Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Learning

Kamis, 09 November 2017

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa atau Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik yang diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam kontek penyelenggaraan ini guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistim pendidikan nasional, tampaknya belum dapat direalisasi secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran.
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai factor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik.

Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motifator dan fasilitator didalamnya agar suasana dapat lebih hidup. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya Bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong.

Berdasarkan uraian di atas mendorong penulis untuk menyusun makalah dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Learning”

B. TUJUAN PENULISAN.
Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung. Disamping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan ketrampilan social siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah. Jadi akan memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama.

C. RUMUSAN MASALAH.
Permasalahan dalam makalah ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif di Sekolah Dasar. Secara ringkas dapat dirumuskan sebagai berikut :
  1. Apakah model pembelajaran kooperatif telah dilaksanakan dengan baik?
  2. Kalau belum apa penyebabnya?
  3. Apabila sudah seberapa banyak pengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa?
  4. Bagaimana upaya penggunaannya?
D. SISTEMATIS PENULISAN
Penerapan  model pembelajaran kooperatif sangat membantu keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar sehingga dapat mencapai tujuan  pembelajaran dengan prestasi yang maksimal. Model Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung.

Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja namun siswa juga harus mempelajari ketrampilan-ketrampilan khusus yang disebut ketrampilan kooperat

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP-KONSEP KUNCI.
Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.

Berdasarkan pengamatan riil di lapangan proses pembelajaran di Indonesia kurang meningkatkan kreatifitas siswa terutama dalam pembelajaran ekonomi. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh guru.

B. LANDASAN TEORITIS MODEL.
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontektual. Sistem pengajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistim kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah 5 (lima) unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993) yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab indifidual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

Falsafah yang mendasari pembelajaran kooperatif (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah mahluk social.

Kooperatif learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari 2 orang atau lebih.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktifis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Menurut Anita Lie dalam bukunya Kooperatif Learning, bahwa model pembelajaran kooperatif learning tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsure-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.

Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap kooperatif learning, untuk itu harus diterapkan 5 unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :

1. Saling ketergantungan positif.
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kekompakan kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.

2. Tanggung jawab perorangan.
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

3. Tatap Muka.
Dalam pembelajaran kooperatif learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.

4. Komunikasi antar anggota.
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Ketrampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. namun proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

5. Evaluasi proses kelompok.
Pengajaran perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

C. STRATEGI/TEKNIK PEMBELAJARAN ATAU LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN MODEL.
Urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Arends (1997) adalah sebagai berikut :

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat 3 ketrampilan kooperatif yang berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Tiga ketrampilan kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut (Lundgeren, 1994) :

Ketrampilan kooperatif tingkat awal, meliputi :
  • Menggunakan kesempatan.
  • Menggunakan kontribusi.
  • Mengambil giliran dan berbagai tugas.
  • Berada dalam kelompok.
  • Berada dalam tugas.
  • Mendorong partisipasi.
  • Mengundang orang lain untuk bicara.
  • Menyelesaikan tugas pada waktunya.
  • Mengormati perbedaan individu.
Ketrampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi :
  • Menunjukkan penghargaan dan simpati.
  • Mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara yang dapat diterima.
  • Mendengarkan dengan aktif.
  • Bertanya.
  • Membuat ringkasan.
  • Menafsirkan.
  • Mengatur dan mengorganisir.
  • Menerima tanggung jawab.
  • Mengurangi ketegangan.
Ketrampilan kooperatif tingkat mahir meliputi:
  • Mengelaborasi .
  • Memeriksa dengan cermat.
  • Menanyakan kebenaran
  • Menetapkan tujuan.
  • Berkompromi.
D. PEMBAHASAN.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya 3 tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al (2000) meliputi :

1. Hasil belajar akademi.
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan social juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademik yang penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat member keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademi.

2. Penerimaan terhadap perbedaan individu.
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berada berdasarkan Ras, Budaya, Kelas social, kemampuan dan ketidak mampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

3. Pengembangan ketrampilan sosial.
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa ketrampilan bekerja sama dan kolaborasi. Ketrampilan-ketrampilan sosial penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak Indonesia masih kurang dalam ketrampilan sosial.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapat model pembelajaran kooperatif learning diantaranya adalah sebagai berikut :
  1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran kooperatif learning.
  2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relative kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.
  3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran kooperatif learning .
  4. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran .
  5. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistim teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Agar pelaksanaan pembelajaran kooperatif learning dapat belajar dengan baik maka upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
  1. Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran kooperatif learning di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
  2. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas heterogen.
  3. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran kooperatif learning.
  4. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.
  5. Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistim teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN 
Pembelajaran di sekolah yang melibatkan siswa dengan guru akan melahirkan nilai yang akan terbawa dan tercermin terus dalam kehidupan di masyarakat. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kelompok secara bergotong royong (kooperatif) akan menimbulkan suasana belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup. Teknik pembelajaran kooperatif learning dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan dapat meningkatkan kreatifitas siswa.

Apabila penerapan model pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan prosedur pembelajaran kooperatif learning dengan benar, maka akan memungkinkan untuk dapat mengaktifkan siswa sehingga siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Sampai saat ini model pembelajaran kooperatif learning belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sikap gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.

B. SARAN
Sudah saatnya para pengajar mengevaluasi cara mengajarnya dan menyadari dampaknya terhadap anak didik. Untuk menghasilkan manusia yang bisa berdamai dan bekerja sama dengan sesamanya dalam pembelajaran di sekolah, model pembelajaran kooperatif learning perlu lebih sering digunakan karena suasana positif yang timbul akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan sekolah/ guru.

Selain itu semua siswa akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan berfikir. Dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif learning akan dapat menciptakan peserta didik yang trampil cerdas dan berkepribadian.

DAFTAR PUSTAKA
http://nurmanspd.wordpress.com/2009/09/03/model-pembelajaran-cooperative/learning/G.
Anita Lie 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.
Posted on 31 Juli 2008 By Ahmad Sudrajat.



November 09, 2017

0 comments:

Posting Komentar