A.Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
- Untuk mengetahui keadaan mutu pendidikan di MAN Maguwoharjo Sleman Yogyakarta.
- Untuk mengetahui sejauh mana upaya yang dilakukan dalam peningkatan mutu pendidikan di MAN Maguwoharjo Sleman Yogyakarta.
- Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai tindakan dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di MAN Maguwoharjo Sleman Yogyakarta.
2. Kegunaan Penelitian
Setelah penulis mencari dan mencermati hasil penelitian yang berkaitan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan pada fakultas tarbiyah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Tujuan dari uraian dalam telaah pustaka ini adalah untuk menunjukkan originalitas penelitian dan untuk membedakan dengan hasil penelitian lain serta untuk mengetahui tidak adanya kerancuan obyek penelitian dan segala masalahnya yang sudah diteliti orang lain. amun ada skripsi dari jurusan Kependidikan Islam maupun Pendidikan Agama Islam yang hampir ada kemiripan dalam pembahasan dari skripsi ini, adapun skripsi yang penulis temukan yaitu: Skripsi saudari Ipa Suparoh yang membahas tentang Manajemen Personalia Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di Madrasah Diniyah As-Syarifiyah Kecamatan Cibadok Kabupaten Sukabumi, tahun 2001. Dalam skripsi ini antara lain menggambarkan tentang bagaimana pengadaan personalia sekolah yang meliputi Kepala Sekolah, guru dan pegawai tata usaha, serta persoalan kepala Sekolah merekrut dan mengangkat calon personalia yang tidak sesuai dengan ahlinya, adapun hasil penelitian dalam skripsi ini menghasilkan tiga poin dalam penemuanya yaitu, manajemen personalia di Madrasah Diniyah As-Syarifiayah memiliki standar rekrutmen yang telah di susun oleh kepala sekolah sebagai manajer yang memiliki wewenang untuk mengangkat, menempatkan dan memperhentikan tenaga personil, upaya yang dilakukan Madrasah Diniyah As-Syarifiyah dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu melalui berbagai macam kegiatan antarannya : dengan mengikut sertakan personilnya untuk kursus-kursus, penataran, seminar-seminar, kemudian yanng dilakukan oleh pihak yayasan adalah dengan mengadakan pembenahan-pembenahan terhadap sistem perekrutan tenaga guru, yaitu dengan kualifikasi calon guru minimal strata SI. Skripsi saudari Akhiyat yang membahas tentang Membangun Mutu Pendidikan ( Studi tentang Aplikasi Administrasi Pendidikan di SMK Muhammadiyah I Bantul), tahun 2001. dalam skripsi ini membahas masalah administrasi yang tidak baik, sulit bagi lembaga pendidikan untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat, serta eksisitensi sekolah kejuruan yang belum mendapat tempat yang sejajar sepaerti SMU yang bunafit, adapun hasil penelitian menyebutkan, bahwa aplikasi administrasi pendidikan di SMK Muhamadiyah I Bantul mencakup beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh pihak sekolah, di antaranya adalah: mengadakan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pergerakan, serta pengawasan. Skripsi saudari Dwi Lestari, jurusan Pendidikan Agama Islam yang berjudul Peran Guru Agama Islam dalam meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam Di era Kemajuan Ilmu Pengetahuan.Skripsi ini membahas tentang permasalahan yang datang dari guru, seperti permasalahan guru yang mementingkan jabatannya, kemudian lupanya peran guru dalam menjaga kredbilitas yang berkualitas sebagai pendidik. Skripsi ini antara lain menggambarkan tentang peranan guru agama Islam di era kemajuan ilmu pengetahuan, kemudian hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa guru © 2008 E-Doc Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta agama Islam di era ilmu pengetahuan harus memiliki mental spritual serta harus mampu berperilaku yang layak yang mencakup aspek-aspek etis, intlektual dan sosial yang harus terpenuhi sebab akan terus menghadapi tantangan zaman yang menuntut semua guru memiliki kompetensi yang berkualitas. Berbeda dengan peneliti-peneliti tersebut diatas, maka penelitian dalam skripsi ini akan mencoba mengetengahkan pada bagaimana pelaksanaan peningkatan mutu pendidikannya, kemudian upaya-upaya apa saja yang dilakukan MAN Maguwoharjo dalam rangka peningkatan mutu input-proses-output yang ada madrasah tersebut, serta faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat bagi madrasah tersebut dalam rangka pelaksanaan peningkatan mutu pendidikan di MAN Maguwoharjo Sleman yogyakarta.
- Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi khasanah keilmuan dalam usaha pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan.
- Dengan hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan motivasi bagi pengembangan dan peningkatan SDM khususnya tenaga kependidikan yang ada pada dirinnya sebagai seorang pendidik yang profesional di MAN Maguwoharjo Sleman Yogyakarta.
- Semoga dari hasil penelitian ini, diharapkan sebagai wacana pegembangan dan peningkatan pada setiap komponen pendidikan yang ada di MAN Maguwoharjo Sleman Yogyakarta
- Bagi mahasiswa khusunya bagi penulis sendiri berguna untuk memperoleh pengalaman profesional yang sangat berharga dan sebagai bahan perbandingan antara teori yang pernah penulis dapatkan di bangku perkuliahan dengan realita yang ada di lapangan.
Setelah penulis mencari dan mencermati hasil penelitian yang berkaitan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan pada fakultas tarbiyah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Tujuan dari uraian dalam telaah pustaka ini adalah untuk menunjukkan originalitas penelitian dan untuk membedakan dengan hasil penelitian lain serta untuk mengetahui tidak adanya kerancuan obyek penelitian dan segala masalahnya yang sudah diteliti orang lain. amun ada skripsi dari jurusan Kependidikan Islam maupun Pendidikan Agama Islam yang hampir ada kemiripan dalam pembahasan dari skripsi ini, adapun skripsi yang penulis temukan yaitu: Skripsi saudari Ipa Suparoh yang membahas tentang Manajemen Personalia Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di Madrasah Diniyah As-Syarifiyah Kecamatan Cibadok Kabupaten Sukabumi, tahun 2001. Dalam skripsi ini antara lain menggambarkan tentang bagaimana pengadaan personalia sekolah yang meliputi Kepala Sekolah, guru dan pegawai tata usaha, serta persoalan kepala Sekolah merekrut dan mengangkat calon personalia yang tidak sesuai dengan ahlinya, adapun hasil penelitian dalam skripsi ini menghasilkan tiga poin dalam penemuanya yaitu, manajemen personalia di Madrasah Diniyah As-Syarifiayah memiliki standar rekrutmen yang telah di susun oleh kepala sekolah sebagai manajer yang memiliki wewenang untuk mengangkat, menempatkan dan memperhentikan tenaga personil, upaya yang dilakukan Madrasah Diniyah As-Syarifiyah dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu melalui berbagai macam kegiatan antarannya : dengan mengikut sertakan personilnya untuk kursus-kursus, penataran, seminar-seminar, kemudian yanng dilakukan oleh pihak yayasan adalah dengan mengadakan pembenahan-pembenahan terhadap sistem perekrutan tenaga guru, yaitu dengan kualifikasi calon guru minimal strata SI. Skripsi saudari Akhiyat yang membahas tentang Membangun Mutu Pendidikan ( Studi tentang Aplikasi Administrasi Pendidikan di SMK Muhammadiyah I Bantul), tahun 2001. dalam skripsi ini membahas masalah administrasi yang tidak baik, sulit bagi lembaga pendidikan untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat, serta eksisitensi sekolah kejuruan yang belum mendapat tempat yang sejajar sepaerti SMU yang bunafit, adapun hasil penelitian menyebutkan, bahwa aplikasi administrasi pendidikan di SMK Muhamadiyah I Bantul mencakup beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh pihak sekolah, di antaranya adalah: mengadakan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pergerakan, serta pengawasan. Skripsi saudari Dwi Lestari, jurusan Pendidikan Agama Islam yang berjudul Peran Guru Agama Islam dalam meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam Di era Kemajuan Ilmu Pengetahuan.Skripsi ini membahas tentang permasalahan yang datang dari guru, seperti permasalahan guru yang mementingkan jabatannya, kemudian lupanya peran guru dalam menjaga kredbilitas yang berkualitas sebagai pendidik. Skripsi ini antara lain menggambarkan tentang peranan guru agama Islam di era kemajuan ilmu pengetahuan, kemudian hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa guru © 2008 E-Doc Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta agama Islam di era ilmu pengetahuan harus memiliki mental spritual serta harus mampu berperilaku yang layak yang mencakup aspek-aspek etis, intlektual dan sosial yang harus terpenuhi sebab akan terus menghadapi tantangan zaman yang menuntut semua guru memiliki kompetensi yang berkualitas. Berbeda dengan peneliti-peneliti tersebut diatas, maka penelitian dalam skripsi ini akan mencoba mengetengahkan pada bagaimana pelaksanaan peningkatan mutu pendidikannya, kemudian upaya-upaya apa saja yang dilakukan MAN Maguwoharjo dalam rangka peningkatan mutu input-proses-output yang ada madrasah tersebut, serta faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat bagi madrasah tersebut dalam rangka pelaksanaan peningkatan mutu pendidikan di MAN Maguwoharjo Sleman yogyakarta.
C. Kerangka Teoritik
Berbicara seputar rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, setidaknya ada tiga faktor yang bisa di identifikasikan sebagai penyebabnya, yaitu:
1.Kebijakan dan penyelengaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education function atau input-output analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Dengan pendekatan ini fungsi lembaga pendidikan dilihat sebagai pusat produksi yang apa bila semua kebutuhan inputdipenuhi sebagai outputyang diharapkan akan meningkat pula. Murid diperlakukan row inputsementara guru, kurikulum, dan fasilitas diperlakukan sebagai instrumental input.Dalam pendekatan ini pemenuhan segala kebutuhan input seperti pelatihan guru, pengadaan buku, dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana lebih ditekankan tanpa melihat proses sebagai bagian dari sebuah kegiatan pendidikan yang lebih penting.
2.Penyelenggaraan pendidikan nasional diselenggarakan secara sentralistik yang menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan. Sebagai pelaksana yang sangat tergantung pada keputusan yang di ambil pada tingkat pusat yang kadang-kadang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi sekolah pada dataran realitasnya. Dengan demikian sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, kreatifitas, inovasi dan daya inisiatifnya untuk mengelola dan menyelasaikan masalah yang dihadapinya. Dalam hal peningkatan mutu pendidikan sekolah tidak punya keleluasaan bertindak, kewenangan menentukan program dan kegiatan lainnya yang diharapkan mampu meningkatkan mutu output pendidikan yang dihasilkan.
3.Peran serta masyarakat, terutama orang tua siswa, dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Hal ini muncul karena sekolah dipandang sebagai sebuah perusahaan industri yang melayani kebutuhan individu. Dengan pandangan demikian, sekolah lebih bersifat frahmented dan menganggap sekolah sebagai lembaga yang berdiri sendiri dan terpisah dari masyarakat sekitarnya.Partisipasi masyarakat yang selama ini terjadi lebih banyak pada dukungan inputdana tanpa memperhatikan prosesseperti: pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas.Dalam keadaan seperti ini ini sekolah menjadi tidak punya beban untuk mempertanggungjawabkan program-program yang dilakukanya. Pada masyarakat sebagai salah satu pihak yang berkepentingan (stakholder) harus ikut mengontrol apa yang terjadi di sekolah. Mencermati tiga hal yang melatarbelakangi rendahnya mutu pendidikan diatas, maka perlu langkah-langkah baru untuk menuju pada peningkatan mutu pendidikan yang harus ditempuh dengan menitikberatkan sekolah sebagai kekuatan utama. Secara umum mutu diartikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau tersirat.Dengan demikian mutu dalam dunia pendidikan yang dihasilkan berati gambaran dan karakteristik menyeluruh dari output pendidikan yang dihasilkan oleh suatu jenjang, jenis atau lembaga pendidikan dalam memenuhi harapan dan keinginan masyarakat sebagai pengguna dan pelanggan lembaga pendidikan.
Selanjutnya terdapat beberapa pengertian yang berkaitan dengan mutu, yaitu:
- Indikator mutu Adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekolah yang dapat memberikan petunjuk tentang pendidikan bermutu baik dan dapat digunakan untuk dapat mengevaluasi mutu, serta dapat dikuantifikasi dan dirangkum untuk tujuan membuat perbandingan. Indikator-indikator tersebut dapat menunjukkan sejauh mana suatu sistem pendidikan ( baca: sekolah) bisa mencapai sasaran utama pendidikan.
- Standar mutu Adalah ukuran-ukuran yang disetujui atau diterima yang diperoleh melalui pengukuran-pengukuran yang akurat tentang batas-batas ketercapaian sasaran utama suatu sistem pendidikan.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu Adalah faktor-faktor internal dan eksternal yang secara bersama-sama dapat menentukan mutu keseluruhan dari suatu sistem pendidikan.Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi mutu pendidikan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal berupa: kurikulum, sumber daya ketenagaan, sarana dan fasilitas, pembiayaan pendidikan, manajemen sekolah, dan kepemimpinan. Kemudian faktor ekternal meliputi: partisipasi politik yang rendah, ekonomi yang tidak berpihak pada pendidikan, sosial budaya, serta rendahnya pemanfaatan sains dan teknologi.
- Usaha peningkatan mutu pendidikan pada suatu lembaga pendidikan dapat menggunakan model Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) yang menitikberatkan sekolah sebagai kekuatan utama dalam usaha peningkatan mutu tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam model ini adalah pendekatan input-proses-output. Dalam usaha peningkatan mutu dengan menggunakan model ini, ada beberapa kriteria dan karakteristik sekolah yang harus dipenuhi sebagai berikut:
1.Input Pendidikan
- Memiliki Kebijakan Mutu Lembaga pendidikan secara eksplisit menyatakan kebijakannya tentang mutu yang diharapkan. Dengan demikian gerakan nadi semua komponen lembaga tertuju pada peningakatan mutu sehingga semua pihak menyadari akan pentingnya mutu. Kesadaran akan pentingnya mutu yang tertanam pada semua gerak komponen sekolah akan memberikan dorongan kuat pada upaya-upaya atau usaha-usaha peningkatan mutu.
- Sumber Daya Tersedia dan Siap Sumber daya merupakan input penting yang diperlukan untuk berlangsung proses pendidikan disekolah. Tanpa sumber daya yang memadai, proses pendidikan disekolah tidak akan berlangsung secara memadai, yang pada giliranya mengakibatkan sasaran sekolah tidak akan tercapai. Sumber daya dapat dibagi menjadi dua, sunber daya manusia dan sumber daya selebihnya ( uang, peralatan, perlengkapan, bahan dan lain sebagainya) dengan penegasan bahwa sumber daya selebihnya tidak akan mempunyai arti apapun bagi perwujudan sasaran sekolah tanpa adanya campur tangan sumber daya manusia.
- Memiliki Harapan Prestasi Tinggi Sekolah mempunyai dorongan dan harapan yang tinggi untuk meningkatkan prestasi peserta didik dan sekolahnya. Kepala sekolah memiliki komitmen dan motivasi yang kuat untuk meningkatkan mutu sekolah secara optimal. Demikian juga dengan guru dan peserta didik, harus memiliki kehendak kuat untuk berprestasi sesuai dengan tugasnya.
- Fokus Pada Pelanggan (Khususnya Peserta Didik) Pelanggan, terutama peserta didik, harus merupakan fokus dari semua kegiatan sekolah. Artinya, semua input dan proses yang dikerahkkan disekolah, tertuju utamanya untuk meningkatkan mutu dan kepuasan peserta didik. Konsekuensi logis dari ini semua adalah bahwa penyiapan input dan proses belajar mengajar harus benar-benar mewujudkan sosok utuh mutu dan kepuasan yang diharapkan dari peserta didik. Dalam kaitan ini Sallis (1994), seperti yang dikutip Syafaruddin, membuat kategorisasi pelanggan dunia pendidikan menjadi dua bagian, yaitu pelanggan dalam (internal customer) yang terdiri dari: pegawai, pelajar dan orang tua pelajar. Sementara yang termasuk pelanggan luar (exsternal customer) adalah: perguruan tinggi, dunia bisnis, militer dan masyarakat luas pada umumnya.Oleh karena itu seluruh komponen sekolah harus bekerja sama untuk mengenali kehendak pelanggan dan kecendrungan yang ada ditengah masyarakat guna menyediakan lulusan yang diharapkan pelanggan dan mampu memberikan kepuasan sesuai dengan yang diharapkan.
- Input Manajemen Sekolah memiliki input manajemen yang memadai untuk menjalankan roda sekolah. Kepala sekolah dalam mengatur dan mengurus sekolahnya menggunakan sejumlah input manajemen. Kelengkapan dan kejelasan input manajemen akan membantu kepala sekolah dalam mengelola sekolahnya secara efektif. Input manajemen yang dimaksud adalah: tugas yang jelas, rencana yang rinci, dan sistematis, program yang mendukung bagi pelaksanaan rencana, ketentuan-ketentuan (aturan main) yang jelas sebagai panutan bagi warga sekolah untuk bertindak, dan adanya sistem pengendalian mutu yang efektif dan efesien untuk menyakinkan agar sasaran yang telah disepakati dapat dicapai.
2.Proses dalam Pendidikan
1. Efektifitas Proses belajar Mengajar Tinggi Sekolah memiliki efektifitas proses balajar mengajar (PBM) yang tinggi. Proses belajar mengajar yang menjadikan peserta didik sebagai Syafaruddin, Manajemen Peningkatan mutu..., hlm. 37. Depdiknas,...Manajemen Peninkatan Mutu..., hal. 19 faktor utama pendidikan. Karena pembelajaran bukanlah proses memorisasi dan recalli, bukan pula sekedar penekanan pada penguasaan pada apa yang diajarkan. Dalam hal ini guru harus menjadikan peserta didik memiliki kecakapan untuk belajar dan memperoleh pengetahuan tentang cara belajar yang efektif (learning how to learn). Untuk itu guru harus mampu menciptakan iklim belajar yang menyenangkan ( joyful learning) sehingga peserta didik tidak merasa tertekan atau terpaksa ketika menghadapi pembelajaran di dalam kelas.
2. Kepemimpinan yang Kuat Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor utama dalam mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah dikatakan berkualitas apabila kepala sekolah dapat memberi pengaruh yang lebih baik dalam tindakan-tindakan kinerjanya. Sehingga warga sekolah dapat bekerja maksimal sesuai dengan program yang telah ditentukan. Guru dan karyawan lainya, akan termotivasi melakukan perbaikan-perbaikan dalam kinerjanya, karena kinerja para anggota organisasi sekolah lahir dari ketrampilan
dan kepemimpinan Kepala Sekolah.
Peter dan Austin seperti yang dikupti Syafarudin dalam bukunya“ Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan”, mengajukan beberapa pertimbangan yang penting untuk diperhatikan dalam perspektif yang dibutuhkan oleh para pemimimpin lembaga pendidikan dalam rangka mencapai keunggulan yang diinginkan sebagai berikut:
terhadap sekolahnya.
- Vission and Simbols. Seorang pemimpin lembaga pendidikan harus mampu mengkomunikasikan nilai-nilai lembaga terhadap staf, peserta didik dan masyarakat luas.
- Management by walking about. Dalam hal ini seorang pemimpin lembaga pendidikan harus mampu memahami, berkomunikasi dan mendiskusikan proses yang berkembang di lembaga yang dipimpinnya dan tidak hanya duduk di belakang meja.
- For the kids.Yaitu perhatian yang sungguh-sungguh kepada semua anggota lembaganya, baik peserta didik atau pelanggan yang lainnya.
- Autonomy, exsperimentations, and support for failur, yaitu memiliki otonomi, menyukai hal-hal yang baru yang bersifat inovatif dengan memberikan dukungan untuk melakukan perbaikan pada kegagalan.
- Create a sense of family, yaitu kemampuan untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan pada seluruh komponen seperti guru, karyawan, peserta didik dan setaf lainnya.
- Sense of the whole, rythme, passion, intensityand enthusias, yaitu menumbuhkan rasa kebersamaan, keinginan, semangat, dan potensi setiap staf. Pada posisisinya yang sangat strategis seorang pemimpin lembaga pendidikan akan sangat berpengaruh besar dalam membentuk kultur sekolah yang dipimpinnya. Kultur sekolah secara tidak langsung akan mempengaruhi mutu pendidikan.
terhadap sekolahnya.
4. Sekolah Memiliki Budaya Mutu Budaya mutu tertanam di sanubari semua warga sekolah, sehingga setiap perilaku selalu didasari oleh profesionalisme. Budaya mutu memiliki elemen-elemen sebagai berikut:
- informasi kualitas harus digunakan untuk perbaikan, bukan untuk mengadili atau mengontrol orang;
- kewenangan harus sebatas tanggung jawab;
- hasil harus Syafaruddin, Manejemen Peningkatan mutu, diikuti rewards dan punishment;
- kolaborasi, sinergi, bukan kompetisi, harus merupakan basis atau kerja sama
- warga sekolah harus merasa aman terhadap pekerjaannya;
- atmosfir keadilan (fairnes) harus ditanamkan;
- imbal jasa harus sesuai dengan pekerjaannya; dan
- warga sekolah merasa memiliki sekolah. Perilaku ingin menjadi lebih baik harus selalu tertanam dalam sanubari setiap kompunen sekolah, sehingga apa yang diberikan kepada sekolah merupakan karya terbaik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing kompunen-kompunen.
5. Sekolah Memiliki teamworkyang kompak, cerdas, dan Dinamis Output pendidikan merupakan hasil kolektif warga sekolah, bukan hasil individual. Karena itu, budaya kerjasama antar fungsi dalam sekolah, antar individu dalam sekolah, harus merupakan kebiasaan hidup sehari-hari dalam sekolah.Budaya kolaburatif antar fungsi yang harus selalu ditumbuhkembangkan hingga tercipta iklim
kebersamaan.
6. Sekolah Memiliki Kewenangan (Kemandirian ) Sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan yang terbaik bagi dirinya, sehingga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan pada atasan. Untuk menjadi mandiri sekolah harus memiliki sumber daya yang cukup untuk menjalankannya.Iklim otonomi yang sedang digalakkan harus dimanfaatkan secara optimal oleh sekolah. Oleh karena itu inovasi, kreasi dan aksi harus diberi gerak yang cukup, yang pada akhirnya akan menumbuhkan kemandirian.
7. Partisipasi Warga Sekolah dan Masyarakat Sekolah memiliki karakteristik bahwa partisipasi warga sekolah dan masyarakat merupakan bagian dari kehidupannya. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa makin tinggi tingkat partisipasi, makin besar pula rasa memiliki. Makin besar rasa memiliki, makin besar pula rasa tanggung jawab. Makin besar rasa tanggung jawab, makin besar pula tingkat dedikasinya. Sekolah dengan partisipasi masyarakat yang tinggi berarti tinggi pula memiliki kepercayaan masyarakat (public trust) yang tinggi pula. Karena pada dasarnya masyarakatlah yang membina, membesarkan dan menilai sekolah.
8. Sekolah Memiliki Keterbukaan ( Transparasi) Manajemen Keterbukaan/transparansi ini ditunjukkan dalam pengambilan keputusan, penggunaan uang, dan sebagainya, yang selalu melibatkan pihak-pihak terkait sebagai alat pengontrol. Pengelolaan sekolah yang transparan akan menumbuhkan sikap percaya dari warga sekolah dan orang tua yang akan bermuara pada perilaku kolaboratif warga sekolah dan perilaku partisipatif orang tua dan masyarakat.
9. Sekolah Memiliki Kemauan untuk Berubah (Psikologis dan Fisik)Sekolah harus merupakan kenikmatan bagi warga sekolah. Sebaiknya, kemapanan merupakan musuh sekolah. Tentunya yang dimaksud perubahan disini adalah berubah kepada kondisi yang lebih baik atau terjadi peningkatan. Artinya, setiap dilakukan perubahan, hasilnya diharapkan lebih baik dari sebelumnya terutama mutu peserta didik.
10. Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan secara Berkelanjutan Evaluasi belajar secara teratur bukan hanya, ditujukan untuk mengetahui tingkat daya serap dan kemampuan peserta didik, tetapi yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan hasil evaluasi belajar tersebut untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar disekolah. Evaluasi harus digunakan oleh warga sekolah, terutama guru untuk dijadikan umpan balik ( feed back ) bagi perbaikan. Oleh karena itu fungsi evaluasi menjadi sangat penting dalam rangka peningkatan mutu peserta didik dan mutu pendidikan sekolahnya
secara berkelanjutan. Perbaikan secara berkelanjutan atau terus-menerus harus merupakan kebiasaan warga sekolah. Tiada hari tanpa perbaikan. Karena itu, sistem mutu yang baku sebagai acuan bagi perbaikan harus ada. Sistem mutu yang dimaksud harus mencakup struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya untuk menerapkan manajemen mutu.
11. Sekolah Responsif dan Antisipatif terhadap Kebutuhan Sekolah selalu tanggap dan responsif terhadap berbagai aspirasi yang muncul bagi peningkatan mutu. Karena itu, sekolah selalu membaca lingkungan dan menanggapinya secara cepat dan tepat. Bahkan, sekolah tidak hanya mampu menyesuaikan terhadap perubahan/tuntutan, akan tetapi juga mampu mengantisipasi hal-hal yang mungkin akan terjadi.
12. Sekolah memiliki Akuntabilitas Akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban, yang harus dilakukan sekolah terhadap keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Akuntabilitas ini berbentuk laporan presensi yang dicapai baik kepada pemerintah maupun kepada orang tua pesrta didk dan masyarakat.
m.Sekolah Memiliki Sustainabilitas Sekolah memiliki sustainabiltas yang tinggi. Karena di sekolah terjadi proses akumulasi peningkatan sumber daya manusia, divertikasi sumber dana, pemilikan aset sekolah yang mampu menggerakkan, income generating activities , dan dukungan yang tinggi dari masyarakat terhadap eksistensi sekolah.
3.Output yang diharapkan.
Sekolah memiliki output yang diharapkan. Ouput adalah kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi yang dihasilkan dari proses sekolah. Kinerja sekolah diukur dari kualitasnya, efektitasnya, produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Dengan kata lain sebuah output pendidikan tidak hanya di orietasikan pada peserta didik sebagai keluaran lembaga pendidikan, namun lebih dari itu output pendidikan lebih menekankan pada aspek pengelolaan lembaga yang sistematik, manajemen dan iklim kerja yang dibangun dalam rangka menghasilkan keluaran yang sesuai dengan harapan.
D. Metode Penelitian
1.Metode Penentuan subjek Menurut Suharsimi Arikunto yang dimaksud dengan subyek penelitian adalah orang-orang atau apa saja yang di jadikan objek penelitian kenyataan-kenyataan dari sampel itu hendak digeneralisasikan. Subjek penelitian yang dimaksud disini adalah dari mana data dapat diperoleh. Subjek dalam penelitian ini akan di gali langsung dari pihak- pihak yang berkompeten dalam peningkatan mutu pendidikan disekolah tersebut, dalam pencapaian informasi ini peneliti akan bekerja sama / akan menggali informasi diantaranya dari:
3.Metode Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data dari suatu penelitian merupakan bagian yang sangat penting dari penelitian itu sendiri. Dalam penelitian kualitatif ciri utama dari pengumpulan datanya adalah orang sebagai alat yang mengumpulkan data yang diinginkan. Untuk mengupulkan data yang
relevan dengan penelitian, penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a.Observasi
Metode observasi dapat diartikan sebagai pengamatan secarasistematis tentang fenomena yang diselidiki. Sedangkan menurut Koentjaraningrat observasi adalah pengumpulan data mengenai kenyataan yang hendak dipelajari dengan menggunakan pengamatan. Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang gambaran umum di MAN Maguwoharjo Sleman dan untuk mengamati secara langsung proses kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di MAN Maguwoharjo Sleman Jogjakarta, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sekolah tersebut dalam rangka upaya meningkatkan mutu pendidikan.
b. Metode Interwiew atau Wawancara
Metode interview adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi dari kepala sekolah, guru, peserta didik dan lainya yang terkait, tentang kegiatan- kegiatan yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Metode ini juga berfungsi sebagai metode pendamping, yang baik untuk melengkapi maupun sebagai pengontrol data yang telah di peroleh melalui metode lain. Dalam pelaksanaannya, penulis terlebih dahulu menyiapkan beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada responden untuk memperoleh informasi yang akan di butuhkan.
c. Metode Dokumentasi
Adalah metode pengumpulan data melalui catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan lain-lain. Walaupun sumber data diluar kata-kata dan tindakan merupakan sumber data kedua, namun sumber data yang berkaitan dengan dokumentasi tidak bisa diabaikan. Untuk itu penelitian ini akan menggunakan banyak dokumen yang telah tersimpan dan berkaitan dengan pengelolaan MAN Maguwoharjo dalam Peningkatan mutu pendidikanya. Selain itu Metode ini, penulis gunakan untuk memperoleh data yang sudah berwujud dokumen tentang MAN Maguwoharjo Sleman Yogyakarta, seperti sejarah berdirinya, keadaan guru, dan bagaimana peran kepala sekolah, guru dalam meningkatkan mutu pendidikan.
kebersamaan.
6. Sekolah Memiliki Kewenangan (Kemandirian ) Sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan yang terbaik bagi dirinya, sehingga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan pada atasan. Untuk menjadi mandiri sekolah harus memiliki sumber daya yang cukup untuk menjalankannya.Iklim otonomi yang sedang digalakkan harus dimanfaatkan secara optimal oleh sekolah. Oleh karena itu inovasi, kreasi dan aksi harus diberi gerak yang cukup, yang pada akhirnya akan menumbuhkan kemandirian.
7. Partisipasi Warga Sekolah dan Masyarakat Sekolah memiliki karakteristik bahwa partisipasi warga sekolah dan masyarakat merupakan bagian dari kehidupannya. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa makin tinggi tingkat partisipasi, makin besar pula rasa memiliki. Makin besar rasa memiliki, makin besar pula rasa tanggung jawab. Makin besar rasa tanggung jawab, makin besar pula tingkat dedikasinya. Sekolah dengan partisipasi masyarakat yang tinggi berarti tinggi pula memiliki kepercayaan masyarakat (public trust) yang tinggi pula. Karena pada dasarnya masyarakatlah yang membina, membesarkan dan menilai sekolah.
8. Sekolah Memiliki Keterbukaan ( Transparasi) Manajemen Keterbukaan/transparansi ini ditunjukkan dalam pengambilan keputusan, penggunaan uang, dan sebagainya, yang selalu melibatkan pihak-pihak terkait sebagai alat pengontrol. Pengelolaan sekolah yang transparan akan menumbuhkan sikap percaya dari warga sekolah dan orang tua yang akan bermuara pada perilaku kolaboratif warga sekolah dan perilaku partisipatif orang tua dan masyarakat.
9. Sekolah Memiliki Kemauan untuk Berubah (Psikologis dan Fisik)Sekolah harus merupakan kenikmatan bagi warga sekolah. Sebaiknya, kemapanan merupakan musuh sekolah. Tentunya yang dimaksud perubahan disini adalah berubah kepada kondisi yang lebih baik atau terjadi peningkatan. Artinya, setiap dilakukan perubahan, hasilnya diharapkan lebih baik dari sebelumnya terutama mutu peserta didik.
10. Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan secara Berkelanjutan Evaluasi belajar secara teratur bukan hanya, ditujukan untuk mengetahui tingkat daya serap dan kemampuan peserta didik, tetapi yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan hasil evaluasi belajar tersebut untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar disekolah. Evaluasi harus digunakan oleh warga sekolah, terutama guru untuk dijadikan umpan balik ( feed back ) bagi perbaikan. Oleh karena itu fungsi evaluasi menjadi sangat penting dalam rangka peningkatan mutu peserta didik dan mutu pendidikan sekolahnya
secara berkelanjutan. Perbaikan secara berkelanjutan atau terus-menerus harus merupakan kebiasaan warga sekolah. Tiada hari tanpa perbaikan. Karena itu, sistem mutu yang baku sebagai acuan bagi perbaikan harus ada. Sistem mutu yang dimaksud harus mencakup struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya untuk menerapkan manajemen mutu.
11. Sekolah Responsif dan Antisipatif terhadap Kebutuhan Sekolah selalu tanggap dan responsif terhadap berbagai aspirasi yang muncul bagi peningkatan mutu. Karena itu, sekolah selalu membaca lingkungan dan menanggapinya secara cepat dan tepat. Bahkan, sekolah tidak hanya mampu menyesuaikan terhadap perubahan/tuntutan, akan tetapi juga mampu mengantisipasi hal-hal yang mungkin akan terjadi.
12. Sekolah memiliki Akuntabilitas Akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban, yang harus dilakukan sekolah terhadap keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Akuntabilitas ini berbentuk laporan presensi yang dicapai baik kepada pemerintah maupun kepada orang tua pesrta didk dan masyarakat.
m.Sekolah Memiliki Sustainabilitas Sekolah memiliki sustainabiltas yang tinggi. Karena di sekolah terjadi proses akumulasi peningkatan sumber daya manusia, divertikasi sumber dana, pemilikan aset sekolah yang mampu menggerakkan, income generating activities , dan dukungan yang tinggi dari masyarakat terhadap eksistensi sekolah.
3.Output yang diharapkan.
Sekolah memiliki output yang diharapkan. Ouput adalah kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi yang dihasilkan dari proses sekolah. Kinerja sekolah diukur dari kualitasnya, efektitasnya, produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Dengan kata lain sebuah output pendidikan tidak hanya di orietasikan pada peserta didik sebagai keluaran lembaga pendidikan, namun lebih dari itu output pendidikan lebih menekankan pada aspek pengelolaan lembaga yang sistematik, manajemen dan iklim kerja yang dibangun dalam rangka menghasilkan keluaran yang sesuai dengan harapan.
D. Metode Penelitian
1.Metode Penentuan subjek Menurut Suharsimi Arikunto yang dimaksud dengan subyek penelitian adalah orang-orang atau apa saja yang di jadikan objek penelitian kenyataan-kenyataan dari sampel itu hendak digeneralisasikan. Subjek penelitian yang dimaksud disini adalah dari mana data dapat diperoleh. Subjek dalam penelitian ini akan di gali langsung dari pihak- pihak yang berkompeten dalam peningkatan mutu pendidikan disekolah tersebut, dalam pencapaian informasi ini peneliti akan bekerja sama / akan menggali informasi diantaranya dari:
- Kepala Sekolah MAN Maguwoharjo Sleman Yogyakarta.
- Kepala Tata Usaha
- Waka UR Madrasah MAN Maguwoharjo Sleman Yogyakarta.
- Dokumen yang berkaitan dengan upaya peningkatan mutu
- Guru
- Keseluruhan lingkungan fisik MAN Maguwoharjo Sleman Yogyakarta
3.Metode Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data dari suatu penelitian merupakan bagian yang sangat penting dari penelitian itu sendiri. Dalam penelitian kualitatif ciri utama dari pengumpulan datanya adalah orang sebagai alat yang mengumpulkan data yang diinginkan. Untuk mengupulkan data yang
relevan dengan penelitian, penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a.Observasi
Metode observasi dapat diartikan sebagai pengamatan secarasistematis tentang fenomena yang diselidiki. Sedangkan menurut Koentjaraningrat observasi adalah pengumpulan data mengenai kenyataan yang hendak dipelajari dengan menggunakan pengamatan. Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang gambaran umum di MAN Maguwoharjo Sleman dan untuk mengamati secara langsung proses kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di MAN Maguwoharjo Sleman Jogjakarta, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sekolah tersebut dalam rangka upaya meningkatkan mutu pendidikan.
b. Metode Interwiew atau Wawancara
Metode interview adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi dari kepala sekolah, guru, peserta didik dan lainya yang terkait, tentang kegiatan- kegiatan yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Metode ini juga berfungsi sebagai metode pendamping, yang baik untuk melengkapi maupun sebagai pengontrol data yang telah di peroleh melalui metode lain. Dalam pelaksanaannya, penulis terlebih dahulu menyiapkan beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada responden untuk memperoleh informasi yang akan di butuhkan.
c. Metode Dokumentasi
Adalah metode pengumpulan data melalui catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan lain-lain. Walaupun sumber data diluar kata-kata dan tindakan merupakan sumber data kedua, namun sumber data yang berkaitan dengan dokumentasi tidak bisa diabaikan. Untuk itu penelitian ini akan menggunakan banyak dokumen yang telah tersimpan dan berkaitan dengan pengelolaan MAN Maguwoharjo dalam Peningkatan mutu pendidikanya. Selain itu Metode ini, penulis gunakan untuk memperoleh data yang sudah berwujud dokumen tentang MAN Maguwoharjo Sleman Yogyakarta, seperti sejarah berdirinya, keadaan guru, dan bagaimana peran kepala sekolah, guru dalam meningkatkan mutu pendidikan.
0 comments:
Posting Komentar