1. Pengertian Keterampilan Guru Mengajar
Keterampilan guru mengajar merupakan salah satu jenis keterampilan yang harus dikuasai guru. Dengan memiliki keterampilan mengajar, guru dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada motivasi belajar dan peningkatan kualitas lulusan sekolah (Uno, 2006).
Sejalan dengan pernyataan Uno di atas, Boyer (dalam Elliot dkk, 1999) menyatakan bahwa keterampilan guru mengajar berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi dengan siswa, pengetahuan yang dimiliki serta bagaimana menginformasikan pengetahuan tersebut kepada siswa sehingga siswa menjadi sadar terhadap pengetahuan tersebut. Pintrich & Schunk (2002) menambahkan bahwa guru yang memiliki keterampilan mengajar akan menerapkan praktekpraktek pengajaran yang bervariasi dalam kelas mereka.
2. Aspek-Aspek Keterampilan Guru Mengajar
Terdapat enam aspek yang menggambarkan keterampilan guru mengajar (Pintrich & Schunk, 2002). Keenam aspek tersebut yaitu :
a. Mengulas pembelajaran sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan pengulangan singkat mengenai pembelajaran sebelumnya, periksa tugas yang diberikan di hari sebelumnya, dan ajarkan kembali materi tersebut jika dibutuhkan. Keterampilan ini bertujuan untuk membantu mempersiapkan siswa dalam belajar materi yang baru dan menciptakan kesadaran awal mengenai kemampuan siswa dalam belajar. Selain itu, guru dapat mengeluarkan informasi di dalam memori jangka panjang siswa dan memberikan suatu struktur kognitif untuk memasukkan materi baru. Akan lebih mudah bagi siswa untuk memperoses informasi jika mereka menggabungkan informasi baru dengan pembelajaran sebelumnya karena akan membangun jaringan pengetahuan yang lebih terorganisir.
b. Memberikan materi baru. Pemberian materi baru dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sederhana serta instruksi dan penjelasan yang jelas dan mendetail. Langkah-langkah yang sederhana bertujuan untuk memastikan bahwa kemampuan siswa dalam memproses informasi tidak berlebihan (overload) dan siswa dapat memproses informasi dengan efektif dan menyimpannya dalam memori sebelum materi yang baru diberikan. Instruksi dan penjelasan yang jelas dan mendetail bertujuan untuk memastikan siswa memahami isi materi dan tidak terikat dalam proses mental yang kompleks untuk memahami apa yang guru katakan.
c. Memberikan latihan. Latihan yang diberikan harus disertai dengan bimbingan
guru sehingga guru dapat memeriksa pemahaman siswa. Latihan merupakan
suatu bentuk dari pengulangan, yang akan membantu untuk
mengorganisasikan dan menyimpan informasi dalam memori. Dengan latihan
yang berulang, materi dan keahlian yang dipelajari dapat dipahami dengan
sedikit perhatian.
d. Memberikan umpan balik (feedback). Umpan balik merupakan sumber lain
dari pembelajaran yang efektif. Guru yang memberitahukan kepada siswa
bahwa penampilan mereka baik, memberikan informasi yang benar saat terjadi
kesalahpahaman pada siswa, dan jika dibutuhkan mengajarkan kembali materi
yang belum dipahami siswa akan membantu memperkuat kesadaran awal
siswa mengenai kemampuan mereka dalam belajar.
e. Memberikan latihan mandiri. Latihan mandiri dapat meningkatkan
kemampuan. Siswa yang bisa mengerjakan tugas karena kemampuan mereka
sendiri akan merasa sangat mampu dalam belajar dan termotivasi untuk
meningkatkannya.
f. Mengulas kembali materi yang telah diajarkan dengan interval berjarak
(mingguan atau bulanan). Pengulangan secara periodik dimana siswa memiliki
penampilan yang baik menunjukkan bahwa siswa telah belajar dan
mempertahankan informasi, yang akan meningkatkan motivasi untuk
pembelajaran selanjutnya karena hal tersebut memastikan kepercayaan siswa
mengenai kemampuan mereka.
KELAS AKSELERASI
Akselerasi adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjalani
kurikulum yang ada dengan lebih cepat (Heward, 1996). Terdapat beberapa jenis
dari akselerasi, yaitu:
- Memasuki sekolah formal pada usia dini
- Loncat kelas
- Mengikuti bidang studi tertentu di kelas yang lebih tinggi
- Kurikulum yang dipadatkan atau dipersingkat
- Memasuki sekolah menengah atas dan universitas secara bersamaan.
- Memasuki universitas lebih awal
Bagaimanapun akselerasi ini dilakukan, pada akhirnya peserta didik tetap
menyelesaikan pendidikan sekolah, namun dalam waktu yang lebih singkat.
Menurut Silverman (dalam Heward, 1996) akselerasi adalah suatu respon dalam
menjawab kebutuhan belajar dengan lebih cepat yang dimiliki oleh anak-anak
berbakat. Penelitian menunjukkan bahwa ketika akselerasi dijalankan dengan tepat, maka ketertarikan siswa terhadap sekolah akan meningkat, mencapai level prestasi akademis yang lebih tinggi, memiliki perhatian terhadap prestasi, dan menyelesaikan level pendidikan yang lebih tinggi dalam waktu singkat, yang akan meningkatkan waktu untuk berkarir di akhir sekolah.
Widyastono (dalam Tarmidi & Hadiati, 2005) menyatakan ada delapan hal yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan program akselerasi, yaitu :
1. Masukan (input, intake) siswa diseleksi secara ketat dengan menggunakan kriteria tertentu dan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria yang digunakan adalah :
- Prestasi belajar, dengan indikator angka raport, Nilai Ebtanas Murni (NEM), dan/atau hasil tes prestasi akademik, berada 2 standar deviasi (SD) di atas Mean populasi siswa;
- Skor psikotes, yang meliputi: intelligency quotient (IQ) minimal 125, kreativitas, tanggung jawab terhadap tugas (task commitment), dan emotional quotient (EQ) berada 2 SD di atas Mean populasi siswa;
- Kesehatan dan kesemaptaan jasmani, jika diperlukan.
2. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum nasional standar, namun dilakukan improvisasi alokasi waktunya sesuai dengan tuntutan belajar peserta didik yang memiliki kecepatan belajar serta motivasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa seusianya. Dalam hal ini, misalnya SMA, yang biasanya memakan waktu selama 3 tahun, terdiri atas 6 semester, setiap tahun 2 semester; dipercepat menjadi selama 2 tahun, setiap tahun terdiri atas 3 semester.
3. Tenaga kependidikan. Karena siswanya memiliki kemampuan dan kecerdasan
luar biasa, maka tenaga kependidikan yang menanganinya terdiri atas tenaga
kependidikan yang unggul, baik dari segi penguasaan materi pelajaran,
penguasaan metode mengajar, maupun komitmen dalam melaksanakan tugas.
4. Sarana-prasarana yang menunjang, yang disesuaikan dengan kemampuan dan
kecerdasan siswa, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
belajar serta menyalurkan kemampuan dan kecerdasannya, termasuk bakat dan
minatnya, baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler.
5. Dana. Untuk menunjang tercapainya tujuan yang telah ditetapkan perlu
adanya dukungan dana yang memadai, termasuk perlunya disediakan insentif
tambahan bagi tenaga kependidikan yang terlibat, berupa uang maupun
fasilitas lainnya.
6. Manajemen,bersangkut paut dengan strategi dan immplementasi seluruh
sumberdaya yang ada dalam sistem sekolah untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh sebab itu, bentuk manajemen pada sekolah dengan sistem
kelas percepatan, harus memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi, realitas, dan
berorientasi jauh ke depan. Dengan demikian, pengelolaannya didasari oleh
komitmen, ketekunan,pemahaman yang sama, kebersamaan antara semua
pihak yang terlibat dalam kegiatan ini.
7. Lingkungan belajar yang kondusif untuk berkembangnya potensi keunggulan
menjadi keunggulan yang nyata, baik lingkungan dalam arti fisik maupun
sosial psikologis di sekolah, di masyarakat, dan di rumah.
8. Proses belajar-mengajar yang bermutu dan hasilnya selalu dapat
dipertanggungjawabkan (accountable) kepada siswa, orangtua, lembaga,
maupun masyarakat.
Menurut Somantri (2006), bagi siswa berbakat dengan kapasitas
intelektual di atas rata-rata, program akselerasi ini memberikan beberapa
keuntungan, antara lain:
- Terpenuhinya kebutuhan kognisi siswa akan pelajaran yang lebih menantang
- Meningkatkan efisiensi dan efektivitas siswa dalam belajar
- Memberikan kesempatan untuk memiliki “intellectual peers”
- Menambah rasa percaya diri dan meningkatkan motivasi siswa
- Memberi kesempatan untuk menghemat waktu dalam menempuh pendidikan, sehingga lebih banyak waktu untuk mengembangkan minat, spesialisasi, dan karir.
Guru merupakan faktor yang memiliki peran penting dalam
memberhasilkan kelas akselerasi. Dalam kelas akselerasi peran guru mengelola
pembelajaran lebih tepat disebut sebagai fasilitator, yang menunjukkan bahwa
tanggungjawab akhir belajar ada pada anak untuk mengaktualisasikan potensi
dirinya.
Namun begitu ada beberapa hal yang dapat disebut sebagai kelemahan
dalam penerapan program akselerasi ini. Salah satunya adalah materi ajar yang
padat membuat guru kurang mampu mengembangkan teknik mengajar yang
kreatif sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa berbakat.
PERSEPSI
Persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola
stimulus dalam lingkungan (Atkinson, 1997). Pengertian kita akan lingkungan
atau dunia di sekitar kita melibatkan unsur interpretasi terhadap rangsangrangsang
yang diterima. Interpretasi ini menyebabkan kita menjadi subjek dari
pengalaman kita sendiri. Rangsang-rangsang yang diterima dan inilah yang
menyebabkan kita mempunyai suatu pengertian terhadap lingkungan. Proses
diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antargejala, maupun peristiwa)
sampai rangsang itu disadari dan dapat dimengerti disebut persepsi (Irwanto,
2002).
Dalam kegiatan belajar, McCombs, et al (dalam Santrock, 2007)
menemukan bahwa siswa yang merasa didukung dan diperhatikan oleh guru lebih
termotivasi untuk melakukan kegiatan akademik daripada siswa yang tidak
didukung dan diperhatikan oleh guru. Hal ini menunjukkan bahwa jika siswa
memiliki persepsi yang positif mengenai keterampilan guru dalam mengajar,
maka motivasi siswa dalam belajar akan meningkat.
Menurut Ittelson (dalam Bell dkk, 1996), persepsi terdiri dari empat
komponen, yaitu :
1. Kognitif (Berpikir)
Dalam proses kognitif, kita akan membandingkan situasi tersebut dengan
pengalaman kita sebelumnya atau sesuatu yang pernah kita baca. Hal ini berarti
bahwa persepsi bergantung pada pengalaman dan memori yang kita miliki.
2. Afektif (Emosional)
Komponen afektif (emosional) merupakan bagaimana perasaan kita
mengenai suatu situasi. Perasaan yang kita miliki ini akan mempengaruhi persepsi
kita tentang situasi tersebut.
3. Interpretasi
Interpretasi merupakan penilaian yang kita lakukan mengenai apa-apa saja
yang ada dalam suatu situasi. Menurut Hawkins dkk (2007), interpretasi
berhubungan dengan bagaimana kita memahami dan membuat pengertian tentang
informasi yang kita terima.
4. Evaluatif
Dalam proses evaluatif, kita akan menentukan apakah situasi tersebut
merupakan situasi yang baik atau buruk. Kita melakukan evaluasi terhadap suatu
situasi dan menentukan apakah elemen-elemen yang ada di dalamnya merupakan
suatu hal yang baik atau buruk.
0 comments:
Posting Komentar