaitu mengulang kata tertentu yang
dianggap penting.
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang tinggal
di berbagai daerah dengan keanekaragaman budaya dan bahasanya.
Keanekaragaman demikian mungkin menguntungkan karena dapat
memperkaya kebudayaan nasional. Moto Bhineka Tunggal Ika
mencerminkan tekad bangsa kita untuk menarik keuntungan dari
keanekaragaman itu.
B.f. Penggunaan Sinonim
Cara lain yang kadang-kadang juga digunakan untuk
merangkaikan kalimat dalam paragraf adalah sinonim atau kemaknaan.
Kesemaknaan tidak terbatas pada kata dan kata, namun mungkin juga
kesemaknaan kata dan kelompok kata, Misalnya, Bandung bersemakna
dengan “kota yang dijuluki Paris van Java”, Bung Karno bersemakna
dengan “tokoh proklamator’.
Charley Chaplin ketika sudah menua merasakan sngat sedih. Jika ia
melawak, tidak ada lagi orang yang tertawa dan filmnya yang terakhir,
Monsieur Verdoux, tidak mendapat ssambutan hangat. Waktu itu,
pelawak terbesar di segala abad ini menikah dengan Oona O’Neeil dan
ketika anaknya yang bernama Michael ditanya mengapa ayahnya
menikah dengan wanita yang begitu muda, si anak menjawab, “Karena
Oona satu-satunya orang yang masih tertawa kala Ayah melawak”.
B.g. Penggunaan Hiponim
Sarana kohesi lain yang masih berhubungan dengan makna adalah
hiponimi. Hiponimi ialah hubungan makna umum dan makna khusus,
atau makna kelas dan makna subkelas.
Pada saat fajar mulai menyingsing, sebagian penduduk republik
ini yang berada di strata sosial paling bawah sudah mengambil ancangancang
untuk melakukan kegiatan rutin sehari-harinya. Pak Tani dengan kerbau dan bajaknya sudah pergi mengayun langkah menuju sawah atau
ladangnya. Pra nelayan turun ke pantai untuk menarik jaring dari lautan
yang luas. Pedagang sayuran merapikan dagangannya untuk segera
diantar ke rumah-rumah pelanggannya. Pembuat makanan, pedagang kaki
lima, abang becak, semua membenahi peralatan menyongsong mentari
datang. Sementara itu, penduduk dari strata sosial atas masih mendengkur
di tempat tidur.
B.h. Penggunaan Paralelisme
Cara yang berikut untuk membangun paragraf yang kohesif
adalah penggunaan bentuk yang paralel (parallel structures) atau bentuk
yang sejajar.
Raja tanpa kabinet dan bintang film tanpa pengagum tidak
berbeda dengan ikan hidup di luar air. Profesor tanpa mahasiswa atau
pelawak tanpa penonton sama halnya dengan pohon jeruk yang ditanam
di laut. Pameran tanpa pengunjung atau pasar tanpa pembeli sama halnya
dengan tanaman hidup di atas batu. Begitulah, setiap orang mendapat
harga diri dalam hubungan dengan lingkungannya.
B. i. Penggunaan Elipsasi
Cara lain untuk merangkai kalimat dalam paragraf adalah elipsasi
atau pelesapan. Cara ini melesapkan bagian-bagian kalimat tertentu
karena bagian itu sudah disebutkan dalam kalimat sebelumnya.
Begitu subuh berlalu, Pak Tani dengan kerbau dan bajaknya sudah
pergi mengayun langkah menuju sawah atau ladangnya. Para nelayan
turun ke pantai untuk menarik sosial dari lautan yang luas. Pedagang
sayuran merapikan dagangannya untuk segera diantar ke rumah-rumah
pelanggannya. Pembuat makanan, pedagang kaki lima, abang becak,
semua membenahi peralatan menyongsong mentari sosial. Sementara itu,
penduduk dari strata sosial atas masih mendengkur di tempat tidur
C. JENIS PARAGRAF
Berdasarkan jenisnya, paragraf dapat dibedakan (1) berdasarkan
nalar atau letak kalimat topik, (2) berdasarkan teknik pengembangan, dan
(3) berdasarkan fungsinya.
C.a. Paragraf Berdasarkan Nalar
Nalar atau logika secara singkat dapat diartikan jalan pikiran
yang sesuai dengan akal; bernalar sama dengan berpikir logis. Penalaran
sama dengan proses menggunakan nalar atau proses menggunakan
pikiran secara logis.
Secara umum dikenal paragraf deduktif, induktif, deduktif –
induktif, dan dekriptif –naratif.
C.b. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif ialah paragraf yang diawali dengan gagasan
utama atau kalimat topik yang bersifat umum. Gagasan itu selanjutnya,
dijelaskan dengan pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus atau
keterangan-keterangan yang memperkokoh gagasan di atas.
Harga sebagian barang pokok bergerak naik. Beras seminggu
yang lalu harganya Rp 3500,00 per kg, kini berubah menjadi Rp 4.000,00
per kg. Gula pasir melonjak dari Rp 5.800,00 per kg menjadi Rp
6.200,00 per kg. Minyak goreng, walaupun tidak seberapa naiknya, tetapi
secara nyata beringsut naik dari Rp 4.500,00 per kg menjadi Rp 4.800,00
per kg. Terigu kini mencapai Rp 4.700,00 per kg sedangkan minggu lalu
Rp 4.200,00 per kg.
C.c. Paragraf Induktif
Paragraf induktif ialah paragraf yang menempatkan ide atau
gagasan pada akhir paragraf. Lahirnya ide atau gagasan ini didahului oleh
penjelasan, keterangan, atau data. Kadang-kadang, gagasan paragraf
induktif berupa kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang disebutkan
lebih dulu.
Pancasila telah beberapa kali dirongrong. Beberapa kali falsafah
negara RI hendak diubah ataupun dipreteli. Setiap usaha yang hendak
mengubah dan mempreteli Pancasila ternyata gagal betapapun usaha itu
telah dipersiapkan dengan matang dan tertib. Semuanya tetap dapat
digagalkan. Memang, Pancasila benar-benar sakti.
C.d. Paragraf Deduktif-Induktif
Pengembangan jenis paragraf ini didasari pola nalar deduktifinduktif.
Karena itu, paragraf jenis ini ditandai dengan adanya dua
gagasan yang terletak di awal dan di akhir paragraf.
Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat
penting. Dengan bahasa pula manusia dapat mewarisi dan mewariskan,
menerima dan memberikan segala pengalamannya kepada orang lain. Jelaslah, bahwa bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam
kehidupan manusia.
C.e. Paragraf Deskriptif- Naratif
Paragraf deskriptif ialah paragraf yang berisi gambaran, cerita,
atau proses sesuatu atau terjadinya sesuatu secara apa adanya. Dalam
pengembangannya, paragraf ini tidak mengemukakan ide pokok secara
eksplisit. Ide paragraf terkandung pada semua kalimat yang
membentuknya. Semua kalimat mempunyai peranan yang sederajat, tidak
ada kalimat yang mempunyai kedudukan yang dominan.
Alangkah mengerikan. Rumah-rumah beton di Pantai
Pangandaran, Kabupaten Ciamis, ditelan gelombang tsunami yang terjadi
pada tanggal 17 Juli 2006 yang lalu. Pantai yang begitu indah, yang
menjadi tumpuan Pemerintah Daerah itu ditinggalkan kosong oleh
penduduk. Mereka mengungsi ke tempat-tempat yang aman.
C.f. Jenis Paragraf Berdasarkan Teknik Pengembangannya
Dalam mengembangkan paragraf ada beberapa teknik yang lazim
digunakan. Dalam tulisan ini akan dibicarakan teknik–teknik
pengembangan seperti berikut :
- Tanya – jawab
- Sebab – akibat
- Contoh atau ilustrasi
- Alasan atau keterangan
- Perbandingan atau analogi
- Dedinisi
- Deskripsi
- Proses, dan
- Penguraian
C.g. Paragraf Teknik Tanya–jawab
Paragraf jenis ini dikembangkan dengan pertanyaan terlebih
dahulu. Lazimnya, kalimat pertama merupakan kalimat pertanyaan yang
mengandung ide paragraf. Kalimat pengembangnya berupa jawaban atas
pertanyaan tadi. Kalimat–kalimat jawaban merupakan kalimat penjelas
atau pengembangan paragraf.
Contoh :
Mengapa Marsinah diculik lalu dibunuh secara kejam? Menurut sebuah versi, kekejaman itu dilakukan karena Marsinah memiliki informasi penting tentang penyelewengan hukum atau praktik produksi ilegal oleh perusahaan tempat ia bekerja. Ia, kabarnya, mau membeberkannya ke luar kecuali jika pihak perusahaan memenuhi tuntutannya : memperbaiki kondisi buruh dan membatalkan PHK atas beberapa kawannya.
C.h. Paragraf Sebab–akibat
Paragraf sebab akibat yaitu paragraf yang pengembangannya memanfaatkan makna hubungan sebab akibat antar kalimat. Ciri khas paragraf jenis ini ialah terbinanya hubungan sebab akibat antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Jadi hubungan sebab-akibat ini merupakan satu rangkaian satu rangkaian yang bersinambung.
Contoh :
Mulai bulan April tahun tahun depan harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, minyak pelumas, dan lain–lain, harganya dinaikkan karena pemerintah ingin mengurangi subsidinya dengan harapan ekonomi Indonesia menjadi wajar. Kenaikan harga bahan bakar sudah tentu mengakibatkan naiknya biaya angkutan. Jika biaya angkutan naik, harga barang akan naik pula karena biaya transpor harus diperhitungkan. Kenaikan harga ini akan dirasakan oleh rakyat. Karena itu, kenaikan harga barang dan jasa harus diimbangi dengan usaha meningkatkan pendapatan rakyat.
C.i. Paragraf Contoh atau Ilustrasi
Sesuai dengan sebutannya, paragraf contoh atau paragraf ilustrasi, paragraf jenis ini dikembangkan dengan cara menggunakan contoh atau ilustrasi. Contoh atau ilustrasi inilah yang memberikan penjelasan akan kebenaran ide atau gagasan paragraf, baik dengan cara deduktif, induktif, atau paduan keduanya.
Contoh :
Di Singapura sekarang kita bisa menyaksikan Kecak yang dipertunjukan dalam waktu kurang dari satu jam, bahkan bila diperlukan konsumen, pertunjukan bisa lebih singkat lagi. Demikian pula tari-tarian lainnya dapat kita saksikan dalam.
bentuk yang condensed. Di pantai–pantai yang terbaik di bagian
selatan Bali, terutama di kawasan Sanur, orang banyak yang
terkejut dan sedih melihat semakin ciutnya daerah bebas mereka
untuk melakukan upacara yang mereka perlukan tanpa harus
meminta ijin terlebih dahulu. Lebih menyedihkan lagi bagi
mereka apabila pada suatu saat terpancang papan pengumuman
“DILARANG MASUK”. Salam dalam bahasa Inggris “hallo” di
Bali sekarang ternyata berkembang menjadi bermacam–macam
arti ; paling sedikit ada dua arti. Arti yang pertama, salam ramah
tamah biasa yang ditunjukan kepada orang asing, dan yang kedua,
Tuan belilah barang dagangan saya.” Contoh – contoh di atas
merupakan gambaran bahwa betapa bergesernya nilai-nilai sosial
dan agama di kawasan Bali.
C.j. Paragraf Alasan
Perkataan “alasan” bisa diganti dengan “keterangan“ sebab pada
hakikatnya, alasan itu merupakan keterangan. Paragraf alasan ialah
paragraf yang pengembangan ide utamanya memanfaatkan penjelasan
yang bermakna alasan. Alasan–alasan inilah yang memperkokoh ide
paragraf sehingga kebenaran ide itu dapat diterima pembacanya.
Contoh :
Seluruh penjuru dunia sudah mengetahui bahwa AIDS
merupakan penyakit yang mematikan. Dunia kedokteran masih
merayap mencari obat penangkal penyakit maut ini. Sementara
itu, virus AIDS melesat mencari korban demi korban tanpa
mengenal ras, umur, ataupun tingkatan sosial. Tidaklah mustahil,
AIDS menjadi bom waktu yang pada suatu saat bisa
memusnahkan manusia dari muka bumi ini.
C.k. Paragraf perbandingan
Paragraf perbandingan ialah paragraf yang isinya merupakan
perbandingan tentang dua hal baik yang menyangkut kesamaan maupun
perbedaannya. Sebagai teknik pengembangan, perbandingan ini bisa
bertujuan menjelaskan satu hal lain sebagai pembanding, atau
menjelaskan kedua hal yang dibandingkan itu sekaligus.
Contoh :
Kalau kita perhatikan kalimat awal paragraf, tergolong
paragraf yang bertujuan menjelaskan masyarakat perkotaan (urban
community) dengan menggunakan pembanding kontras sifat–sifat
masyarakat perdesaan.
Yang dimaksud masyarakat perkotaan atau urban
community adalah masyarakat kota yang tidak tertentu jumlah
penduduknya. Tekanan pengertian masyarakat perkotaan juga
terletak pada sifat–sifat kehidupannya yang berbeda dengan
masyarakat perdesaan. Masyarakat perkotaan ini juga berbeda
dengan masyarakat perdesaan dalam hal perhatian, khususnya
terhadap keperluan hidup. Jika masyarakat perdesaan mempunyai
perhatian utama dan perhatian khusus terhadap keperluan dasar
dari kehidupan, seperti pakaian, makanan, rumah, dan sebagainya,
maka masyarakat perkotaan, terhadap hal–hal tersebut
mempunyai pandangan yang berbeda.
Orang–orang perkotaan memandang penggunaan
kebutuhan hidup sehubungan dengan pandangan masyarakat
sekitarnya. Jika menghidangkan makanan, misalnya, yang
diutamakan adalah makanan itu memberikan kesan bahwa yang
menghidangkannya mempunyai kedudukan sosial yang tinggi.
Bila ada tamu, misalnya, diusahakan terhidang makanan dalam
kaleng. Pada orang–orang perdesaan hal seperti itu kurang bahkan
tidak diperdulikan.
C.l. Paragraf Definisi
Sesuai dengan sebutannya, paragraf definisi merupakan paragraf
yang mengembangkan definisi atau pembatasan istilah. Dalam sebuah
paragraf definisi, sebuah istilah mungkin didefinisikan, mungkin pula
dibicarakan pengertiannya seperti contoh di bawah ini.
Contoh :
Istilah demokrasi biasanya diterjemahkan dengan kata kedaulatan
rakyat. Ungkapan tersebut sering diartikan dengan pemerintahan oleh
rakyat, dari rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi dalam pengertian ini
hanya menggambarkan satu segi dari pengertian demokrasi yang
sebenarnya. Pada hakikatnya, demokrasi merupakan sistem mentalitas
untuk membina kehidupan bersama dalam masyarakat. Mentalitas yang
dimaksud ialah mentalitas dalam pengertian cara berpikir, bersikap, dan
berbuat.
C.m. Paragraf Pemerian atau Deskripsi
Paragraf pemerian ialah paragraf yang menyajikan sejumlah rincian tentang sesuatu yang lebih cenderung pada fakta daripada khayalan. Pemerian ini bisa berupa rincian tentang bentuk, ruang, waktu, peristiwa, atau keadaan. Kadang–kadang urutan peryataannya tidak ketat. Artinya, urutan pernyataan dalam sebuah paragraf pemerian bisa diubah, walaupun tidak selamanya.
Desa Ubud yang setiap harinya tertib, hening, senyap, tempat para senimannya menghabiskan sebagian besar waktunya dengan kerja kreatif, kali ini berubah laksana sebuah akuarium yang kemelut. Tak ada wajahwajah suram yang memancarkan rasa duka cita. Sesuai dengan kepercayaan masyarakat Bali yang menghendaki agar khalayak melepas sang almarhum menuju nirwana dengan tenang. Yang terlihat hanya warna-warna merah, wajah cerah, serta suara gembira yang gemuruh. Para wanita mengenakan baju kebaya, kain, dan selendang berwarna semarak. Laki-lakinya mengenakan kain samping yang tradisional, yaitu kain petak-petak hitam putih. Putih warna bajunya, putih ikat kepalanya. Matahari agak muram seperti enggan menyengatkan sinarnya.
C.n. Paragraf Proses
Seperti halnya paragraf pemerian, paragraf proses tergolong jenis paragraf Deskriptif. Sesuai dengan namanya, paragraf proses ialah paragraf yang menjelaskan proses terjadinya atau proses bekerjanya sesuatu.
Setelah sampai di darat, kendurkan semua pakaian korban yang sekiranya menyesakkan dirinya. Bersihkan mulutnya dari pasir atau Lumpur, dan lepaskan gigi palsunya (kalau ada). Selanjutnya, telungkupkan badannya, dan berdirilah Anda mengangkanginya.. Sambil membungkukkan badan ke depan, tempatkan kedua tangan Anda pada perutnya dekat rusuk bawah. Angkatlah perutnya sehingga kepalanya menunduk ke tanah dan air keluar dari mulutnya. Jika pernapasannya berhenti, segeralah beri dia pernapasan buatan.
C.o. Paragraf Penguraian
Paragraf jenis ini dikembangkan dengan cara menguraikan atau memilah-milah (mengklasifikasi) sesuatu. Dengan pernyataan lain, paragraf penguraian ialah paragraf yang berisi penjelasan secara terurai atau terinci.
Berdasarkan peristiwa politik dan dokumen resmi kenegaraan, dalam perjalanan hidupnya, bahasa Indonesia memiliki dua macam kedudukan. Pertama, bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai
bahasa nasional. Kedudukan ini dimilikinya sejak dicetuskannya Sumpah
Pemuda pada 28 Oktober 1928. Kedua, bahasa Indonesia memiliki
kedudukan sebagai bahasa negara. Kedudukan ini dimilikinya sesuai
dengan ketentuan yang tertera dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab
XV, Pasal 36.
C.p. Paragraf Berdasarkan Fungsinya
Berdasarkan fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi
paragraf pembuka, penghubung, dan penutup.
C.q Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka disebut juga paragraf pendahuluan. Paragraf ini
berisi ancang-ancang atau arahan tentang apa yang akan diuraikan atau
dibahas pada bagian isi wacana. Selain itu, paragraf pendahuluan berisi
tentang tujuan dan pembatasan topik pembicaraan. Selain itu, paragraf
pembuka mengemukakan hal-hal yang menjadi penarik minat para
pembaca. Dengan kata lain, paragraf pembuka itu harus menumbuhkan
perasaan ingin tahu para pembaca tentang apa yang diuraikan selanjutnya.
C.s. Paragraf Pengembang
Disebut paragraf pengembang karena paragraf ini berfungsi
mengembangkan isi wacana. Isi wacana merupakan pengembangan ideide
atau sub-subtopik pembicaraan.
C.t. Paragraf Penutup
Paragraf penutup ialah paragraf yang mengakhiri sebuah uraian,
bisa mengandung bermacam-macam maksud atau isi, seperti kesimpulan
uraian, saran atau harapan, penegasan, kritikan, dan rangkuman isi uraian
atau resume.
Perhatikan paragraf di bawah ini lalu tentukan fungsi setiap paragrafnya !
Memerangi Kemiskinan
Tidak dapat disangkal, sejak pemerintahan Orde Baru, khususnya
selama dasawarsa 1980-an, jumlah penduduk Indonesia yang tergolong
miskin telah dapat diturunkan secara berarti. Lembaga-lembaga
internasional pun mengakui hal ini. Walaupun demikian, Indonesia tidak
dapat berpuas diri karena di tengah-tengah lebih dari 180 juta penduduknya, dewasa ini terdapat segelintir anggota masyarakat yang
bergelimang harta, sedangkan di pihak lain masih terdapat 27 juta rakyat
tergolong miskin.
Untuk memerangi kemiskinan, berbagai cara dapat ditempuh,
berbagai strategi dapat dijalankan berdasarkan teori atau interpretasi dari
keadaan yang dihadapi. Para pengambil keputusan biasanya dihadapkan
pada berbagai pilihan yang tersedia dengan segala akibat ikutannya baik
yang positif maupun yang negatif. Salah satu pilihan ekstrem yang secara
teoretis pernah dilontarkan adalah menghilangkan penduduk miskin
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Yang paling penting, menurut
teori ini, adalah bagaimana menciptakan suatu masyarakat yang bebas
dari beban penduduk miskin yang dilihat dari kacamata ekonomi tidak memiliki produktivitas yang dapat diandalkan.
Implementasi dari teori ini adalah membiarkan masyarakat miskin
bergelut dengan kemiskinannya tanpa bantuan apa pun, sementara
sumber daya pembangunan dialokasikan kepada masyarakat yang masih
bisa ditingkatkan produktivitasnya. Dengan cara mengeliminasi
penduduk miskin secara ekonomi, dalam waktu yang singkat penduduk
miskin akan menemui ajalnya, dan yang tersisa adalah penduduk yang
tingkat hidupnya sudah jauh lebih baik. Bagi bangsa Indonesia, cara
seperti ini jelas bukan pilihan karena tindakan atau strategi ini
bertentangan dengan filsafat bangsa Indonesia.
Bahwa memerangi kemiskinan bukan pekerjaan yang mudah
bukanlah pernyataan yang tanpa alasan. Seperti kita ketahui, terdapatnya
penduduk miskin di mana pun di dunia ini bukan hanya disebabkan oleh
usaha pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah tidak
menyentuh golongan tersebut. Di samping alasan ekonomi, alasan lain
seperti kebudayaan, faktor komunikasi, tingkat pendidikan ternyata tidak
bisa diabaikan. Kepasrahan dan terbatasnya alat pemuas kebutuhan yang
mereka dambakan menjadikan mereka pekerja yang tidak ulet.
Rendahnya tingkat pendidikan yang mereka miliki menyebabkan sikap
mereka menerima bahwa mereka berbeda dari masyarakat yang hidupnya
berkecukupan secara materil.
Memerangi kemiskinan nonekonomis hendaknya mendapat
perhatian yang lebih serius. Faktor budaya dari setiap kantong
kemiskinan perlu diketahui secara mendalam. Dengan perkataan lain, agar dapat berhasil memerangi kemiskinan, pendekatan multi disipliner harus dilakukan. Pendekatan ekonomi seperti halnya perbaikan sarana dan prasarana, atau pengaitan kegiatan ekonomi daerah yang sudah lebih baik dengan daerah miskin mungkin saja akan menghasilkan pengaruh yang positif. Akan tetapi, bukanlah tidak mungkin, dengan bantuan di bidang pendidikan atau penyuluhan, komunikasi, atau bahkan merangsang masyarakat agar terbuka matanya melihat beragamnya kebutuhan manusia akan menghasilkan pengaruh positif yang lebih besar.
Menurut ukuran ekonomi, pembagian pendapatan di Indonesia akan indeks kesejahteraan masyarakat Indonesia lebih baik daripada banyak negara. Walaupun demikian, tidak berarti bahwa kita dapat menutup mata atau bernapas lega sesudah mengetahui sebagian anggota masyarakat kita berjuang keras untuk mempertahankan hidup. Ini berarti usaha pemerintah yang lebih serius dalam memerangi kemiskinan seperti sekarang ini harus didukung oleh semua pihak.




0 comments:
Posting Komentar